Teknik Budidaya Ubi Kayu

tersebut diperoleh dari pembagian antara upah tenaga kerja wanita dengan upah tenaga kerja pria dikalikan dengan satu HOK. Penggunaan tenaga kerja antara petani pemilik dan petani penggarap memiliki perbedaan. Petani pemilik umumnya menggunakan tenaga kerja upahan kecuali untuk kegiatan pemupukan. Petani penggarap umumnya bekerja sebagai buruh tani, sehingga lebih banyak menggunakan TKDK kecuali untuk pengolahan lahan yang banyak membutuhkan tenaga kerja sehingga harus mendatangkan tenaga kerja dari luar keluarga. Rata-rata penggunaan TKDK adalah 54,30 HOK untuk petani pemilik, sedangkan untuk petani penggarap adalah sebesar 80,90 HOK. Rata-rata penggunaan TKLK untuk petani pemilik adalah 134,25 HOK, sedangkan untuk petani penggarap adalah sebesar 81,41 HOK. Rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah 188,55 HOK untuk petani pemilik, sedangkan untuk petani penggarap adalah sebesar 162,31 HOK. Penggunaan tenaga kerja terbanyak baik untuk petani pemilik dan petani penggarap adalah pada saat pengolahan lahan, hal ini disebabkan tanah yang cukup keras dan kering. Oleh karena itu untuk mengolah lahan petani biasanya menggunakan garpu.

6.1.2. Teknik Budidaya Ubi Kayu

Ubi kayu di Desa Cikeas ditanam sepanjang tahun atau tidak bersifat musiman. Penanaman ubi kayu dapat dilakukan sepanjang tahun karena Desa Cikeas merupakan daerah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun. Petani ubi kayu di Desa Cikeas akan segera menanam kembali lahannya setelah selesai panen. Petani membudidayakan ubi kayu secara monokultur. Kegiatan usahatani ubi kayu di Desa Cikeas meliputi pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan panen. 1. Pengolahan Lahan Pengolahan lahan bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah menjadi gembur serta aerasi dan drainase tanah menjadi lebih baik. Pengolahan tanah dilakukan melalui dua tahap yaitu pembersihan lahan dan pembalikan tanah. Tahap pertama dalam pengolahan tanah adalah pembersihan lahan dari gulma dan bekas tanaman sebelumnya. Pembersihan lahan dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga kerja manusia. Tahap kedua adalah 57 membalik tanah dengan menggunakan garpu, hal ini dilakukan agar tanah menjadi gembur sehingga pertumbuhan akar dan umbi berkembang dengan baik.

2. Penanaman

Penanaman ubi kayu dilakukan setelah pengolahan tanah selesai dilakukan. Ubi kayu ditanam dalam bentuk stek batang dengan panjang 20–25 cm. Batang ubi kayu yang dijadikan bibit adalah yang sudah tua atau berkayu dari tanaman sehat, umur minimum 8–12 bulan. Bagian batang yang baik untuk dijadikan sebagai bibit adalah bagian pangkal dan bagian tengah, sedangkan bagian yang masih muda atau ujung kurang baik untuk dijadikan sebagai bibit. Bibit yang digunakan oleh petani pemilik dan penggarap berasal dari tanaman sebelumnya. Bibit ubi kayu ditanam dalam posisi vertikal dengan kedalaman tanam 10 cm. Jarak tanam yang digunakan petani di daerah penelitian, yaitu: 100 cm x 100 cm, 100 cm x 50 cm, atau 150 cm x 100 cm. Petani responden di Desa Cikeas sebagian besar menggunakan jarak tanam 100 cm x 100 cm, yaitu sebanyak 20 orang.

