Produktivitas Agroindustri di Provinsi Lampung

131

6.4.2. Produktivitas Agroindustri di Provinsi Lampung

Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dengan output. Suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu. Dua aspek fungsi produksi yang bisa diukur adalah konsep return to scale dan marginal physical product MPP. MPP adalah perubahan output sebagai akibat perubahan satu satuan input yang diperoleh melalui turunan pertama dan fungsi produksi Cobb-Douglass CD. Pemahaman tentang MPP penting untuk mengetahui produktivitas masing-masing faktor input. Apabila nilai MPP untuk tiap-tiap input di atas dikaitkan dengan elastisitas inputnya, maka akan diperoleh keistimewaan dalam fungsi produksi CD. Elastisitas input adalah persentase perubahan output sebagai akibat persentase perubahan input. Tujuannya adalah untuk: 1 menjelaskan input mana yang lebih elastis dibandingkan dengan input lainnya, dan 2 mengetahui intensitas faktor produksinya, apakah bersifat padat kerja atau padat modal. Fungsi produksi menggambarkan hubungan input, ouput, dan waktu, dikenal dengan efisiensi menurut Hicks Hicksian neutral technical progress yang dinyatakan dalam bentuk logaritma natural ln A. Nilai ini dapat disebabkan oleh kapital, labor, energi, bahan baku, penghematan akibat aglomerasi dan sebagainya. Dengan kata lain, efisiensi menurut Hicks, dapat menggambarkan tingginya penggunaan teknologi untuk mcnghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi. Koefisien produktivitas agroindustri di Provinsi Lampung berdasarkan pengujian model disajikan pada Tabel 23. Skala pengembalian return to scale agroindustri di Provinsi Lampung pada tahun 1988-2005 berkisar antara 0.2827 industri padi dan 1.227 industri pakan ternak. Rendahnya elastisitas pada industri padi menunjukkan bahwa terjadi fenomena berlakunya hukum diminishing marginal 132 productivity of energy, di mana penambahan terhadap energi justru akan menurunkan total produksi industri. Tabel 23. Koefisien Produksi pada Agroindustri di Provinsi Lampung Agroindustri Elastisitas Output Kapital Elastisitas Output Bahan Baku Elastisitas Output Upah Tenaga Kerja Elastisitas Output Energi Return to Scale RTS Industri Buah dan Sayur 0.0264 0.5744 0.2858 0.1293 1.0159 Industri Ikan, Daging Udang 0.2866 0.7815 -0.024 -0.1489 0.895 Industri Tapioka Tepung Lain 0.0415 0.5903 0.2923 0.1275 1.0516 Industri Kopra Kelapa -0.0472 0.2911 0.3863 0.1044 0.7346 Industri Minyak Lemak 0.016 0.4112 0.0323 0.0922 0.5517 Industri Padi -0.2296 0.614 0.0629 -0.165 0.2827 Industri Gula 0.2332 -1.4695 1.2841 1.0748 1.1226 Industri Kopi -0.0178 0.3262 0.6219 0.0275 0.9578 Industri Pakan Ternak 0.0802 0.5267 0.57 0.0501 1.227 Industri Makanan Lainnya 0.0996 0.9245 -0.121 -0.0136 0.8894 Industri Minuman 0.0105 0.2874 0.3966 0.0541 0.7486 Industri Pengolahan Karet 0.092 -0.00285 0.2382 0.73 1.05735 Terdapat empat agroindustri yang memiliki nilai increasing return to scale IRTS yaitu industri buah dan sayur sebesar 1.0159, industri tapioka dan tepung lain sebesar 1.0516, industri gula sebesar 1.226, dan industri pakan ternak sebesar 1.227. RTS tertinggi terjadi pada industri pakan ternak sebesar 1.227, yang menunjukkan karakter increasing return to scale, artinya bahwa penambahan faktor produksi sebanyak 1 unit menyebabkan peningkatan output sebesar 1.227 unit. Elastisitas output kapitalmarjinal produksi kapital berkisar antara -0.2296 industri gula dan 0.2866 industri ikan, daging dan udang. Kecilnya elastisitas output kapitalmarjinal produksi di antara marjinal produksi input lainnya terkait dengan perkembangan agoindustri di Provinsi Lampung periode tahun 2000 – 2005, di mana penambahan investasi kurang nyata untuk peningkatan stok kapital. 133 Elastisitas output bahan bakumarjinal produksi bahan baku berkisar antara -0.00285 industri pengolahan karet dan 0.9245 industri makanan lainnya. Hampir seluruh agroindustri di Provinsi Lampung menunjukkan elastisitas output bahan bakumarjinal produksi bahan baku yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap output produksi. Elastisitas output upah tenaga kerjamarjinal produksi upah tenaga kerja berkisar antara -0.0242 industri ikan, daging dan udang dan 1.3841 industri gula. Tingkat efisiensi perusahaan berkaitan erat dengan biaya-biaya faktor input terutama tenaga kerja yang digunakan untuk setiap unit output yang dihasilkan dalam proses produksi. Elastisitas output energimarjinal produksi energi berkisar antara -0.0136 industri makanan lainnya dan 1.0748 industri gula. Hampir seluruh agroindustri di Provinsi Lampung menunjukkan elastisitas output energimarjinal produksi energi yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap output produksi. Dengan kata lain, produktivitas energi terhadap output produksi efisien karena kebutuhan dan permintaan terhadap input energi pada tiap sektor agroindustri tersebut mengalami peningkatan sehingga mampu meningkatkan jumlah output produksi.

6.4.3. Penghematan Akibat Aglomerasi Agoindustri