Pengganda Output Kontribusi Agroindustri dalam Perekonomian di Provinsi Lampung

104 5.3. Pengganda Sektor Agroindustri

5.3.1. Pengganda Output

Model Input-Output yang dipergunakan adalah model input-output terbuka yang menganggap rumah tangga household sebagai exogenous factor. Rumah tangga merupakan salah satu konsumen akhir yang mengkonsumsi sejumlah output yang dipergunakan sebagai konsumsi akhir. Angka pengganda multiplier menggambarkan dampak yang terjadi terhadap variabel endogen tertentu akibat perubahan terhadap variabel eksogen dalam perekonomian. Angka pengganda tipe I menganggap rumah tangga household sebagai exogenous factor. Angka pengganda tipe II menganggap rumah tangga household sebagai endogenous factor. Sedangkan variabel-variabel endogen adalah output sektoral. Pada penelitian ini dipergunakan angka -engganda tipe I. Nilai pengganda multiplier output dari suatu sektor menunjukkan besarnya peningkatan output pada sektor tersebut akibat kenaikan satu satuan permintaan akhir. Suatu sektor yang memiliki nilai pengganda output tinggi akan memberikan pangaruh yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan pekerjanya jika terjadi kenaikan permintaan pada output yang diproduksinya. Angka pengganda juga dipergunakan untuk mengetahui perilaku industri. Apabila ditinjau dari angka pengganda output klasifikasi 26 sektor ekonomi Provinsi Lampung, pemegang nilai pengganda output yang besar dicapai oleh sektor-sektor agroindustri terutama urutan 1 sampai 10. Sektor-sektor tersebut adalah sektor industri pengolahan ikan dan udang, industri pengolahan karet, industri tapioka dan tepung lain, industri pakan ternak, industri makanan lainnya, 105 industri kopi, industri buah dan sayur, industri padi, industri gula dan industri minuman. Nilai pengganda output terbesar sektor agroindustri adalah pada industri pengolahan ikan dan udang sebesar 2.6480. Artinya, terjadinya peningkatan output pada sektor industri pengolahan ikan, daging dan udang sebesar satu rupiah mengakibatkan peningkatan jumlah output pada semua sektor sebesar 2.6480 rupiah lihat Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14, apabila dilakukan perbandingan angka pengganda output sektor agroindustri pada tahun 2000 dan 2005, terdapat pergeseran perubahan nilai peringkat pada ITKT dari peringkat 6 ke peringkat 3, IML dari peringkat 10 ke peringkat 11, IPKT dari peringkat 3 ke peringkat 4, IMLN dari peringkat 4 ke peringkat 6, dan IMN dari peringkat 4 ke peringkat 5. Sedangkan peringkat angka pengganda output untuk industri lain tetap. Tabel 14. Pengganda Output Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan Tahun 2005 No. Sektor Nilai Tahun 2000 Peringkat Nilai Tahun 2005 Peringkat 1. IBS 2.3625 7 2.8607 7 2. IKUD 2.7686 1 3.2984 1 3. ITKT 2.3939 6 2.9948 3 4. IKKL 1.7288 12 1.9146 12 5. IML 1.7380 10 2.0989 11 6. IPD 2.3501 8 2.8207 8 7. IGL 1.8578 9 2.4548 9 8. IKP 2.4571 5 2.9336 5 9. IPKT 2.4903 3 2.9523 4 10. IMLN 2.4661 4 2.9206 6 11. IMN 1.7332 11 2.4002 10 12. IKRT 2.5196 2 3.0585 2 Berdasarkan data angka pengganda output sektor-sektor ekonomi pada Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2000 lihat Lampiran 15, terdapat dua kategori yaitu sektor agroindustri dan non agroindustri. Jumlah sektor agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi Lampung sebanyak 12 sektor, sedangkan jumlah 106 sektor non agroindustri sebanyak 14 sektor. