Struktur Nilai Tambah Bruto

91 4.86, peringkat kedua adalah industri gula sebesar Rp 3 348 117 juta atau 4.30, sedangkan peringkat ketiga adalah industri tapioka dan tepung lain sebesar Rp 2 868 404 juta atau 3.68. Tabel 8. Output Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan Tahun 2005 No . Kode Sektor Nilai Tahun 2000 Rp juta Pangsa Total Output Pering -kat Nilai Tahun 2005 Rp juta Pangsa Total Output Pering -kat 1. IBS 786 890 1.8699 8 1 150 181 1.4756 9 2. IKUD 1 309 108 3.1109 4 2 380 795 3.0544 4 3. ITKT 949 206 2.2556 6 2 868404 3.6799 3 4. IKKL 271 063 0.6441 11 413 558 0.5306 11 5. IML 723 487 1.7192 9 1 208 335 1.5502 8 6. IPD 3 301 974 7.8467 1 2 163 021 2.7750 5 7. IGL 1 166 162 2.7712 5 3 348 117 4.2954 2 8. IKP 1 715 973 4.0778 3 2 060 497 2.6435 6 9. IPKT 925 555 2.1994 7 1 343 493 1.7236 7 10 IMLN 2 744 860 6.5228 2 3 784 981 4.8558 1 11 IMN 58 321 0.1385 12 95 832 0.1229 12 12 IKRT 334 287 0.7944 10 949 621 1.2183 10

