bahwa pemberian kulit buah kakao fermentasi yang dapat memberikan pertambahan berat badan yang berarti hanya sampai pada taraf 30 persen dan
pemberian lebih dari itu tidak memberikan pertambahan berat badan yang berbeda dengan taraf pemberian 30, 20 dan 10 persen Saloko dan Syahrir, 2004. Dalam
penyusunan model integrasi pada penelitian ini koefisien input dan output untuk kulit buah kakao adalah tanpa proses fermentasi, namun memanfaatkan secara
segar dengan proses pencacahan dan pelayuan. Jumlah yang diberikan kepada ternak adalah 30 persen dari kebutuhan hijauan untuk pola konsumsi pakan 1 dan
50 persen untuk pola konsumsi pakan 2. Ketersediaan pakan dari kulit buah kakao dihitung berdasarkan produksi
biji kakao kering, dimana setiap kilogram biji kakao kering beratnya 50 persen dari kakao basah sehingga jika produksi kakao kering adalah 449 kg, maka kakao
basah adalah 898 kg. Proporsi kulit kakao dari kakao basah adalah 65 : 35 persen, sehingga produksi kulit buah kakao 1 667.71 kghektartahun atau jika dikonversi
ke dalam satuan bahan kering adalah 1 523.12 kg bahan keringhektartahun.
6.3.3. Input - Output Usahatani Ternak
Pemeliharaan ternak sapi di lokasi penelitian pada umumnya dilakukan secara semi intensif, terutama untuk kecamatan Damsol. Sapi dikandangkan mulai
sore hingga pagi hari dan setelah itu digembalakan. Pemberian pakan dilakukan dua kali yaitu pagi hari sebelum digembalakan dan sore hari setelah dibawa
kembali ke kandang. Sedikit berbeda dengan pemeliharaan sapi, pemeliharaan kambing lebih kepada pemeliharaan secara ekstensif, dimana pemberian pakan
hanya berasal dari penggembalaan. Kandang digunakan sebagai tempat berteduh
pada malam hari. Penggunaan faktor produksi serta produksi dari usahatani ternak sapi dan kambing ditampilkan pada Tabel 16.
Kebutuhan pakan bagi ternak sapi dan kambing selama ini dipenuhi dari hasil mencari rumput di sekitar areal pertanian yang tidak dibeli dan dari
penggembalaan. Jumlah rumput yang dapat disediakan per hari rata-rata sebanyak 30 kg, yang lebih diperuntukkan bagi ternak sapi, sementara untuk kambing lebih
banyak diperoleh dari penggembalaan. Tabel 16. Input, Hasil Utama dan Hasil Ikutan Usahatani Ternak Sapi dan
Kambing EkorTahun
Uraian Sapi
Kambing Input
Hijauan kg BK 1 723.32
261.00 Dedak kg BK
738.57 111.83
Obat-obatan Rp 000 17.18
3.55 Hasil Utama
Daging kgBH 102.96
16.92 Hasil Ikutan
Kompos kg 1 187.12
457.44 Keterangan: kg BK = kilogram Bahan Kering
kg BH = kilogram Berat Hidup Selain pemberian rumput, beberapa petani telah memanfaatkan dedak padi
sebagai pakan tambahan bagi ternak sapinya, dengan jumlah pemberian rata-rata 2 kgekorhari. Dedak padi termasuk ke dalam golongan konsentrat sumber energi,
yang diharapkan pemberiannya dapat meningkatkan pertambahan berat badan. Pemberian konsentrat adalah 30 persen dari jumlah pakan yang diberikan.
