yang berasal dari pinjaman juga dibedakan berdasarkan musim tanam, yaitu KRDI dan KRDII, dengan tingkat bunga sebesar 13.5 persen per tahun.
7.2.1. Sumberdaya Lahan
Alokasi sumberdaya lahan untuk semua jenis lahan baik pada model integrasi maupun tanpa integrasi telah mencapai 100 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa seluruh lahan yang diusahakan petani telah dimanfaatkan seluruhnya untuk usahatani tanaman pertanian dan lahan merupakan sumberdaya yang langka. Hal
ini ditunjukkan dengan harga bayangan lahan yang lebih besar dari pada nol, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Penggunaan Lahan Berdasarkan Jenis Lahan pada Setiap Model Integrasi Tanaman-Ternak dan Model Tanpa Integrasi
Jenis Lahan
Alokasi Sumberdaya Integrasi
Padi-Ternak Integrasi
Kakao- Ternak
Tanpa Integrasi
LHSW11 Tersedia ha
Digunakan ha Harga Bayangan Rp 000
0.88 0.88
1 931.61 0.88
0.88 1 766.17
0.88 0.88
3 596.08 LHSW21
Tersedia ha Digunakan ha
Harga Bayangan Rp 000 0.81
0.81 3 243.48
0.81 0.81
3 078.05 0.81
0.81 4 885.24
LHSW22 Tersedia ha
Digunakan ha Harga Bayangan Rp 000
0.81 0.81
2 4678.78 0.81
0.81 6 955.45
0.81 0.81
9 355.45 LKB
Tersedia ha Digunakan ha
Harga Bayangan Rp 000 1.3
1.3 6 370.62
1.3 1.3
8 368.23 1.3
1.3 7 837.42
Harga bayangan merupakan nilai produk marginal yang bermanfaat untuk melihat kesempatan ekonomi dari keterbatasan sumberdaya. Penambahan satu
hektar lahan akan menambah pendapatan sebesar harga bayangan. Namun hal ini belum menunjukkan keuntungan yang dapat diperoleh petani dengan menambah
luas areal pengusahaan usahataninya, karena harga bayangan lahan hanya akan
memberi keuntungan jika nilainya lebih besar dari biaya produksi per hektar lahan untuk masing-masing jenis lahan.
Penambahan satu hektar luas pengusahaan lahan untuk semua jenis lahan akan memberikan tambahan penghasilan terbanyak pada model tanpa integrasi,
ditunjukkan dengan harga bayangan yang lebih tinggi dibandingkan pada integrasi padi-ternak maupun kakao-ternak, kecuali untuk lahan kebun. Pada
model integrasi padi-ternak, penambahan luas pengusahaan lahan satu hektar pada musim tanam II akan memberikan arti jika mengusahakan padi dibandingkan
kedelai karena biaya produksi kedelai lebih tinggi, yaitu Rp 2 330 ribu dibandingkan biaya produksi padi pada musim tanam II, yaitu Rp 1 767.67 ribu
dapat dilihat pada lampiran hasil analisis data. Secara keseluruhan, penambahan luas pengusahaan lahan, baik lahan
sawah maupun lahan kebun akan memberikan tambahan pendapatan, karena harga bayangan lahan masih lebih besar dari biaya produksi masing-masing jenis lahan.
Namun penambahan luas pengusahaan lahan juga membawa konsekuensi kepada penambahan modal usaha, dimana petani juga memiliki keterbatasan modal untuk
usahataninya. Disamping itu keputusan untuk menambah luas pengusahaan lahan juga harus memperhatikan batas minimum dan maksimum dari penambahan
tersebut, sehingga tidak akan merugikan.
7.2.2. Sumberdaya Tenaga Kerja