5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel Input-Output, nilai tambah ini dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha sewa, bunga dan keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Besarnya nilai tambah pada tiap-tiap sektor ditentukan oleh besamya output nilai produksi yang dihasilkan serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, sektor yang memiliki output besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar, tergantung dari biaya produksi yang dikeluarkan. Berdasarkan klasifikasi 26 sektor ekonomi Provinsi Lampung, terlihat bahwa sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian Provinsi Lampung adalah sektor pertanian tanaman pangan sebesar Rp 7 875 793 juta atau 19.35, 92 sektor perdagangan sebesar Rp 6 781 912 juta atau 16.67, dan tanaman perkebunan sebesar Rp 4 693 007 juta atau 11.53. Pada sektor-sektor agroindustri, kontribusi nilai tambah terbesar dihasilkan oleh industri gula sebesar Rp 881 594 juta atau 2.17, industri tapioka dan tepung lainnya sebesar Rp 656 005 juta atau 1.61, sedangkan industri makanan lainnya sebesar Rp 241 378 juta atau 0.59. 5.2. Keterkaitan Antarsektor Agroindustri dengan Sektor Ekonomi Lainnya 5.2.1. Keterkaitan Antarsektor ke Belakang Keterkaitan antarsektor ke belakang menunjukkan seberapa besar input yang digunakan oleh suatu sektor dari output sektor lain akibat peningkatan satu satuan permintaan akhir sektor tersebut. Analisis keterkaitan, baik keterkaitan ke depan maupun keterkaitan ke belakang digunakan untuk mengetahui struktur agroindustri. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan ke belakang dengan klasifikasi 26 sektor, terlihat bahwa sektor agroindustri di Provinsi Lampung mempunyai keterkaitan ke belakang paling besar dibandingkan sektor-sektor ekonomi yang lain lihat Lampiran 10. Sektor-sektor non agroindustri yang mempunyai keterkaitan ke belakang yang besar pada tahun 2005 adalah industri lainnya sebesar 1.0694 untuk keterkaitan langsung dan sebesar 1.1175 untuk keterkaitan langsung dan tak langsung total, keterkaitan langsung sektor listrik, gas dan air sebesar 1.0718 dan keterkaitan total sebesar 1.0912, sedangkan keterkaitan langsung sektor bangunan dan konstruksi sebesar 0.9101 dan keterkaitan total sebesar 1.1901. Pada tahun 2005, besarnya keterkaitan ke belakang sektor agroindustri pada industri pengolahan ikan dan udang untuk keterkaitan langsung adalah 1.3817 dan keterkaitan total sebesar 1.6528. Pada industri pakan ternak, keterkaitan langsung 93 sebesar 1.2428 dan keterkaitan total sebesar 1.6224, pada industri gula keterkaitan langsung sebesar 1.5502 dan keterkaitan total sebesar 1.6132, pada industri padi keterkaitan langsung sebesar 1.1856 dan keterkaitan total sebesar 1.6124, pada industri makanan lainnya keterkaitan langsung sebesar 1.2148 dan keterkaitan total sebesar 1.6011, pada industri tapioka dan tepung lain keterkaitan langsung sebesar 1.2743 dan keterkaitan total sebesar 1.5834, pada industri pengolahan karet keterkaitan langsung sebesar 1.2001 dan keterkaitan total sebesar 1.5802, pada industri buah dan sayur keterkaitan langsung sebesar 1.1882 dan keterkaitan total sebesar 1.5792, pada industri koprakelapa keterkaitan langsung sebesar 1.1668 dan keterkaitan total sebesar 1.5518, pada industri kopi keterkaitan langsung sebesar 1.2200 dan keterkaitan total sebesar 1.319, pada industri minyaklemak keterkaitan langsung sebesar 1.0941 dan keterkaitan total sebesar 1.2158, sedangkan pada industri minuman keterkaitan langsung sebesar 0.8942 dan keterkaitan total sebesar 0.9783. Apabila data pada tahun 2000 dibandingkan dengan data tahun 2005 Tabel 9, terlihat bahwa terjadi perubahanpergeseran peringkat pada industri tapioka dan tepung lain dari peringkat 7 ke peringkat 6, industri padi dari peringkat 3 ke peringkat 4, industri gula dari peringkat 5 ke peringkat 3, industri makanan lainnya dari peringkat 4 ke peringkat 5, dan industri pengolahan karet dari peringkat 6 ke peringkat 7. Berdasarkan data angka keterkaitan ke belakang sektor-sektor ekonomi pada Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2000, terdapat dua kelompok yaitu sektor-sektor agroindustri dan sektor-sektor non agroindustri. Jumlah sektor-sektor agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi Lampung sebanyak 12 sektor, sedangkan jumlah sektor-sektor non agroindustri sebanyak 14 sektor. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar 0.000039 yang lebih kecil 94 dibandingkan nilai α = 0.05, sehingga H o ditolak. Dengan demikian, besarnya angka keterkaitan ke belakang sektor-sektor agroindustri dengan sektor-sektor non agroindustri berbeda, di mana angka keterkaitan ke belakang sektor-sektor agroindustri lebih besar dibandingkan angka keterkaitan ke belakang sektor-sektor non agroindustri. Tabel 9. Keterkaitan ke Belakang Agroindustri dengan Sektor Lain di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan Tahun 2005 Kaitan ke Belakang Tahun 2000 Kaitan ke Belakang Tahun 2005 No. Sektor Langsung Langsung dan Tak Langsung Peringkat Langsung Langsung dan Tak Langsung Peringkat 1. IBS 1.1181 1.7842 8 1.1882 1.5792 8 2. IKUD 1.3103 2.1079 1 1.3817 1.6528 1 3. ITKT 1.1924 1.8705 7 1.2743 1.5834 6 4. IKKL 1.1731 1.7837 9 1.1668 1.5518 9 11. IML 1.0484 1.3171 11 1.0941 1.2158 11 12. IPD 1.1122 1.9210 3 1.1856 1.6124 4 13. IGL 1.6838 1.8792 5 1.5502 1.6132 3 14. IKP 1.0856 1.3193 10 1.2200 1.3191 10 15. IPKT 1.1785 1.9391 2 1.2428 1.6299 2 16. IMLN 1.1671 1.8895 4 1.2148 1.6011 5 17. IMN 0.6689 0.8202 12 0.8942 0.9783 12 18. IKRT 1.1628 1.8740 6 1.2001 1.5802 7 Berdasarkan data angka keterkaitan ke belakang sektor-sektor ekonomi pada Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2005, terdapat dua kelompok yaitu sektor-sektor agroindustri dan sektor-sektor non agroindustri. Jumlah sektor- sektor agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi Lampung sebanyak 12 sektor, sedangkan jumlah sektor-sektor non agroindustri sebanyak 14 sektor. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar 0.000039 yang lebih kecil dibandingkan nilai α = 0.05, sehingga H o ditolak. Dengan demikian besarnya angka keterkaitan ke belakang sektor-sektor agroindustri dengan sektor-sektor non agroindustri berbeda, di mana angka keterkaitan ke belakang sektor-sektor agroindustri lebih besar dibandingkan sektor-sektor non agroindustri. 95

5.2.2. Keterkaitan Antarsektor ke Depan