85 4.
Masukan dari ekonometrika yang diperlukan dalam Model Input-Output adalah besarnya koefisien, elastisitas produksi, dan tanda positif atau negatif yang
menentukan apakah sektor agroindustri beraglomerasi atau tidak, yang digunakan untuk menentukan kisaran permintaan akhir dalam simulasi
kebijakan. 5.
Masukan dari Model Input-Output adalah besarnya input antara, nilai tambah, dan output pada tahun 2000 dan 2005 yang dibandingkan dengan hasil survei
industri besar dan sedang.
4.7. Analisis Simulasi
Analisis dampak digunakan untuk mengetahui dampak perubahan variabel eksogen injeksi terhadap neraca eksogen pada Tabel Input-Output Provinsi
Lampung Tahun 2005. Tujuan analisis simulasi adalah untuk mengetahui dampak perubahan variabel eksogen injeksi pada permintaan akhir terhadap neraca
endogen yaitu output, pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja di Provinsi Lampung. Hasil analisis simulasi dipakai sebagai perumusan implikasi kebijakan
lihat Gambar 6. Dalam Model Input-Output, output memiliki hubungan timbal balik dengan
permintaan akhir. Jumlah output yang dapat diproduksi tergantung pada jumlah permintaan akhirnya. Kenaikan output sektoral diikuti secara proporsional oleh
kenaikan pendapatan rumah tangga dan jumlah kesempatan atau penyerapan tenaga kerja.
1. Dampak Permintaan Akhir terhadap Output F
A I
X
1
−
− =
4.5 dimana :
X = matriks output
86
1
−
− A I
= matriks pengganda F
= permintaan akhir 2. Dampak Permintaan Akhir terhadap Pendapatan Rumah Tangga
F A
I In
1
−
− =
τν 4.6
dimana :
In = matriks pendapatan τ = matriks pendapatan
ν = matriks koefisien nilai tambah 3. Dampak Permintaan Akhir terhadap Kesempatan Kerja
F A
I L
1
−
− =
γ 4.7
dimana : L
= matriks kesempatan kerja γ
= matriks koefisien tenaga kerja
Simulasi perubahan dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri meliputi :
1. Kebijakan Pengeluaran Pemerintah
S1 : simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah 30, yang dialokasikan pada sektor agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional.
S2 : simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah 30, yang dialokasikan pada sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi secara proporsional.
S3 : simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah 30, yang dialokasikan pada pembangunan infrastruktur.
Tujuan: Untuk mengetahui dampak kebijakan pengeluaran pemerintah terhadap perubahan output, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja sektoral.
87
Gambar 6. Kerangka Operasional Penelitian TABEL I-O
TAHUN 2000 INDEKS
KONSENTRASI SPASIAL
Updating Data
TABEL I-O TAHUN 2005
KLASTER INDUSTRI
BESARNYA AGREGASI 12
SEKTOR AGROINDUSTRI
PENGHEMATA N
AKIBAT AGLOMERASI
PENGGAN DA
KETERKAIT AN
SIMULASI DAN ANALISIS
KEBIJAKAN Pemetaan
Agroindustri
Survei Industri
IMPLIKASI KEBIJAKAN
88
2. Kebijakan Investasi
S4 : simulasi peningkatan investasi 20, yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional.
S5 : simulasi peningkatan investasi 20, yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi secara proporsional.
Tujuan: Untuk mengetahui dampak kebijakan investasi terhadap perubahan output, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja sektor agroindustri yang
beraglomerasi dan yang tidak beraglomerasi.
3. Kebijakan Ekspor
S6 : simulasi peningkatan ekspor 25, yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional.
S7 : simulasi peningkatan ekspor 25, yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi secara proporsional.
Tujuan: Untuk mengetahui dampak kebijakan ekspor terhadap perubahan output, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja.
4. Kebijakan Tunggal Komparasi
S8 : simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 25 yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri secara proporsional.
S9 : simulasi peningkatan investasi sebesar ekspor 25 yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri secara proporsional.
S10 : simulasi peningkatan ekspor 25 yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri secara proporsional.
Tujuan: Untuk mengetahui dampak kebijakan tunggal pengeluaran pemerintah, investasi dan ekspor besar perubahan yang sama terhadap perubahan output,
pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja.
89
5. Kebijakan Gabungan
S11 : simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah 30, investasi 20, dan ekspor 25 yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang
beraglomerasi secara proporsional. S12 : simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah 30 , investasi 20, dan
ekspor 25 yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi secara proporsional.
S13 : simulasi gabungan peningkatan pengeluaran pemerintah 30, investasi 20, dan ekspor 25 yang dialokasikan pada tiga sektor agroindustri
penyumbang output dan beraglomerasi terbesar secara proporsional. S14 : simulasi gabungan peningkatan pengeluaran pemerintah 30, investasi
20, dan ekspor 25 yang dialokasikan pada tiga sektor agroindustri yang merupakan penyerap tenaga kerja dan beraglomerasi terbesar
secara proporsional. Tujuan : Untuk mengetahui dampak kebijakan gabungan pengeluaran
pemerintah, investasi dan ekspor terhadap perubahan output, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja
Besaran angka pengeluaran pemerintah 30, investasi 20 dan ekspor 25 di Provinsi Lampung merupakan rata-rata kenaikan pengeluaran pemerintah
kabupatenkota dan provinsi dalam program pengembangan agroindustri, pertumbuhan investasi industri PMAPMDN, dan peningkatan ekspor agroindustri
selama tahun 2001-2005. Simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah, investasi dan ekspor 25 pada kebijakan tunggal komparasi merupakan besaran rata-rata
peningkatan pengeluaran pemerintah 30, pertambahan investasi 20, dan peningkatan ekspor 25.
90
V. KETERKAITAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI LAMPUNG