ruminansia diharapkan dapat meningkatkan pertambahan berat badan ternak, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani melalui nilai
jual ternak yang lebih tinggi. Komposisi pakan yang dimasukkan dalam program linier adalah 70 persen
hijauan dan 30 persen dedak. Sumber hijauan untuk model konsumsi pakan 1 adalah dari rumput selama 6 bulan musim hujan dan dari jerami fermentasi selama
6 bulan musim kemarau. Sedangkan untuk model pakan 2, kebutuhan hijauan 50 persen dari rumput dan 50 persen dari jerami fermentasi.
6.3.2. Input – Output Usahatani Kakao
Penggunaan faktor produksi serta hasil yang diperoleh baik hasil utama maupun hasil ikutan tanaman kakao di lokasi penelitian sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 15. Produksi kakao pada saat dilakukan penelitian sangat rendah yaitu rata-rata 449 kg. Panen kakao dilakukan setiap bulan yang terdiri dari panen raya
dan panen antara. Produksi pada masa panen raya yaitu pada bulan April rata-rata 80 kg dan bulan Mei rata-rata 69 kg, sedangkan pada bulan-bulan lainnya rata-rata
30 kg atau kurang lebih 40 persen dari produksi normal. Tabel 15. Input, Hasil Utama dan Hasil Ikutan Usahatani Kakao
HektarTahun Uraian
Kakao Input
Pupuk Anorganik Rp 000 762.23
PestisidaHerbisida Rp 000 916.75
Tenaga Kerja Rp 000 116.16
Lainnya Rp 000 1 087.50
Hasil Utama Biji Kakao Kering kg
449 Hasil Ikutan Pakan
Kulit Buah Kakao kgBK 1 523.12
Kondisi ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Fadjar et al. 2006, bahwa produksi kakao di lokasi penelitian berkisar
antara 300-400kg kakao kering per hektar per tahun. Menurut Roesmanto 1991, rata-rata produksi biji kakao kering untuk tanaman dengan umur 10-15 tahun
adalah 1 000 kg per tahun. Produksi yang rendah disebabkan kondisi tanaman yang kurang terpelihara, akibat tanaman yang terserang hama Penggerek Buah
Kakao-PBK Conopomorpha cramerella, Helopeltis sp., dan penyakit busuk buah kakao Phytopthora palmivora. Hal ini menyebabkan petani merasa tidak
memperoleh keuntungan secara ekonomis dengan memelihara tanaman yang produktivitasnya rendah.
Potensi kulit buah kakao sebagai pakan ternak ruminansia lebih terbatas dibanding jerami padi, karena selain mengandung serat kasar yang tinggi 40.03
persen Laconi, 1998 dalam Ditjen Peternakan Departemen Pertanian, 2008 juga terdapat kandungan theobromine yang dapat menyebabkan keracunan pada ternak
jika diberikan dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini diduga karena theobromine dapat menghambat pertumbuhan mikroba rumen ternak ruminansia, sehingga
dapat menurunkan kemampuan ternak untuk mencerna dan memanfaatkan nutrisi yang dikonsumsi. Kulit buah kakao dapat digunakan sebagai pakan sebaiknya
setelah diproses terlebih dahulu, yaitu melalui pencacahan, pengeringan, perendaman, amoniasi ataupun fermentasi.
Penelitian Priyanto et al. 2004 dan Prabowo et al. 2004, bahwa kulit buah kakao dapat diberikan kepada ternak dalam bentuk segar dan dapat
menggantikan hijauan sampai dengan 50 persen. Penelitian lain menunjukkan
bahwa pemberian kulit buah kakao fermentasi yang dapat memberikan pertambahan berat badan yang berarti hanya sampai pada taraf 30 persen dan
pemberian lebih dari itu tidak memberikan pertambahan berat badan yang berbeda dengan taraf pemberian 30, 20 dan 10 persen Saloko dan Syahrir, 2004. Dalam
penyusunan model integrasi pada penelitian ini koefisien input dan output untuk kulit buah kakao adalah tanpa proses fermentasi, namun memanfaatkan secara
segar dengan proses pencacahan dan pelayuan. Jumlah yang diberikan kepada ternak adalah 30 persen dari kebutuhan hijauan untuk pola konsumsi pakan 1 dan
50 persen untuk pola konsumsi pakan 2. Ketersediaan pakan dari kulit buah kakao dihitung berdasarkan produksi
biji kakao kering, dimana setiap kilogram biji kakao kering beratnya 50 persen dari kakao basah sehingga jika produksi kakao kering adalah 449 kg, maka kakao
basah adalah 898 kg. Proporsi kulit kakao dari kakao basah adalah 65 : 35 persen, sehingga produksi kulit buah kakao 1 667.71 kghektartahun atau jika dikonversi
ke dalam satuan bahan kering adalah 1 523.12 kg bahan keringhektartahun.
6.3.3. Input - Output Usahatani Ternak