Input – Output Usahatani Padi

sumber yang beragam, maka digunakan satuan Bahan Kering dry matter DM. Kandungan bahan kering dari beberapa sumber pakan disajikan pada Tabel 13. Pada Tabel juga ditampilkan kandungan bahan kering rumput lapangan sebagai sumber hijauan yang selama ini digunakan oleh petani di lokasi penelitian. Tabel 13. Kandungan Bahan Kering Beberapa Bahan Baku Pakan Asal Limbah Pertanian Sumber Pakan Kandungan BK Rumput Lapangan Jerami Padi segar Jerami Padi Fermentasi Kulit Buah Kakao Dedak Padi 31.26 31.867 73.14 91.33 86.00 Sumber: Agus et al. 2000 Ditjen Peternakan departemen Pertanian 2006.

6.3.1. Input – Output Usahatani Padi

Sistem integrasi padi-ternak menuntut adanya keterkaitan antara usahatani tanaman padi dengan usahatani ternak baik sapi maupun kambing. Input tanaman padi berupa bibit, pupuk, pestisida digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh output berupa padi sebagai hasil utama serta jerami dan dedak sebagai hasil sampingan. Output dari tanaman padi berupa jerami dan dedak ini digunakan sebagai input untuk ternak sapi dan kambing yang akan digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output berupa daging dan hasil samping berupa kotoran yang kemudian dijadikan input tanaman padi. Jumlah input yang digunakan oleh petani contoh serta output yang dihasilkan dari tanaman padi, ternak sapi dan kambing ditampilkan pada Tabel 14. Varietas padi yang banyak diusahakan oleh petani adalah Cigeulis, Ciliwung, Paburu dan Ciherang, dengan rata-rata penggunaan benih adalah 68.12 kg per hektar. Sedangkan penggunaan pupuk dan pestisida bervariasi pada tiap petani. Seluruh petani 100 menggunakan urea dengan dosis yang beragam, yaitu rata-rata 180.74 kg per hektar, menggunakan KCl 10.34 persen, menggunakan SP-36 10.34 persen, menggunakan ZA 17.24 persen, menggunakan pupuk lain seperti pupuk pelengkap cair 13.79 persen, dengan biaya sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 14. Demikian pula penggunaan pestisida dan herbisida sangat bervariasi baik jenis maupun jumlahnya, dengan rata-rata biaya sebagaimana ditampilkan pada Tabel 14. Pemakaian pupuk organik atau pupuk kompos yang berasal dari kotoran sapi maupun kambing masih belum dilakukan oleh petani di daerah ini. Pada model integrasi yang dibangun, maka kebutuhan pupuk kompos untuk setiap hektar lahan sawah adalah sebanyak 1 500 kg per musim tanam, dimana menurut Dirjen Peternakan Departemen Pertanian 2008 bahwa kebutuhan pupuk kandang untuk 1 hektar lahan sawah adalah antara 1.5-2 ton. Penggunaan jerami padi sebagai pakan terutama setelah jerami kering sangat terbatas, mengingat nilai nutrisi jerami padi yang rendah, yaitu: kandungan protein kasar 4.6 persen, abu 18 persen, NDF Neutral Detergent Fiber = serat yang tidal larut dalam larutan detergen netraldinding sel 76 persen, ADF Acid Detergent Fiber = serat yang tidak larut dalam larutan detergen asam 51 persen, selulosa 31 persen, hemiselulosa 25 persen dan lignin 6 persen Doyle et al., 1986 dalam Agus et al., 2004. Kandungan serat kasar yang tingggi serta adanya lignin menyebabkan daya cerna jerami menjadi rendah, menurut Van Soest 1982 adalah sebesar 40-60 persen. Jerami padi memiliki kandungan gizi yang rendah, sehingga perlu dilakukan teknologi pengolahan yang dapat meningkatkan kualitas jerami, misalnya melalui proses fermentasi yang telah banyak diintroduksikan melalui pelaksanaan program integrasi padi-ternak. Proses fermentasi selain meningkatkan kualitas nutrisi, juga akan meningkatkan nilai biologis dari jerami padi, sehingga lebih disukai ternak. Hal