Penelusuran Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang

101 Agroindustri yang mempunyai kaitan ke depan dan ke belakang rendah adalah industri minuman. Di samping tidak peka terhadap perubahan sektor lain, sektor ini juga tidak dapat diandalkan untuk menumbuhkan sektor lain apabila investasi pada sektor ini ditingkatkan. Menurut Setiawan 2006, sektor-sektor industri makanan dan minuman agroindustri di Provinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat merupakan sektor yang memiliki daya mengait ke sektor hulu atau backward linkages dan sekaligus memiliki daya dorong ke sektor hilir atau forward linkages yang tinggi. Hasil penelitian Supriyati dan Suryani 2006 di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara menunjukkan tingginya daya kepekaan sektor agroindustri karena pengaruh pertumbuhan ekonomi wilayah yang memiliki kaitan ke belakang yang kuat serta mampu menarik pertumbuhan output industri hulunya. Nilai derajat kepekaan menunjukkan efek relatif yang disebabkan oleh perubahan sektor agroindustri yang menimbulkan perubahan output sektor-sektor lain dengan menggunakan output dari sektor agroindustri tersebut, baik langsung maupun tidak langsung.

5.2.4. Penelusuran Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang

Analisis penelusuran keterkaitan ke depan dan ke belakang digunakan untuk mengetahui secara rinci keterkaitan sektor-sektor agroindustri dengan sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian wilayah. Penelusuran dilakukan dengan cara mengetahui persentase sektor-sektor dari nilai keterkaitan . Berdasarkan Tabel 12 dan Lampiran 12 terlihat bahwa keterkaitan ke belakang terdiri dari keterkaitan dengan sektor itu sendiri, sektor yang memasok bahan baku, sektor perdagangan, sektor transportasi dan komunikasi, serta sektor lainnya. Keterkaitan dengan sektor itu sendiri berkisar antara 40.50–56.12. Keterkaitan sektor diri sendiri merupakan keterkaitan sesama sektor agroindustri 102 dalam menggunakan input. Penggunaan input sesama sektor dalam prakteknya merupakan kerjasama antar perusahaan sejenis. Keterkaitan ke belakang dengan sektor yang memasok bahan baku berkisar antara 9.29–35.59. Keterkaitan tersebut merupakan keterkaitan sektor agroindustri dengan sektor-sektor pertanian seperti tanaman pangan, tanaman perkebunan, dan perikanan. Keterkaitan dengan sektor perdagangan berkisar antara 5.57–12.43. Sektor perdagangan berkaitan dengan transaksi ekspor-impor. Dengan demikian sebagian sektor agroindustri menggunakan input dari impor dan jasa perdagangan lainya. Tabel 12. Penelusuran Keterkaitan Ke Belakang Sektor Agroindustri Provinsi Lampung Tahun 2005 No. SEKTOR Nilai Keterkaitan Sektor 1 Sektor 2 Sektor 3 Sektor 4 Sektor Lain 1. IBS 1.5792 IBS 43.98 TPGN 35.59 PHR 9.01 TRKM 2.50 8.92 2. IKUD 1.6528 IKUD 44.23 IKAN 28.68 PHR 12.43 TRKM 3.29 11.37 3. ITKT 1.5834 ITKT 46.73 TPGN 14.13 PHR 12.24 TKBN 4.57 22.33 4. IKKL 1.5518 IKKL 46.04 TKBN 34.607 PHR 9.61 TRKM 3.13 6.613 5. IML 1.2158 IML 40.50 TKBN 32.379 IKKL 10.26 PHR 8.60 8.261 6. IPD 1.6124 IPD 44.28 TPGN 43.980 PHR 5.57 TRKM 1.89 4.28 7. IGL 1.6132 IGL 56.12 TKBN 25.240 PHR 7.20 TRKM 3.33 8.11 8. IKP 1.3191 IKP 45.47 TKBN 28.532 PHR 10.41 TRKM 8.38 7.208 9. IPKT 1.6299 IPKT 42.58 TPGN 33.90 PHR 9.96 TRKM 2.62 10.94 10. IML 1.6011 IML 42.58 TPGN 26.207 TKBN 11.222 PHR 8.67 11.321 11. IMN 0.9783 IMN 53.70 TKBN 9.29 IGL 6.96 PHR 11.14 18.91 12. IKRT 1.5802 IKRT 50.47 TKBN 31.771 PHR 8.28 TRKM 2.98 6.499 Berdasarkan Tabel 13 dan Lampiran 13 terlihat bahwa keterkaitan ke depan terdiri dari keterkaitan dengan sektor itu sendiri, sektor yang memanfaatkan output 103 untuk bahan baku, sektor perdagangan, sektor, jasa-jasa lainnya dan sektor lainnya. Keterkaitan dengan sektor diri sendiri berkisar antara 72.48–98.94. Keterkaitan diri sendiri merupakan keterkaitan sesama sektor agroindustri dalam menggunakan input. Penggunaan input sesama sektor dalam prakteknya merupakan kerjasama antar perusahaan sejenis. Keterkaitan ke depan sektor agroindustri yang menggunakan output berkisar antara 0.65–18.47. Keterkaitan dengan sektor perdagangan berkisar antara 0.38– 0.70. Sektor perdagangan berkaitan dengan transaksi ekspor-impor. Dengan demikian sebagian besar sektor agroindustri menggunakan output untuk diekspor ke luar wilayah dan jasa perdagangan lainya. Tabel 13. Penelusuran Keterkaitan ke Depan Sektor Agroindustri Provinsi Lampung Tahun 2005 No. SEKTOR Nilai Keterkaitan Sektor 1 Sektor 2 Sektor 3 Sektor 4 Sektor Lain 1. IBS 0.6941 IBS 94.57 PHR 3.08 JJLN 1.06 1.29 2. IKUD 0.8030 IKUD 96.12 PHR 3.23 1.65 3. ITKT 1.2396 ITKT 78.44 PHR 6.52 JJLN 7.54 IMN 1.04 7.5 4. IKKL 0.6121 IKKL 74.75 IML 18.47 IPKT 3.69 3.09 5. IML 0.6265 IML 88.97 IPKT 1.62 IMLN 1.42 ITKT 1.33 7.99 6. IPD 1.0911 IPD 84.98 IKAN 1.62 PHR 1.46 JJLN 2.63 11.94 7. IGL 1.3087 IGL 72.48 ITKT 11.67 IMN 9.26 JJLN 1.55 6.59 8. IKP 0.6241 IKP 89.35 PHR 7.21 3.44 9. IPKT 1.0122 IPKT 75.95 PTK 11.68 PHR 5.67 ITKT 3.85 6.7 10. IMLN 0.7933 IMLN 95.49 ITKT 0.65 IPKT 0.94 PHR 0.38 2.92 11. IMN 0.6608 IMN 98.94 PHR 0.21 0.85 12. IKRT 1.7699 IKRT 81.55 BKST 2.52 ILNY 2.31 IMN 1.49 13.44 104 5.3. Pengganda Sektor Agroindustri

5.3.1. Pengganda Output