Kombinasi Keterkaitan Antarsektor Kontribusi Agroindustri dalam Perekonomian di Provinsi Lampung

99 serta eksternalitas yang menguntungkan pure external economies. Centrifugal forces terdiri inputfaktor yang tidak cepat bergerak immobile factor, nilai lahan land rent and comuting, kemacetan congestion and other pure, dan diseconomies . Jika persyaratan utama aglomerasi adalah keterkaitan, nilai keterkaitan ke belakang dan depan yang besar pada sektor agroindustri di Provinsi Lampung mengindikasikan bahwa terjadi aglomerasi pada sektor tersebut.

5.2.3. Kombinasi Keterkaitan Antarsektor

Pengelompokkan keterkaitan antarsektor yang didasarkan pada kombinasi antara forward dan backward linkage, yaitu forward rendah dan backward tinggi, forward tinggi dan backward tinggi, forward tinggi dan backward rendah, serta forward rendah dan backward rendah disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Kombinasi keterkaitan antarsektor ekonomi di Provinsi Lampung Forward Rendah Tinggi Backward Tinggi Forward Rendah Backward Tinggi IBS IKUD IKKL IML IKP JJLN IMLN Forward Tinggi Backward Tinggi ITKT IPD IGL IPKT IKRT Rendah Forward Rendah Backward Rendah IMN BKST PTUM Forward Tinggi Backward Rendah TPGN TKBN PTK KHTN IKAN TBNG ILNY LGA PHR TRKM LKJP 100 Agroindustri yang mempunyai kaitan ke depan forward dan ke belakang backward yang tinggi adalah tapioka dan tepung lain, industri gula, industri pakan ternak dan industri karet. Peningkatan investasi di sektor-sektor agroindustri ini akan memberikan dampak yang luas tidak hanya terhadap sektor input, tetapi juga pada sektor output. Tingginya kaitan ke belakang menunjukkan tingginya penyebaran dampak perubahan sektor tersebut terhadap subsektor lainnya, yang tergolong pada industri hulu sektor input. Output sektor-sektor ini akan menjadi input bagi sektor lain yang lebih hilir. Agroindustri yang mempunyai klasifikasi kaitan ke depan tinggi dan kaitan ke belakang rendah tidak ada. Sektor pertanian masuk dalam klasifikasi tersebut. Sektor pertanian umumnya masih perlu untuk dilakukan proses pengolahan oleh sektor industri pengolahan, khususnya pengolahan hasil pertanian. Dengan demikian, sektor-sektor ini lebih peka terhadap perubahan sektor lain akibat perubahan permintaan akhir terhadap masing-masing sektor. Sementara itu, perubahan permintaan akhir terhadap sektor-sektor ini tidak memberikan dampak yang besar terhadapsektor lain karena kaitan ke belakangnya rendah. Agroindustri yang memiliki kaitan ke belakang tinggi dan kaitan ke depan rendah adalah industri buah dan sayur, industri pengolahan ikan dan udang, industri kopra kelapa, industri minyak lemak, industri kopi, dan industri makanan lainnya . Kaitan ke belakang yang tinggi merupakan alasan utama mengapa agroindustri menjadi prioritas dalam pembangunan ekonomi wilayah. Sedangkan kaitan ke depan yang rendah pada sektor tersebut tidak mengherankan mengingat sektor tersebut merupakan sektor hilir dalam proses input-output. Investasi pada industri-industri tersebut akan menumbuhkan industri hulu, khususnya sektor pertanian. 101 Agroindustri yang mempunyai kaitan ke depan dan ke belakang rendah adalah industri minuman. Di samping tidak peka terhadap perubahan sektor lain, sektor ini juga tidak dapat diandalkan untuk menumbuhkan sektor lain apabila investasi pada sektor ini ditingkatkan. Menurut Setiawan 2006, sektor-sektor industri makanan dan minuman agroindustri di Provinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat merupakan sektor yang memiliki daya mengait ke sektor hulu atau backward linkages dan sekaligus memiliki daya dorong ke sektor hilir atau forward linkages yang tinggi. Hasil penelitian Supriyati dan Suryani 2006 di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara menunjukkan tingginya daya kepekaan sektor agroindustri karena pengaruh pertumbuhan ekonomi wilayah yang memiliki kaitan ke belakang yang kuat serta mampu menarik pertumbuhan output industri hulunya. Nilai derajat kepekaan menunjukkan efek relatif yang disebabkan oleh perubahan sektor agroindustri yang menimbulkan perubahan output sektor-sektor lain dengan menggunakan output dari sektor agroindustri tersebut, baik langsung maupun tidak langsung.

5.2.4. Penelusuran Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang