Output, Input, dan Harga

produknya karena petani menjual ubi kayu langsung kepada pengolah tapioka tanpa melalui perantara seperti pedagang pengumpul atau tengkulak. Saluran pemasaran ubi kayu apabila dilihat dari nilai farmer’s share dapat dikatakan sudah efisien, namum saluran pemasaran tersebut belum mampu memberikan jaminan harga jual ubi kayu bagi petani. Petani dalam saluran pemasaran tersebut hanya sebagai penerima harga.

6.4. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu

Analisis nilai tambah merupakan pertambahan nilai pada suatu produk setelah dilakukan proses pengolahan lebih lanjut. Analisis nilai tambah akan memberikan informasi mengenai faktor-faktor dari proses produksi yang menghasilkan atau meningkatkan nilai tambah atau sebaliknya. Analisis nilai tambah pengolahan ubi kayu menjadi aci dilakukan dengan menggunakan metode Hayami.

6.4.1. Output, Input, dan Harga

Rata-rata penggunaan bahan baku berupa ubi kayu dalam proses pembuatan aci di Desa Cikeas adalah 3.460,00 kilogram per proses produksi. Pengolah tapioka memperoleh bahan baku dari petani ubi kayu di Desa Cikeas dan dari daerah lain seperti Ciampea, Cianjur, dan Sukabumi. Keterbatasan modal menyebabkan pengolah tapioka membeli bahan baku ubi kayu dengan sistem pembayaran kemudian. Pengolah tapioka membayar pembelian bahan baku ubi kayu kepada petani setelah aci yang dihasilkan terjual. Kepercayaan yang terjalin antara petani dan pengolah tapioka merupakan modal yang sangat penting dalam memperoleh bahan baku ubi kayu. Hasil produksi dari pengolahan rata-rata bahan baku per proses produksi adalah 827,78 kilogram produk utama berupa aci dan 194,44 kilogram produk sampingan berupa onggok Tabel 18. Jumlah input ubi kayu per hari dipengaruhi oleh cuaca. Jika cuaca cerah maka input ubi kayu meningkat, karena kegiatan pengeringan dalam produksi aci dapat dilakukan. Input ubi kayu per hari juga dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku ubi kayu. Pengolah tapioka di Desa Cikeas mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku ubi kayu, sehingga pengolah tapioka di Desa Cikeas belum mampu berproduksi sesuai dengan kapasitas produksi maksimum. 69 Tabel 18. Rata-Rata Nilai Tambah Ubi Kayu Satu Kali Proses Produksi pada Pengolah Tapioka di Desa Cikeas No. Keterangan Perhitungan Nilai Output, Input, dan Harga 1. Output Kg proses produksi A Utama 827,78 Sampingan 194,44 2. Input ubi kayu Kg proses produksi B 3.460,00 3. Tenaga kerja HOK proses produksi C 11,056 4. Faktor konversi D = AB Utama 0,24 Sampingan 0,056 5. Koefisien tenaga kerja E = CB 0,0032 6. Harga output RpKg F Utama 5.322,22 Sampingan 1.433,33 Pendapatan dan Keuntungan 7. Upah tenaga kerja RpHOK G 51.401,26 8. Harga bahan baku RpKg H 876,923 9. Sumbangan input lain RpKg I 117,925 10. Nilai output Rp J = D x F Utama 1273,30 Sampingan 80,55 11. a. Nilai tambah RpKg K = J – H – I 359,00 b. Rasio nilai tambah L = KJ x 100 26,52 12. a. Pendapatan tenaga kerja RpKg M = E x G 164,24 b. Bagian tenaga kerja N = MK x 100 45,75 13. a. Keuntungan RpKg O = K – M 194,76 b. Tingkat keuntungan P = OK x 100 54,25 Balas Jasa untuk Faktor Produksi 14. Marjin RpKg Q = J – H 476,93 a. Pendapatan tenaga kerja R = MQ x 100 34,44 b. Sumbagan input lain S = IQ x 100 24,72 c. Keuntungan pengolah T = OQ x 100 40,84 Tenaga kerja adalah jumlah orang yag dibutuhkan dalam proses produksi. Ketersediaan tenaga kerja mutlak dibutuhkan dalam proses produksi. Rata-rata kebutuhan tenaga kerja dalam satu kali proses produksi aci adalah 11,056 HOK. 70 Satu HOK adalah delapan jam kerja atau satu hari kerja orang dewasa. Besarnya nilai koefisien tenaga kerja menunjukkan besarnya sumbangan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah satu kilogram ubi kayu menjadi aci dan onggok. Nilai faktor konversi yaitu perbandingan antara output dengan input. Nilai faktor konversi dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu faktor konversi untuk produk utama dan faktor konversi untuk produk sampingan. Nilai faktor konversi untuk produk utama adalah jumlah produk utama dibagi dengan input yang digunakan. Nilai faktor konversi untuk produk sampingan adalah jumlah produk sampingan dibagi dengan input yang digunakan. Rata-rata nilai faktor konversi untuk produk utama adalah sebesar 0,24 dan untuk produk sampingan sebesar 0,056. Nilai faktor konversi menunjukkan bahwa setiap 100 kilogram ubi kayu mampu menghasilkan 24 kilogram aci dan 5,6 kilogram onggok. Rata-rata nilai koefisien tenaga kerja sebesar 0,0032 menunjukkan bahwa untuk mengolah 100 kilogram ubi kayu menjadi 24 kilogram aci dan 5,6 kilogram onggok diperlukan tenaga kerja langsung sebanyak 0,32 HOK. Dari nilai koefisien tenaga kerja dapat dilihat apakah pengusaha sudah efisien berproduksi atau belum. Semakin kecil nilai koefisien tenaga kerja maka semakin efisien pengusaha berproduksi. Rata-rata harga jual dari produk utama adalah Rp 5.322,22 per kilogram dan Rp 1.433,33 per kilogram onggok. Harga produk utama sangat ditentukan oleh kualitas aci yang dihasilkan. Harga aci kualitas 1 adalah sebesar Rp 5.600 per kg; kualitas 2 sebesar Rp 5.200 per kg, dan kualitas 3 sebesar Rp 4.800 per kg.

6.4.2. Pendapatan dan Keuntungan

Dokumen yang terkait

Analisis Pendapatan Pengrajin Olahan Ubi Kayu Di Kecamatan Pegajahan (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)

5 69 134

Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

3 127 71

Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kasus: Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah).

7 51 92

Analisis Curahan Tenaga Kerja, Produktivitas Dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu. (Studi Kasus: di Desa Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simaiungun, Propinsi Sumatera Utara)

0 44 108

Analisis Pemasaran Ubi Kayu (Studi kasus : Desa Panombean Marjanji dan Desa Bosar Galugur, Kecamatan tanah Jawa Kabupaten Simalungun.)

1 62 80

Sistem Dan Analisis Usahatani Ubi Kayu. (Studi kasus di Desa Penggalangan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Deli Serdang.)

0 52 124

Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Studi Kasus : Desa Marihat Bandar, Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun

10 89 90

Analisis nilai tambah dan pemasaran kayu sengon gergajian (studi kasus di kecamatan Cigudeg kabupaten Bogor)

4 12 200

Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 4 208

Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi kayu desa galuga kecamatan cibungbulang kabupaten Bogor

2 11 70