Analisis Keragaan Usahatani Ubi Kayu Analisis Usahatani

petani penggarap. Semua analisis kuantitatif dihitung dengan menggunakan alat bantu berupa kalkulator dan microsoft office excel 2007.

4.5.1. Analisis Keragaan Usahatani Ubi Kayu

Keragaan usahatani dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan menggambarkan keragaan usahatani ubi kayu yang dilakukan oleh petani ubi kayu anggota Gapoktan Sukaraharja di Desa Cikeas, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan yang digambarkan adalah penggunaan sarana produksi, alat-alat pertanian, dan sistem budidaya ubi kayu.

4.5.2. Analisis Usahatani

Pendapatan usahatani ubi kayu dianalisis berdasarkan status pengusahaan lahan yaitu pendapatan petani pemilik dan pendapatan petani penggarap. Menurut Soekartawi 2002, penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Perhitungan penerimaan, total biaya dan pendapatan usahatani dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut : Keterangan: TR = Total penerimaan usahatani Rp TC = Total biaya usahatani Rp P = Harga output RpKg Q = Jumlah output Kg Π = Pendapatan atau keuntungan Rp Biaya penyusutan perlu diperhitungkan karena usahatani ubi kayu menggunakan peralatan pertanian dalam aktivitasnya. Biaya penyusutan alat-alat yang digunakan dalam usahatani ubi kayu dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Metode ini digunakan dengan asumsi nilai sisa dianggap nol. TR = P x Q TC = biaya tunai + biaya diperhitungkan Π atas biaya tunai = TR tunai – biaya tunai Π atas biaya total = TR – TC 36 Rumus yang digunakan dalam menghitung biaya penyusutan yaitu : Keterangan: Nb = Nilai pembelian Rp Ns = Nilai sisa Rp N = Umur ekonomis tahun Pendapatan selain dapat diukur dengan nilai mutlak, juga dapat dikur analisis efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah analisis R-C rasio. Menurut Soekartawi 2002, analisis R-C rasio merupakan selisih perbandingan nisbah antara penerimaan dan biaya. Analisis R-C rasio dalam penelitian ini terdiri dari R-C rasio atas biaya tunai dan R-C rasio atas biaya total. R-C rasio atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara total penerimaan tunai dengan biaya tunai usahatani dalam satu MT, sedangkan R-C rasio atas biaya total dihitung dengan membandingkan total penerimaan dengan total pengeluaran usahatani. Rumus yang digunakan dalam analisis R-C rasio adalah sebagai berikut : Keterangan : TR = Total penerimaan usahatani Rp TC = Total biaya usahatani Rp Secara teoritis R-C rasio menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R-C rasionya dikurangi satu. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan dan efisien untuk diusahakan apabila nilai R-C rasio lebih besar dari satu RC 1, makin tinggi nilai R-C rasio menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh semakin besar. Namun apabila R-C rasio lebih kecil dari satu RC 1, usaha tersebut tidak menguntungkan sehingga tidak efisien untuk diusahakan, dan apabila nilai R-C rasio sama dengan satu RC = 1 artinya kegiatan usahatani tersebut tidak untung dan tidak rugi. R-C rasio atas biaya tunai = TR tunai biaya tunai R-C rasio atas biaya total = TRTC Biaya Penyusutan = Nb − Ns N 37 Komponen penyusun perhitungan pendapatan usahatani ubi kayu adalah penerimaan, biaya tunai, dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani pemilik adalah biaya pupuk, tenaga kerja luar keluarga TKLK, dan pajak lahan. Biaya diperhitungkan untuk petani pemilik adalah bibit, penyusutan alat, tenaga kerja dalam keluarga TKDK, dan sewa lahan diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani penggarap adalah biaya pupuk, TKLK, dan sewa lahan. Biaya diperhitungkan untuk petani penggarap adalah bibit, penyusutan alat, dan TKDK Tabel 8. Tabel 8. Metode Perhitungan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu No. Komponen

A. Penerimaan

Penjualan

B. Biaya tunai

1. Sarana Produksi Pupuk 2. TKLK 3. Pajak Lahan 4. Sewa lahan lahan sewa Total biaya tunai

C. Biaya yang diperhitungkan Biaya tidak tunai

1. Bibit 2. Penyusutan alat 3. TKDK 4. Sewa lahan diperhitungkan lahan milik sendiri Total biaya yang diperhitungkan D. Jumlah total biaya B + C E. Pendapatan atas biaya tunai A - B F. Pendapatan atas biaya total A - D G. R-C rasio atas biaya tunai AB H. R-C rasio atas biaya total AD

4.5.3. Analisis Pemasaran  Analisis Saluran Pemasaran

Dokumen yang terkait

Analisis Pendapatan Pengrajin Olahan Ubi Kayu Di Kecamatan Pegajahan (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)

5 69 134

Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

3 127 71

Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kasus: Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah).

7 51 92

Analisis Curahan Tenaga Kerja, Produktivitas Dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu. (Studi Kasus: di Desa Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simaiungun, Propinsi Sumatera Utara)

0 44 108

Analisis Pemasaran Ubi Kayu (Studi kasus : Desa Panombean Marjanji dan Desa Bosar Galugur, Kecamatan tanah Jawa Kabupaten Simalungun.)

1 62 80

Sistem Dan Analisis Usahatani Ubi Kayu. (Studi kasus di Desa Penggalangan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Deli Serdang.)

0 52 124

Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Studi Kasus : Desa Marihat Bandar, Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun

10 89 90

Analisis nilai tambah dan pemasaran kayu sengon gergajian (studi kasus di kecamatan Cigudeg kabupaten Bogor)

4 12 200

Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 4 208

Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi kayu desa galuga kecamatan cibungbulang kabupaten Bogor

2 11 70