3. Pemeliharaan

Tanaman yang ditanam perlu mendapat perhatian dan pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman ubi kayu tergolong mudah. Kegiatan pemeliharaan ubi kayu di Desa Cikeas meliputi kegiatan pemupukan, penggemburan tanah, dan penyiangan. Pupuk yang digunakan oleh petani responden adalah pupuk kandang dan pupuk buatan. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk dari kotoran kambing, sedangkan pupuk buatan yang digunakan hanya pupuk urea. Pupuk kandang diberikan sebanyak satu kali, yaitu pada saat tanaman berumur satu bulan. Dua minggu setelah pemberian pupuk kandang, petani responden melakukan penggemburan tanah mengoyos. Penggemburan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah yang berada di sekitar pokok tanaman, sehingga pupuk kandang yang telah diberikan turut digemburkan. Pupuk urea diberikan satu atau dua kali dalam satu musim tanam, tergantung kemampuan petani. Sebagian besar petani responden memberikan pupuk urea sebanyak satu kali, yaitu pada saat tanaman berumur satu sampai empat bulan. Petani responden juga ada yang melakukan pemupukan urea 58 sebanyak dua kali. Pemberian pupuk urea yang kedua dilakukan pada saat tanaman berumur enam sampai 11 bulan. Teknik pemupukan yang dianjurkan untuk tanaman ubi kayu adalah dengan memberikan seluruh dosis pupuk kandang ditambah dengan sepertiga dosis pupuk urea sebagai pupuk dasar. Sisa dosis kemudian diberikan pada saat tanaman berumur tiga atau empat bulan Prihandana et al. 2007. Kegiatan pemeliharaan tanaman yang juga dilakukan oleh sebagian petani responden adalah penyiangan mengored. Penyiangan dilakukan sebelum pemberian pupuk urea. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat menyerap pupuk urea secara maksimal. Kegiatan penyiangan menjelang panen juga akan mempermudah proses panen dan pengolahan tanah untuk kegiatan usahatani selanjutnya. Penyiangan dilakukan oleh petani responden sebanyak satu atau dua kali, tergantung dari kemampuan petani. Penyiangan masih dilakukan oleh tenaga manusia. Pencegahan rumput dengan bahan kimia tidak dilakukan oleh petani responden. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan penggunaan pestisida dan sejenisnya juga tidak dilakukan oleh petani responden. Alasannya adalah untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh petani dan petani di daerah penelitian beranggapan bahwa tanaman ubi kayu cukup tahan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. 4. Panen dan Pasca Panen Panen ubi kayu dapat dilakukan setelah umbi ubi kayu memiliki kadar pati optimal, yaitu pada saat tanaman berumur sembilan hingga 12 bulan. Tanaman ubi kayu yang siap untuk dipanen memiliki ciri-ciri, yaitu: pertumbuhan daun mulai berkurang, warna daun mulai menguning, dan banyak daun yang rontok. Walaupun ubi kayu sudah dapat dipanen pada umur sembilan bulan, tetapi sebagian besar petani memilih untuk melakukan panen pada saat tanaman berumur 12 bulan. Hal ini terkait dengan sifat khusus ubi kayu, yaitu bobot umbi meningkat dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan kadar pati cenderung stabil pada umur sembilan hingga 12 bulan. Panen ubi kayu di Desa Cikeas dilakukan oleh pengolah tapioka. Ubi kayu yang dipanen diangkut ke tempat penggilingan untuk diolah menjadi aci. Penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan pemanenan dan pengangkutan dibayar oleh pengolah tapioka. 59

6.1.3. Output Usahatani Ubi Kayu

Dokumen yang terkait

Analisis Pendapatan Pengrajin Olahan Ubi Kayu Di Kecamatan Pegajahan (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)

5 69 134

Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

3 127 71

Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kasus: Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah).

7 51 92

Analisis Curahan Tenaga Kerja, Produktivitas Dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu. (Studi Kasus: di Desa Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simaiungun, Propinsi Sumatera Utara)

0 44 108

Analisis Pemasaran Ubi Kayu (Studi kasus : Desa Panombean Marjanji dan Desa Bosar Galugur, Kecamatan tanah Jawa Kabupaten Simalungun.)

1 62 80

Sistem Dan Analisis Usahatani Ubi Kayu. (Studi kasus di Desa Penggalangan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Deli Serdang.)

0 52 124

Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Studi Kasus : Desa Marihat Bandar, Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun

10 89 90

Analisis nilai tambah dan pemasaran kayu sengon gergajian (studi kasus di kecamatan Cigudeg kabupaten Bogor)

4 12 200

Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 4 208

Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi kayu desa galuga kecamatan cibungbulang kabupaten Bogor

2 11 70