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar 0.000093 yang lebih kecil dibandingkan nilai α = 0.05 sehingga H o ditolak. Dengan demikian besarnya angka pengganda output antara sektor-sektor agroindustri dengan sektor-sektor non agroindustri berbeda, di mana angka pengganda output antara sektor-sektor agroindustri lebih besar dibandingkan sektor-sektor non agroindustri. Berdasarkan data angka pengganda output sektor-sektor ekonomi pada Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2005 lihat Lampiran 15, terdapat dua kelompok yaitu sektor-sektor agroindustri dan sektor-sektor non agroindustri. Jumlah sektor-sektor agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi Lampung sebanyak 12 sektor, sedangkan jumlah sektor-sektor non agroindustri sebanyak 14 sektor. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar 0.000093 yang lebih kecil dibandingkan nilai α = 0.05 sehingga H o ditolak. Dengan demikian besarnya angka pengganda output antara sektor-sektor agroindustri dengan sektor-sektor non agroindustri berbeda, di mana angka pengganda output antara sektor-sektor agroindustri lebih besar dibandingkan angka pengganda output sektor- sektor non agroindustri. Dampak pengganda output sektor agroindustri dapat dirinci melalui disagregasi. Disagregasi yang dimaksud dalam pembahasan ini mempunyai pengertian bahwa dampak berganda output dari suatu sektor agroindustri akan dirinci secara sektoral, di mana penjumlahan dampak dari seluruh sektor tersebut merupakan besarya dampak pengganda output terhadap perekonomian Provinsi Lampung. Dengan cara ini akan diketahui dengan jelas ke mana saja dampak pengganda output sektor agroindustri itu disebar, sehingga dapat menunjukkan sektor ekonomi mana yang paling diuntungkan apabila dilakukan pengembangan 107 sektor agroindustri. Dampak injeksi awal permintaan akhir pada sektor agroindustri adalah : 1. Sektor ekonomi yang paling diuntungkan ketika ada injeksi awal permintaan akhir sebesar 1 rupiah pada sektor industri pengolahan ikan dan udang adalah sektor perikanan sebesar 0.9459 rupiah atau 28.68 dari dampak total sektor industri pengolahan ikan dan udang terhadap perekonomian Provinsi Lampung sebanyak 3.2984 rupiah. 2. Sektor ekonomi yang paling diuntungkan ketika ada injeksi awal permintaan akhir sebesar 1 rupiah pada sektor industri pengolahan karet adalah sektor tanaman perkebunan sebesar 0.9716 rupiah atau 31.77 dari dampak total sektor sektor industri pengolahan karet terhadap perekonomian Provinsi Lampung sebanyak 3.0584 rupiah. 3. Sektor ekonomi yang paling diuntungkan ketika ada injeksi awal permintaan akhir sebesar 1 rupiah pada sektor industri tapioka dan tepung lain adalah sektor peternakan PTK sebesar 0.4231 rupiah atau 14.13 dampak total sektor industri tapioka dan tepung lain terhadap perekonomian Provinsi Lampung sebanyak 2.9948 rupiah dan sektor perdagangan, hotel dan restoran PHR sebesar 0.3665 atau 12.24 dampak total sektor sektor industri tapioka dan tepung lain terhadap perekonomian Provinsi Lampung sebanyak 2.9948 rupiah. 4. Sektor ekonomi yang paling diuntungkan ketika ada injeksi awal permintaan akhir sebesar 1 rupiah pada sektor industri pakan ternak adalah sektor tanaman pangan sebesar 1.0008 rupiah atau 33.90 sektor industri pakan ternak terhadap perekonomian Provinsi Lampung sebanyak 2.9523 rupiah. 5. Sektor ekonomi yang paling diuntungkan ketika ada injeksi awal permintaan akhir sebesar 1 rupiah pada sektor industri makanan lainnya adalah sektor tanaman pangan sebesar 0.7654 rupiah atau 26.21 sektor industri makanan 108 lainnya terhadap perekonomian Provinsi Lampung sebanyak 2.9206 rupiah dan sektor tanaman perkebunan sebesar 0.2613 rupiah atau 11,22 sektor industri makanan lainnya terhadap perekonomian Provinsi Lampung sebanyak 2.9206 rupiah.

5.3.2. Pengganda Pendapatan Rumah Tangga