6.2.1. Penerimaan Usahatani Ubi Kayu
Rata-rata produksi usahatani ubi kayu per hektar untuk petani pemilik adalah sebesar 18.755,83 kilogram, sedangkan untuk petani penggarap adalah
sebesar 14.908,21 kilogram. Sehingga penerimaan total yang diperoleh petani pemilik dari produksi usahatani ubi kayu per hektar adalah Rp 17.529.491,
sedangkan rata-rata penerimaan total yang diperoleh petani penggarap adalah Rp
12.213.260. Rata-rata penerimaan petani pemilik lebih besar dibanding petani
penggarap, hal ini disebabkan karena produksi yang lebih besar dan juga harga jual yang lebih tinggi. Rata-rata harga jual ubi kayu yaitu Rp 935 per kilogram
umbi kupas untuk petani pemilik dan Rp 819 per kilogram umbi kupas untuk petani penggarap.
6.2.2. Biaya Usahatani Ubi Kayu
Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu komoditi atau produk baik secara tunai maupun diperhitungkan. Secara
umum variabel biaya-biaya usahatani petani pemilik sama dengan petani penggarap. Bagi petani pemilik, pengeluaran yang tergolong ke dalam biaya tunai
adalah biaya pupuk, TKLK, dan pajak lahan, sedangkan biaya yang tergolong ke dalam biaya yang diperhitungkan adalah biaya bibit, TKDK, sewa lahan
diperhitungkan, dan penyusutan peralatan. Bagi petani penggarap, pengeluaran yang tergolong dalam biaya tunai adalah biaya pupuk, TKLK, dan sewa lahan,
sedangkan biaya yang tergolong ke dalam biaya yang diperhitungkan adalah biaya bibit, TKDK, dan penyusutan peralatan.
Total biaya usahatani ubi kayu per hektar yang dikeluarkan oleh petani pemilik adalah sebesar Rp 11.228.136, dimana 40,94 persen dari biaya total atau
sebesar Rp 4.596.986 merupakan biaya tunai sedangkan sisanya merupakan biaya yang diperhitungkan. Biaya diperhitungkan untuk petani pemilik lebih besar
dibanding biaya tunai, hal ini disebabkan besarnya biaya imbangan penggunaan lahan sewa lahan diperhitungkan. Sewa lahan diperhitungkan merupakan biaya
terbesar dalam usahatani ubi kayu petani pemilik yaitu sebesar Rp 5.000.000 per hektar atau 44,53 persen dari biaya total. Biaya imbangan penggunaan lahan
dihitung berdasarkan nilai sewa lahan yang berlaku di Desa Cikeas. Sewa lahan
61
yang berlaku di Desa Cikeas adalah Rp 500.000 per 1.000 meter persegi per tahun.
Biaya terbesar kedua yang dikeluarkan oleh petani pemilik adalah biaya untuk tenaga kerja yaitu sebesar Rp 3.770.901 per hektar 33,58 persen dari biaya
total yang terdiri dari 23,91 persen dari biaya total merupakan biaya untuk TKLK dan 9,67 persen dari biaya total merupakan biaya yang diperhitungkan untuk
TKDK. Rincian biaya usahatani ubi kayu petani pemilik per hektar dapat dilihat pada Lampiran 8.
Total biaya usahatani ubi kayu yang dikeluarkan oleh petani penggarap
adalah sebesar Rp 10.641.165, dimana 79,19 persen dari biaya total atau sebesar
Rp 8.426.538 merupakan biaya tunai dan sisanya merupakan biaya diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh
petani penggarap, hal ini disebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan. Biaya tunai untuk sewa lahan adalah sebesar Rp 5.741.026 atau 53,95
persen dari biaya total. Petani penggarap membayar sewa lahan kepada pemilik dalam bentuk uang tunai. Sebagian besar petani penggarap membayar sewa lahan
kepada pemilik dengan sistem paroh. Pada sistem tersebut seluruh nilai hasil panen terlebih dahulu dikurangi dengan biaya sarana produksi yaitu pupuk. Dari
hasil pengurangan tersebut, setengah bagian merupakan bagian pemilik lahan yang dianggap sebagai sewa lahan dan setengah bagian lagi merupakan bagian
petani penggarap. Petani penggarap juga ada yang membayar sewa lahan kepada pemilik berdasarkan sewa lahan yang berlaku di Desa Cikeas.
Sama halnya dengan petani pemilik, biaya tenaga kerja juga merupakan biaya terbesar kedua yang dikeluarkan oleh petani penggarap. Biaya tenaga kerja
yang dikeluarkan oleh petani penggarap adalah sebesar Rp 3.246.154 30,50 persen yang terdiri dari 15,30 persen dari biaya total merupakan biaya untuk
TKLK dan 15,20 persen dari biaya total merupakan biaya yang diperhitungkan untuk TKDK. Rincian biaya usahatani ubi kayu petani penggarap per hektar per
musim tanam dapat dilihat pada Lampiran 9. Total biaya usahatani ubi kayu yang dikeluarkan oleh petani pemilik lebih
besar daripada total biaya usahatani ubi kayu yang dikeluarkan oleh petani penggarap. Hal tersebut dikarenakan total biaya pupuk yang dikeluarkan oleh
62
petani pemilik lebih besar daripada petani penggarap. Total biaya pupuk yang
dikeluarkan oleh petani pemilik adalah sebesar Rp 1.553.235, sedangkan total
biaya pupuk yang dikeluarkan oleh petani penggarap adalah sebesar Rp 1.057.308.
6.2.3. Pendapatan Usahatani Ubi Kayu