Analisis Sensitivitas Post Optimal Analysis Konsep dan Pengukuran Variabel

12. Transfer Kompos Per Musim Tanam TRKOMP: ij n i ij XS n ∑ = 1 + k k k XK n ∑ = 2 1 - t t t XT n ∑ = 4 1 - BKOMP 0 dimana: n ij = Rata-rata kompos yang digunakan pada lahan sawah pada musim tanam j kgha n k = rata-tata kompos yang digunakan pada lahan kebun tanaman k kgha BKOMP = Aktivitas membeli kompos kg 13. Transfer Jerami Padi Fermentasi Per Bulan JRF m : - j j j XJRF m ∑ = 2 1 + t t t XT m ∑ = 4 1 + JJRF m dimana : b 8 = Ketersediaan dedak kgBK JJRF = Aktivitas jual jerami fermentasi bulan m kg m ij = Rata-rata jerami yang dapat dihasilkan pada musim tanam j m t = rata-rata jerami fermentasi yang dibutuhkan ternak t Dari model yang telah disusun, selanjutnya pemecahan masalah untuk memperoleh alokasi sumberdaya optimum digunakan pemrograman linier dengan bantuan perangkat komputer SASOR Statistical Analysis SistemOperation Research versi 9.1.

4.4.2. Analisis Sensitivitas Post Optimal Analysis

Setelah pola usahatani optimal diperoleh, dilakukan analisis sentivitas, yang merupakan batas kepekaan dari setiap aktivitas penggunaan sumberdaya. Adanya asumsi sifat deterministik pada analisis program linier menyebabkan model yang dikembangkan dibentuk dalam situasi panuh kepastian certainty, sementara pada kenyataannya situasi yang benar-banar pasti jarang terjadi. Untuk itu diperlukan analisis sensitivitas atau post optimal analysis untuk menangkap ketidakpastian akibat adanya faktor eror atau adanya perubahan terhadap parameter model. Perubahan ini dibedakan menjadi perubahan koefisien fungsi tujuan objective function sensitivity dan perubahan kendala ketersediaan sumberdaya right hand side function sensitivity. Analisis sensitivitas dilakukan juga dengan mengembangkan skenario: 1. Perubahan produksi kakao menjadi 800 kg biji kering per tahun. 2. Peran pasar produk sampingan terhadap pendapatan petani.

4.4.3. Konsep dan Pengukuran Variabel

1. Pola usahatani adalah susunan kombinasi usahatani baik tanaman maupun ternak yang terkait dengan penggunaan sumberdaya dan aktivitas petani. 2. Model Integrasi adalah susunan kombinasi usahatani tanaman dan ternak yang dilaksanakan secara bersama, dimana limbah tanaman dimanfaatkan oleh ternak sebagai pakan dan sebaliknya limbah ternak dimanfaatkan oleh lahan tanaman sebagai pupuk. 3. Model Tanpa Integrasi adalah susunan kombinasi usahatani tanaman dan ternak yang dilaksanakan secara bersama, tanpa adanya pemanfaatan limbah tanaman oleh ternak, demikian pula limbah ternak tidak dimanfaatkan oleh tanaman. 4. Petani adalah petani yang mengusahakan tanaman pangan dan atau tanaman perkebunan serta memelihara ternak sapi dan atau kambing. 5. Luas lahan adalah luas tanah pertanian yang secara riil diusahakan oleh petani baik lahan milik sendiri maupun disewa, dinyatakan dalam satuan hektar. 6. Tenaga kerja keluarga adalah jumlah tenaga kerja produktif yang dimiliki oleh rumahtangga petani yang dapat dilibatkan dalam aktivitas produksi tanaman dan ternak, dinyatakan dalam Hari Orang Kerja HOK. 1 HOK setara dengan bekerja 7 sampai 8 jam per hari, 25 hari perbulan. 7. Sewa tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja luar keluarga yang digunakan pada saat tertentu dimana tingkat pekerjaan usahatani cukup banyak dan tidak dapat dilakukan hanya oleh tenaga kerja keluarga, dengan besarnya upah sesuai dengan yang berlaku di lokasi penelitian, dinyatakan dalam RupiahHOK. 8. Penerimaan usahatani tanaman adalah hasil kali antara harga jual dan produk yang dihasilkan untuk setiap jenis tanaman pada setiap musim tanam. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 9. Penerimaan usaha ternak adalah hasil kali antara harga daging sapi dan kambing per kilogram bobot hidup dengan produk yang dihasilkan oleh ternak, yaitu pertambahan bobot badan hasil pemeliharaan dalam satu tahun. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 10. Biaya input tanaman adalah pengeluaran yang ditujukan untuk pembelian bibit, pupuk maupun pestisida yang digunakan untuk setiap jenis tanaman pada setiap musim tanam. Biaya diperoleh dengan mengalikan harga masing- masing input dengan jumlah input yang digunakan. Satuan yang digunakan adalah rupiah per hektar. 11. Biaya input ternak adalah pengeluaran untuk pembelian obat-obatan, pengadaan pakan ternak setiap tahun, dinyatakan dalam rupiah per ekor. 12. Harga pada tingkat usahatani merupakan harga jual produksi yang diterima petani atau harga beli input yang langsung dibayar petani. 13. Pendapatan bersih merupakan selisih antara semua penerimaan dengan semua pengeluaran baik dari tanaman maupun ternak tunai maupun tidak tunai dalam bentuk fisik berkaitan dengan kegiatan usahatani, dalam satuan rupiah. V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

5.1. Lokasi dan Topografi

Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Tolitoli di sebelah Utara, Provinsi Sulawesi Selatan di sebelah Selatan, Selat Makassar di sebelah Barat dan Kabupaten ParigiMoutong di sebelah Timur. Kecamatan yang dipilih menjadi lokasi contoh adalah Kecamatan Sirenja dan Kecamatan Damsol, yang berjarak masing-masing 124 km dan 182 km dari ibukota kabupaten Donggala. Berdasarkan topografinya, Kecamatan Sirenja dan Kecamatan Damsol termasuk wilayah dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata antara 500 sampai dengan 700 meter di atas permukaan laut. Permukaan tanah terdiri dari dataran, perbukitan dan pegunungan, dengan persentase tertinggi untuk Kecamatan Damsol adalah wilayah pegunungan, sehingga curah hujan di daerah ini tergolong tinggi. Sedangkan untuk wilayah Kecamatan Sirenja, berdasarkan bentuk permukaan tanah terdiri dari dataran dan pegunungan, dengan persentase yang hampir sama antara wilayah dataran dan pegunungan.

5.2. Keadaan Iklim

Kabupaten Donggala memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi antara bulan April sampai bulan September, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai bulan Maret. Suhu udara berkisar antara 25.4 C – 28.1 C dengan kelembaban antara 70 – 82 persen.