Tabel 14. Karakteristik Petani Responden pada Gapoktan Sukaraharja Tahun
2010 Karakteristik
Responden Petani Pemilik
Petani Penggarap Jumlah
Orang Persentase
Jumlah Orang
Persentase
Status Usaha a. Utama
6 46,15
5 38,46
b. Sampingan 7
53,85 8
61,54
Usia
a. 21 -
- -
- b. 21-50
5 38,46
6 46,15
c. 50 8
61,54 7
53,85
Pendidikan
a. Tidak Pernah Bersekolah
2 15,38
2 15,38
b. Tidak Tamat SD 2
15,38 5
38,47 c. SDSederajat
7 53,86
4 30,77
d. SLTPSederajat 1
7,69 1
7,69 e. SLTASederajat
1 7,69
1 7,69
Pengalaman Bertani Tahun
a. 10 2
15,38 5
38,46 b. 10-20
4 30,77
7 53,85
c. 20 7
53,85 1
7,69
Luas Lahan Ha
a. 0,1 2
15,38 1
7,69 b. 0,1-0,25
8 61,54
7 53,85
c. 0,26-0,5 3
23,08 5
38,46
Status Lahan
a. Milik Sendiri 13
100,00 -
b. SewaSakap 13
100,00
Status Usaha
Petani responden pada umumnya menjadikan usahatani ubi kayu sebagai mata pencaharian sampingan. Jumlah petani pemilik maupun petani penggarap
yang menjadikan usahatani ubi kayu sebagai mata pencaharian utama lebih kecil dibandingkan dengan responden lain yang menjadikan usahatani ubi kayu sebagai
47
mata pencaharian sampingan. Persentase petani pemilik yang menjadikan usahatani ubi kayu sebagai mata pencaharian utama adalah sebesar 46,15 persen
dan sebesar 53,85 persen menjadikan usahatani ubi kayu sebagai mata percaharian sampingan. Persentase petani penggarap yang menjadikan usahatani ubi kayu
sebagai mata pencaharian utama adalah sebanyak 38,46 persen dan sebanyak 61,54 persen menjadikan usahatani ubi kayu sebagai mata pencaharian
sampingan. Usia Petani Responden
Usia petani dapat mempengaruhi produktivitas usahatani ubi kayu, karena usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang
dalam bekerja. Usia petani juga akan mempengaruhi lamanya pengalaman petani dalam menjalankan usahatani ubi kayu. Usia petani di daerah penelitian sebagian
besar berada pada usia 51 tahun ke atas, baik untuk petani pemilik dan petani penggarap. Jumlah petani pemilik pada usia 51 tahun ke atas adalah sebanyak
delapan orang sedangkan pada petani penggarap adalah sebanyak tujuh orang. Gambaran tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan bertani banyak
dilakukan oleh penduduk yang berusia kurang produktif, yang mana pada usia tersebut mereka mempunyai kekuatan fisik yang sudah tidak memadai, sehingga
akan berpengaruh terhadap kegiatan pertanian. Petani pada usia 51 tahun ke atas memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak dalam melakukan usahatani ubi
kayu.
Tingkat Pendidikan Petani
Tingkat pendidikan petani responden akan berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Pendidikan formal petani
pemilik sebagian besar adalah SDsederajat, sedangkan petani penggarap sebagian besar tidak tamat SD. Tingkat pendidikan petani pemilik, yaitu sebanyak dua
orang atau sebesar 15,38 persen tidak pernah bersekolah, 15,38 persen tidak tamat SD, 53,86 persen tamat SD, 7,69 persen tamat SLTP, dan 7,69 persen tamat
SLTA. Tingkat pendidikan petani penggarap, yaitu sebanyak dua orang atau sebesar 15,38 persen tidak pernah bersekolah, 38,47 persen tidak tamat SD, 30,77
persen tamat SD, 7,69 persen tamat SLTP, dan 7,69 persen tamat SLTA.
48
Pengalaman dalam Usahatani Ubi Kayu
Tingkat pendidikan ataupun pengetahuan yang baik tidak cukup untuk mendukung keberhasilan seorang petani. Selain dari pendidikan yang baik
dibutuhkan juga pengalaman dalam berusahatani. Pengalaman dalam usahatani dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengelola usahatani, dengan
pengalaman yang cukup lama petani memiliki pengalaman yang lebih baik terhadap usahatani yang dijalankannya. Pemahaman yang lebih baik tersebut
dapat berupa kemampuan dalam menentukan dan mengorganisir faktor produksi yang digunakan ataupun dalam bentuk penanganan masalah yang dihadapi secara
baik. Tingkat pengalaman yang dimiliki oleh seorang petani, dapat dilihat dari berapa lama petani tersebut melakukan kegiatan usahatani.
Petani ubi kayu pada Gapoktan Sukaraharja di Desa Cikeas memiliki pengalaman yang cukup lama dalam usahatani ubi kayu. Alasan petani responden
melakukan usahatani ubi kayu karena merupakan usaha turun-temurun, cocok diusahakan di daerah mereka tinggal, dan teknik budidaya ubi kayu yang
tergolong mudah. Petani responden baik petani pemilik dan penggarap mempunyai pengalaman bertahun-tahun. Persentase pengalaman terbesar untuk
petani pemilik adalah pengalaman lebih dari 20 tahun, dengan jumlah sebanyak tujuh orang atau 53,85 persen. Persentase terbesar untuk petani penggarap adalah
pengalaman 10 sampai 20 tahun, dengan jumlah tujuh orang atau 53,85 persen. Jumlah terkecil untuk petani pemilik adalah pengalaman kurang dari 10 tahun,
dengan jumlah dua orang atau 15,38 persen. Pengalaman bertani lebih dari 20 tahun merupakan jumlah terkecil untuk petani penggarap, yaitu sebanyak satu
orang atau 7,69 persen.
Luas Lahan
Luas lahan yang dimiliki oleh petani responden cukup beragam tergantung dari kemampuan petani tersebut. Luas lahan dapat menentukan keuntungan dan
efisiensi produksi sehingga dapat mempengaruhi pendapatan. Sebagian besar petani pemilik dan petani penggarap memiliki luas areal usahatani di antara 0,1
sampai 0,25 hektar, yaitu sebesar 61,54 persen untuk petani pemilik dan 53,85 persen untuk petani penggarap.
49
Status Lahan
Status penguasaan lahan dapat mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Status penguasaan lahan petani responden adalah 13 orang petani
mengusahakan lahan sendiri dan 13 orang petani mengusahakan lahan sewasakap. Petani yang mengusahakan lahan sewasakap harus membayar sewa
setiap tahunnya.
5.5. Karakteristik Responden Pengolah Tapioka