tanaman padi membutuhkan biaya yang cukup besar dibandingkan aktivitas produksi tanaman perkebunan maupun ternak.
Tabel 21. Penggunaan Kredit Usahatani Berdasarkan Jenis Kredit pada Model Integrasi Tanaman-Ternak
Rp 000
Uraian Integrasi
Padi - Ternak Integrasi
Kakao- Ternak Tanpa Integrasi
Kredit MT I Tersedia
Penggunaan Harga Bayangan
5 000.00 4 423.04
5 000.00 4 446.51
5 000.00 3 384.48
Kredit MT II Tersedia
Penggunaan Harga Bayangan
5 000.00 770.66
5 000.00 851.99
5 000.00 777.04
Keterangan : MT = Musim Tanam Pemanfaatan kredit untuk musim tanam I pada pola padi-ternak sebesar
88.46 persen, pola kakao-ternak sebesar 88.93 persen dan pola tanpa integrasi sebesar 67.69 persen. Pemanfataan kredit pada ketiga model integrasi tidak
berbeda jauh, terlebih untuk musim tanam II, hal ini disebabkan petani memang membutuhkan modal tambahan untuk membiayai aktivitas usahataninya, terutama
untuk pembiayaan sarana produksi.
7.3. Nilai Ekonomi dan Pendapatan Model Integrasi Tanaman-Ternak
Sub bab ini membahas potensi ekonomi dari model integrasi tanaman- ternak baik dari sisi tanaman, ternak, maupun hasil ikutan dari usahatani tanaman
dan ternak, termasuk didalamnya analisis pendapatan.
7.3.1. Nilai Ekonomi Model Integrasi Padi-Ternak
Kebutuhan pakan ternak terutama hijauan, pada model integrasi padi- ternak disediakan dari hasil mengambil rumput alam di sekitar areal pertanian,
serta dari jerami padi fermentasi. Untuk memberikan keleluasaan petani dalam mengambil keputusan penyediaan pakan, dibuat dua model pemenuhan pakan,
yaitu: model pertama, 70 persen hijauan + 30 persen dedak hijauan untuk bulan Oktober-bulan Maret dari rumput, bulan April-September dari jerami padi
fermentasi, dan model kedua, 70 persen hijauan + 30 persen dedak, dimana hijauan berasal dari 50 persen rumput dan 50 persen dari jerami padi fermentasi.
Hasil solusi optimal menunjukkan bahwa secara ekonomi maka model integrasi padi-ternak yang memberikan pendapatan maksimal adalah
pemeliharaan ternak dengan komposisi pakan model pertama yaitu 6 bulan musim hujan mengkonsumsi rumput, sedangkan pada musim kemarau mengkonsumsi
jerami fermentasi, yang dapat memaksimalkan pendapatan petani. Ketersediaan hijauan pada pola ini adalah 3.2 ton bahan keringtahun yang bersumber dari
rumput dan 6.4 ton bahan keringtahun dari jerami fermentasi Gambar 2.
Ket : final product intermediate product Gambar 5. Bagan Alur Produksi Hasil Solusi Optimal Model Integrasi
Padi-Ternak
Input Terna
Jual Kompos 7 181.56
Rumput 3
Outpu
Dijual 423.09
Proses
Output
Prose Beras
Konsumsi Kel 871.34 kg
Dijual 4 380.09 Lahan
Tenaga Kerja
Input Dedak
+ Jerami
Jual Jerami 14.96 kg
Pupuk
Input Padi
Beli Dedak
2
Dagin Jerami
6.4 ton
Kompos
Ketersediaan pakan model ini dapat memenuhi kebutuhan 25 ekor kambing atau setara dengan 2.96 ST. Biaya pakan secara keseluruhan jika
diperhitungkan secara ekonomi, adalah Rp 2 206.46 ribu, yang terdiri dari Rp 543.88 ribu untuk rumput harga per 30 kg rumput adalah Rp 5 ribu, Rp 346.04
jerami fermentasi biaya pembuatan jerami fermentasi adalah Rp 53.5 ributon dan biaya dedak adalah Rp 1 316.54 harga dedak per kg adalah Rp 600. Hal ini
menunujukkan bahwa secara ekonomi, biaya pakan merupakan biaya terbesar dari komponen biaya pemeliharaan ternak. Namun karena input pakan ini diperoleh
petani dengan jalan tidak membeli, khususnya untuk rumput, maka petani masih dapat memelihara ternaknya dengan biaya input yang murah.
Ketersediaan jerami fermentasi masih berlebih dan masih memungkinkan untuk dijual sebanyak 14.96 kg. Kebutuhan konsentrat dalam hal ini dedak padi
tidak dapat dipenuhi seluruhnya dari aktivitas produksi tanaman padi, sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsentrat ini harus dengan jalan membeli, sebanyak
2 194.2 kg. Hal ini pula yang menyebabkan sebagian besar petani di daerah penelitian tidak memberikan dedak padi kepada ternak sapi maupun kambing
yang dimilikinya, walaupun secara teknis konsentrat ini dapat meningkatkan pertambahan bobot badan yang lebih baik jika dibandingkan tanpa pemberian
dedak. Berdasarkan jumlah pemeliharaan ternak pada model integrasi padi-ternak
ini yaitu 2.9 ST, dapat menghasilkan pupuk kandang atau kompos untuk lahan pertanian dan masih terdapat sisa kompos yang dapat dijual sebanyak 7.2
tontahun. Jumlah kompos yang dijual ini merupakan potensi ekonomi yang dapat menambah pendapatan petani. Jika harga setiap kilogram pupuk adalah Rp 1 200,
maka penerimaan dari kompos adalah sebesar Rp 8 617.87 ribu. Kondisi ini menunjukkan bahwa potensi ekonomi limbah ternak ini sangat besar, sehingga
jika diusahakan oleh petani akan menjadi salah satu sumber penghasilan bagi petani. Final product dari model integrasi padi-ternak yang memiliki nilai
ekonomi adalah beras dan daging
7.3.2. Nilai Ekonomi Model Integrasi Kakao-Ternak