3 terbinanya calon usahawan di bidang peternakan Manurung, 2005. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan hijauan yang
terbatas di areal perkebunan, digunakan cacahan pelepah sawit dan daun sebagai pengganti pakan hijuan, sementara sebagai pakan tambahan digunakan hasil
samping pengolahan buah sawit yang dikenal dengan non oil solid atau biasa disebut solid. Dari hasil pengolahan sawit PT.Agricinal diperoleh solid paste,
yang kandungan protein kasarnya lebih tinggi serta kadar serat kasarnya lebih rendah dari solid biasa.
Pemanfaatan hasil samping tanaman dan pengolahan kelapa sawit berupa pelepah, solid dan bungkil kelapa sawit dengan imbangan 1:1:1 sebagai bahan
dasar pakan sapi potong memberikan pertambahan bobot hidup harian yang terbaik serta harga ransum yang termurah untuk menghasilkan setiap kilogram
pertambahan bobot hidup Mathius et al., 2004. Sedangkan penelitian pada ternak domba yang dilakukan Doloksaribu et al. 2004 pada perusahaan
pembibitan domba di Kabupaten Toba Sumatera Utara, dengan skala 1 031 ekor induk dan 33 ekor pejantan, menunjukkan bahwa usaha pembibitan domba yang
terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit pada skala komersial layak untuk dikembangkan, ditunjukkan dengan nilai benefit cost ratio sebesar 1.2.
2.2.3. Integrasi Ternak-Kakao
Sistem integrasi ternak-kakao memanfaatkan limbah kulit buah kakao serta hijauan dari tanaman pelindung seperti gamal dan lamtoro sebagai pakan
ternak kambing atau domba. Prabowo et al. 2002 membandingkan pemeliharaan kambing di perkebunan kakao Kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Timur
yang diberikan suplemen pakan lengkap dengan kambing yang hanya diberikan
suplemen garam dapur NaCl dengan komposisi hijauan terdiri dari rumput alam, daun gamal, daun lamtoro serta kulit buah kakao. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian suplemen pakan lengkap dalam bentuk blok garam jilat memberikan dampak positif terhadap produktivitas ternak kambing Peranakan
Etawah baik jantan maupun betina, serta memberikan tambahan pendapatan per tahun sebesar 85.7 persen lebih tinggi dibandingkan pendapatan yang diperoleh
pada pemeliharaan kambing dengan pemberian garam dapur. Penelitian sistem integrasi kambing-kakao juga dilakukan Bulo et al.
2004 di daerah Sulawesi Tengah, dimana hasil terbaik diperoleh pada pemeliharaan kambing dengan introduksi teknologi menggunakan kandang
panggung dengan pemberian pakan 80 persen daun gamal, 20 persen daun kakao, mineral dan garam. Secara finansial perlakuan ini layak untuk diusahakan karena
memberi keuntungan terbesar dibandingkan perlakuan lain yaitu dengan nilai Return Cost Ratio sebesar 1.63. Sejalan dengan penelitian tersebut, Priyanto et al.
2004 menemukan bahwa integrasi kambing-kakao di Lampung juga dapat meningkatkan pendapatan melalui efisiensi biaya pupuk sebesar 40 persen, serta
penghematan tenaga kerja dalam pengambilan rumput sebesar 50 persen, karena rumput telah diganti dengan hijauan tanaman pelindung legum dan kulit buah
kakao. Kontribusi usaha ternak kambing mencapai 17.45 persen dari total pendapatan petani.
2.2.4. Integrasi Ternak-Jagung
Sinergisme pola ini adalah pemanfaatan limbah tanaman jagung berupa jerami fermentasi sebagai pakan ternak dan pemanfaatan pupuk kandang oleh
tanaman jagung. Penelitian Utomo et al. 2004 terhadap empat varietas jagung,
yaitu varietas jagung putih lokal, varietas Sukmaraga, Lamuru dan Semar-10 pada lahan kering di Kalimantan Tengah, menunjukkan bahwa varietas jagung
yang paling adaptif adalah semar-10 dengan dosis pemupukan urea 100 kg, SP36 100 kg dan kompos 1 500 kg, yang memberikan hasil 6.83 tonhekar jagung
pipilan kering dengan RC rasio sebesar 2.6. Sementara rata-rata pertambahan bobot badan ternak sapi yang diberikan pakan rumput dan jerami jagung dalam
kisaran normal. Pemanfaatan limbah daun dan batang jagung, limbah ubi kayu berupa
ampas ubi kayu dan limbah padi berupa dedak sebagai pakan pokok sapi telah banyak dilakukan oleh petani di daerah Deli Serdang Sumatera Utara. Hasil
penelitian Wasito et al. 2004 menunjukkan bahwa penggemukan sapi Brahman atau Simental dengan pakan jerami jagung dan konsentrat ampas ubi kayu, dedak
halus, bungkil kelapa dan garam dapur selama tujuh bulan memberikan keuntungan paling tinggi dengan nilai BC rasio di atas 1.3. Tingkat konsumsi
jerami jagung yang tertinggi adalah untuk varietas Pioner 12, yaitu sampai dengan 90 persen karena batangnya yang lunak dan rapuh, sehingga sisa pakan cenderung
sedikit.
2.3. Penelitian Optimalisasi