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan dan penyediaan pakan hijauan bagi ternak ruminansia oleh Dirjen Budidaya Ternak Ruminansia, Dirjen Peternakan
Departemen Pertanian 2006, maka kebutuhan hijauan berdasarkan bahan kering untuk satu Satuan Ternak ST adalah 6.25 kg BKSThari atau 2 2813 kg
BKSTtahun atau berdasarkan National Research Counsil 1984, kebutuhan ternak sapi sekitar 2-3 persen bahan kering dari berat badan sapi yang berasal dari
hijauan dan konsentrat. Satu satuan ternak adalah setara dengan 1 ekor sapi dengan berat hidup 250 kg atau berumur 2 tahun. Jika dalam populasi umur dan
berat ternak beragam serta tidak diketahui secara pasti, maka digunakan angka konversi Satuan Ternak untuk masing-masing jenis ternak, dimana standar satuan
ternak untuk 1 ekor sapi potong adalah 0.7583 ST dan 1 ekor kambing adalah 0.1148 ST Dirjen Peternakan Departemen Pertanian, 2006. Sehingga
berdasarkan data ini maka kebutuhan hijauan untuk satu ekor sapi adalah 142.18 kg BK per bulan dan untuk ternak kambing adalah 21.53 kg BK per bulan.
Kebutuhan hijauan akan bertambah setiap bulannya seiring dengan pertambahan berat badan ternak. Rata-rata pertambahan berat badan harian ternak
sapi Bali dengan pemberian rumput lapangan adalah 0.286 kgekorhari atau 8.58 kgekorbulan Damry et al., 2008, sehingga kebutuhan hijauan meningkat 0.26
kg BK atau tiga persen dari pertambahan berat badan setiap bulannya, sehingga kebutuhan hijauan per tahun adalah 1 723.32 kg bahan kering. Untuk ternak
kambing, rata-rata pertambahan berat badan harian adalah 0.047 kg Ella et al., 2003 atau 1.41 kgbulan, dengan demikian kebutuhan hijauan meningkat 0.04 kg
bahan kering per bulan, sehingga kebutuhan hijauan per tahun menjadi 261 kg bahan kering.
Selain pertambahan berat badan yang merupakan hasil utama dari usahatani ternak sapi dan kambing, ternak juga menghasilkan kotoran yang dapat
dijadikan sumber utama pembuatan pupuk organik. Produksi kotoran untuk satu Satuan Ternak adalah 10.7 kg bahan segarhari atau 8.11 kgekor hari untuk
ternak sapi dan 1.23 kg bahan segar per ekor per hari untuk ternak kambing. Setelah dijadikan kompos, maka satu ekor sapi dapat menghasilkan 1 187.12 kg
pupuk per tahun dan ternak kambing sebanyak 457.44 kg pupuk per tahun. Kebutuhan pupuk organik untuk lahan sawah adalah 1.5 – 2 ton hektar, untuk
tanaman kakao 2 kg pohon dan untuk tanaman kelapa adalah 3 kgpohon.
VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN – TERNAK
7.1. Pola Usahatani
Pola usahatani yang dimasukkan dalam program linier sesuai kebiasaan petani adalah pola tanam padi-bera untuk lahan sawah satu kali penanaman padi
dalam setahun, padi-padi dan padi-kacang kedelai untuk lahan sawah dua kali tanam serta produksi kakao dan kelapa untuk lahan kering. Aktivitas produksi
usahatani hasil pemecahan optimal ditampilkan pada Tabel 17. Tabel 17. Pola Usahatani Hasil Pemecahan Optimal untuk Masing-Masing
Model Integrasi Tanaman-Ternak dan Tanpa Integrasi Aktivitas
Produksi Satuan Tanpa
Integrasi Padi –Ternak
Kakao - Ternak
Lahan Sawah PT1 : Padi-bera
PT2 : Padi-Padi PT3 : Padi-Kedelai
Ha Ha
Ha 0.880
0.810 0.810
0.880 0.810
0.810 0.880
0.810 0.810
Lahan kering Kakao
Kelapa Ha
Ha 1.30
1.30 1.185
0.115 Ternak
Sapi Kambing1
Kambing2 Ekor
Ekor Ekor
1.94 24.91
0.91 18.29
Pola usahatani yang diusulkan untuk ketiga model baik tanpa integrasi maupun integrasi padi-ternak dan kakao-ternak untuk lahan sawah adalah sama
yaitu padi-bera, padi-padi dan padi-kedelai dengan luas pengusahaan lahan yang sama. Perbedaan model integrasi menyebabkan perbedaan pada pola usahatani
lahan kering, dimana dengan mengintegrasikan tanaman padi dengan ternak maka