yang lebih penting adalah dengan teknologi ini pakan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat memenuhi kekurangan pakan terutama pada saat musim kemarau. Tabel 14. Input, Hasil Utama dan Hasil Ikutan Usahatani Padi Berdasarkan Pola Tanam per Hektar Lahan Uraian Padi 11 Padi21 Padi22 Padi31 Input Benih kg 53.33 69.96 60.00 56.00 Pupuk Anorganik kg 338.33 333.10 345.54 342.00 Pestisidaherbisida Rp 000 221.50 312.17 301.23 293.50 Tenaga Kerja Rp 000 820.00 1 389.32 1 484.35 1 405.00 Lainnya Rp 000 773.33 754.91 784.91 755.00 Hasil Utama Beras kg 1 970.00 1 946.00 2 140.00 2 300.00 Konsumsi keluarga kg 435.67 435.67 435.67 435.67 Dijual kg 1534.33 1510.33 1704.33 1864.33 Hasil Ikutan Pakan Ternak Jerami fermentasi kgBK 1 755.36 1 755.36 1 755.36 1 755.36 Dedak kg BK 225.89 223.14 234.26 263.73 Keterangan: kgBk = kilogram Bahan Kering Berdasarkan hasil pemanfaatan teknologi jerami fermentasi ini pada Balai Besar Penelitian Padi di Sukamandi Jawa Barat, pakan dapat disimpan selama tujuh bulan. Proses fermentasi jerami padi dilakukan dengan menggunakan probiotik seperti probion atau starbiostarter atau EM4 sebanyak 2.5 kg dan urea sebanyak 2.5 kg untuk setiap 1 ton jerami. Pemberian probion ditujukan sebagai pemacu proses degradasi serat, sedangkan urea sebagai sumber nitrogen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk berkembang biak. Adapun proses pembuatan produk fermentasi adalah sebagai berikut: jerami dengan kadar air sekitar 60 persen jerami kering panen ditumpuk setebal kurang lebih 20 cm, kemudian ditaburkan campuran probion dan urea secara merata. Selanjutnya diatas tumpukan pertama ditumpuk lagi jerami setebal 20 cm dan ditaburi campuran probion dan urea, demikian seterusnya sampai bahan habis atau maksimal tinggi tumpukan 3 meter. Tumpukan dibiarkan tanpa perlakuan apapun selama 21 hari, selanjutnya dibongkar dan dikeringanginkan atau dijemur di bawah sinar matahari. Setelah proses ini selesai, selanjutnya pakan dapat dipergunakan dan disimpan pada tempat yang terlindung dari terpaan hujan dan sengatan matahari Ditjen Peternakan Departemen Pertanian, 2008. Proses fermentasi jerami padi ini membutuhkan biaya kurang lebih Rp 53.5 ribu untuk setiap ton jerami atau Rp 214 ribu untuk setiap hektar lahan untuk 4 ton jerami, dan hasil yang diperoleh akan susut atau berkurang sebanyak 40 persen. Jika dikonversi ke dalam satuan bahan kering maka setiap 4 ton jerami akan diperoleh jerami fermentasi sebanyak 1755.36 kg Bahan Kering Tabel 14. Pemanfaatan dedak padi sebagai pakan ternak belum banyak dilakukan di lokasi penelitian, namun ada beberapa peternak yang telah memanfaatkan limbah ini sebagai pakan ternak sapinya dengan pemberian kurang lebih dua kilogram per ekor per hari. Produksi dedak padi sekitar 8 persen dari produk utama gabah kering giling sedangkan produksi beras sekitar 60 persen dari produksi gabah, sehingga diperoleh produksi dedak sebagaimana terlihat pada Tabel 14. Pemanfaatan dedak padi sebagai sumber karbohidrat pada pakan ternak ruminansia diharapkan dapat meningkatkan pertambahan berat badan ternak, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani melalui nilai jual ternak yang lebih tinggi. Komposisi pakan yang dimasukkan dalam program linier adalah 70 persen hijauan dan 30 persen dedak. Sumber hijauan untuk model konsumsi pakan 1 adalah dari rumput selama 6 bulan musim hujan dan dari jerami fermentasi selama 6 bulan musim kemarau. Sedangkan untuk model pakan 2, kebutuhan hijauan 50 persen dari rumput dan 50 persen dari jerami fermentasi.

6.3.2. Input – Output Usahatani Kakao