Konsep Nilai Tambah Kerangka Pemikiran Teoritis

Khols Uhl 2002. Secara matematis farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : Fsi = Persentase yang diterima petani Pf = Harga di tingkat petani Pr = Harga di tingkat konsumen

3.1.3. Konsep Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, dan pengangkutan dalam suatu proses produksi. Menurut Hayami et al. 1987 definisi dari nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses perubahan bentuk form utility, pemindahan tempat place utility, maupun penyimpanan time utility. Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal, dan manajemen. Konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input yang diperlukan pada suatu komoditas. Input yang menyebabkan terjadinya nilai tambah dari suatu komoditas dapat dilihat dari adanya perubahan- perubahan pada komoditas tersebut, yaitu perubahan bentuk, tempat, dan waktu. Nilai tambah dapat dihitung dengan dua cara yaitu dengan menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran Hayami et al. 1987. Tujuan dari analisis nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku sistem pengolah dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh sistem tersebut. Nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan non teknis faktor pasar. Faktor teknis terdiri dari jumlah dan kualitas bahan baku serta input penyerta, kualitas produk, penerapan teknologi, kapasitas produksi, dan penggunaan unsur tenaga kerja. Faktor pasar meliputi harga bahan baku, harga jual output, upah tenaga kerja, modal investasi, informasi pasar, dan nilai input lain. Komponen pendukung dalam analisis nilai tambah, yaitu faktor konversi, faktor koefisien tenaga kerja, dan nilai produk. Faktor konversi menunjukkan banyaknya output Fs = Pf Pr × 100 29 yang dihasilkan dari satu satuan input. Faktor koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input. Nilai produk menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input. Fungsi dari nilai tambah yang menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen, dapat dirumuskan sebagai berikut: Dimana: K = kapasitas produksi unit usaha unit B = jumlah bahan baku yang digunakan unit T = jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan HOK U = upah tenaga kerja RpHOK H = harga output Rpunit h = harga bahan baku Rp unit L = nilai input lain unit Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan keterampilan, serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi cenderung padat karya maka proporsi bagian tenaga kerja lebih besar dari bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila diterapkan teknologi padat modal maka besarnya proporsi bagian manajemen lebih besar dari proporsi bagian tenaga kerja.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Desa Cikeas merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Luas panen ubi kayu di Desa Cikeas pada tahun 2009 mengalami penurunan. Luas panen ubi kayu pada tahun 2008 sebesar 309 hektar menurun menjadi 117 hektar pada tahun 2009. Penurunan luas panen menunjukkan berkurangnya minat petani dalam usahatani ubi kayu padahal usahatani ubi kayu tergolong mudah. Terdapat satu buah Gapoktan di Desa Cikeas yaitu Gapoktan Sukaraharja. Sebagian besar petani Gapoktan Sukaraharja melakukan usahatani ubi kayu. Kegiatan usahatani ubi kayu yang dilakukan oleh petani masih dilakukan secara sederhana, terutama dalam hal pemupukan. Sebagian besar petani belum melakukan pemupukan sesuai dosis yang diajurkan oleh Petugas Penyuluh Lapangan PPL. Nilai tambah = f K, B, T, U, H, h, L 30

Dokumen yang terkait

Analisis Pendapatan Pengrajin Olahan Ubi Kayu Di Kecamatan Pegajahan (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)

5 69 134

Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

3 127 71

Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kasus: Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah).

7 51 92

Analisis Curahan Tenaga Kerja, Produktivitas Dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu. (Studi Kasus: di Desa Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simaiungun, Propinsi Sumatera Utara)

0 44 108

Analisis Pemasaran Ubi Kayu (Studi kasus : Desa Panombean Marjanji dan Desa Bosar Galugur, Kecamatan tanah Jawa Kabupaten Simalungun.)

1 62 80

Sistem Dan Analisis Usahatani Ubi Kayu. (Studi kasus di Desa Penggalangan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Deli Serdang.)

0 52 124

Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Studi Kasus : Desa Marihat Bandar, Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun

10 89 90

Analisis nilai tambah dan pemasaran kayu sengon gergajian (studi kasus di kecamatan Cigudeg kabupaten Bogor)

4 12 200

Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 4 208

Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi kayu desa galuga kecamatan cibungbulang kabupaten Bogor

2 11 70