tanaman perkebunan dan ternak, maka kebutuhan modal usahatani juga dibedakan menjadi dua musim tanam.
Terbatasnya modal yang dimiliki petani menuntut mereka untuk meminjam modal jika kebutuhan usahatani lebih besar dari modal yang dapat
disediakan oleh petani. Pinjaman dapat berupa sarana produksi maupun sejumlah dana tertentu untuk membeli input produksi. Petani biasanya meminjam kepada
penjual sarana produksi, pemilik gilingan padi, koperasi atau kepada bank. Besarnya pinjaman bervariasi, tetapi pada umumnya disesuaikan dengan
kebutuhan sarana produksi per luas lahan yang diusahakan, terutama untuk kebutuhan pupuk, pestisida dan herbisida.
Jangka waktu pengembalian pinjaman disesuaikan dengan siklus produksi cabang usahatani yang dibiayai yaitu per musim tanam untuk tanaman semusim
dan per tahun untuk tanaman tahunan. Untuk keperluan analisis program linier, maka besarnya kredit yang dapat dipinjam oleh petani didasarkan pada maksimum
kredit yang dapat diberikan oleh Bank Rakyat Indonesia pada tingkat kantor unit yaitu untuk jenis Kredit Usaha Rakyat KUR sebesar Rp 5 juta per musim tanam
dengan suku bunga 13.5 persen per tahun.
6.2. Pendapatan Usahatani Petani Contoh
Perbedaan sumberdaya yang dikuasai petani menyebabkan adanya perbedaan dalam tingkat pendapatan usahatani maupun dari luar usahatani.
Sebagai ukuran pendapatan usahatani, maka pada Tabel 11 dan 12 disajikan penerimaan dari masing-masing cabang usahatani baik dari usahatani tanaman
maupun ternak selama satu tahun.
Pendapatan usahatani lebih didominasi oleh usahatani tanaman, baik dari usahatani lahan sawah maupun lahan kebun. Kondisi ini menunjukkan bahwa
penghasilan utama petani contoh adalah dari bercocok tanam, sementara ternak merupakan usahatani sampingan yang berfungsi sebagai tabungan jika sewaktu-
waktu membutuhkan dana dalam jumlah besar Tabel 11. Pendapatan Petani Contoh dari Usahatani Tanaman pada Lahan Sawah
dan Lahan Kebun Rp
000 Lahan Sawah
Lahan Kebun Komponen
Padi PT1
Padi PT2
Padi PT3
Kedelai Kakao
Kelapa
Penerimaan 5
340.00 9
028.58 5 900.00 9
750.00 5 365.58 10
101.05 Biaya
Saprodi 1
325.75 2 450.45 1
139.00 1 974.75 1
961.03 1 042.75
Biaya Tenaga Kerja
690.00 2
026.48 1 017.50 1
172.50 1 087.50 1
725.08 Total Biaya
2 015.75
4 476.93 2
156.50 3 147.25 3
048.53 2 767.83
Pendapatan 3
324.25 4
551.93 3 743.50 6
602.75 2 317.04 7
333.22
Penerimaan usahatani tanaman sebagian besar atau 60.49 persen berasal dari lahan sawah, sedangkan usahatani kakao dan kelapa pada lahan kebun
menyumbangkan 33.12 persen dari total pendapatan petani. Penerimaan dari usahatani ternak, baik ternak sapi maupun ternak kambing berasal dari
penerimaan tunai dan non tunai. Penerimaan tunai berasal dari penjualan ternak, sedangkan penerimaan non tunai berupa natura dari penambahan nilai ternak,
yaitu dari pertambahan bobot badan ternak Tabel 12. Pendapatan dari usahatani ternak memberikan sumbangan sebesar 6.39
persen dari total pendapatan usahatani, yaitu sebesar Rp 29 134.81 per tahun. Guna keperluan analisis program linier, maka penerimaan untuk ternak berasal
dari pertambahan nilai ternak melalui pertambahan bobot badan selama setahun.
Hal ini mengingat petani tidak memiliki pola penjualan ternak rutin setiap tahunnya. Petani menjual ternaknya hanya sewaktu-waktu pada saat
membutuhkan dana. Tabel 12. Pendapatan Petani Contoh dari Usahatani Ternak dalam Setahun
Rp 000
Sapi Kambing
Komponen Tunai
Non Tunai
Total Tunai Non
Tunai Total
Penerimaan Penjualan
Bersih 1
080.00 1 080.00
515.00 515.00
Natura 2 265.12
2 265.12 389.16
389.16 Total
Penerimaan 1
080.00 2 265.12
3 345.12 515.00
389.16 904.16
Pengeluaran Pakan Hijauan
1 467.00 1 467.00
380.70 380.70
Obat-obatan 56.00 56.00
30.00 30.00
Total Biaya 1 467.00
1 523.00 380.70
410.70 Pendapatan
1 822.12 493.46
6.3. Input-Output Usahatani Pendukung Model Integrasi Tanaman-Ternak