Teori Lokasi, Kutub Pertumbuhan dan Pengembangan Wilayah

33 ekonomi dari tujuan-tujuan yang telah direncanakan, misalnya efisiensi, pertumbuhan ekonomi, ekspor, dan kesempatan kerja.

2.6. Teori Lokasi, Kutub Pertumbuhan dan Pengembangan Wilayah

Dari sekian banyak teori lokasi dan teori perwilayahan yang telah diintrodusksi oleh para pencetusnya dapat diketengahkan beberapa di antaranya yang dianggap penting, yaitu Von Thunen pada tahun 1826, A. Weber pada tahun 1909, W. Christaller pada tahun 1933, A. Losch pada tahun 1944, F. Perroux pada tahun 1955, W. Isard pada tahun 1956, dan J. Friedmann pada tahun 1964. Von Thunen telah mengembangkan hubungan antara perbedaan lokasi pada tata ruang spatial location dan pola penggunaan lahan. Menurut Von Thunen, jenis pemanfaatan lahan dipengaruhi oleh tingkat sewa lahan dan didasarkan pula pada aksesibilitas relatif. Lokasi berbagai jenis produksi pertanian seperti menghasilkan tanaman pangan, perkebunan, dan sebagainya ditentukan oleh kaitan antara harga barang-barang hasil dalam pasar dan jarak antara daerah produksi dengan pasar penjualan. Kegiatan yang mampu menghasilkan panen fisik tertinggi per hektar akan ditempatkan pada kawasan konsentris yang pertama di sekitar kota, karena keuntungan yang tinggi per hektar memungkinkan untuk membayar sewa lahan yang tinggi. Kawasan produksi berikutnya kurang intensif dibandingkan dengan kawasan produksi yang pertama, demikian seterusnya. Menurut von Thunen, produsen-produsen tersebar di daerah luas, sedangkan pembeli-pembeli terkonsentrasi pada titik sentral buyers concentrated, seller dispersed . Titik sentral pada umumnya merupakan kota, dan tidak terdapat perbedaan lokasi di antara para pembeli di dalam kota. Semua pembeli membayar suatu harga tertentu, tetapi unit penghasilan bersih di antara para produsen berbeda- beda, tergantung pada jaraknya dari pusat konsumsi. Model von Thunen ini termasuk dalam kategori satu unit pasar dan banyak unit produksi. 34 Jika terdapat kenaikan biaya transpor, maka harga barang akan naik, dan sebaliknya penurunan biaya transpor akan menurunkan harga pasar dan memperbesar penjualan. Manfaat dari penjualan yang bertambah tersebut akan dinikmati oleh para penjual yang jaraknya lebih jauh, yang berarti lebih banyak penjual yang melayani suatu pasar sehingga mengakibatkan meningkatnya permintaan. Meskipun model Von Thunen masih sangat sederhana, namun sumbangan pemikirannya bagi pengembangan wilayah cukup penting yaitu mengenai penentuan kawasan zoning menurut berbagai jenis kegiatan usaha pertanian. Analisis penentuan lokasi optimum seperti dikemukakan oleh von Thunen telah mendapat perhatian utama dalam pemikiran Alfred Weber. Ia menekankan pentingnya biaya transportasi sebagai faktor pertimbangan lokasi. Teori Weber sebenarnya menekankan dua kekuatan lokasional primer, yaitu selain orientasi transportasi juga orientasi tenaga kerja. Weber telah mengembangkan pula dasar- dasar analisis wilayah pasar dan merupakan seorang ahli teori lokasi yang pertama membahas mengenai aglomerasi. Pemikiran Weber telah memberikan sumbangan ilmiah dalam banyak aspek, di antaranya yaitu penentuan lokasi yang optimal dan kontribusinya yang esensial dalam pengembangan wilayah yaitu mengenai munculnya pusat-pusat kegiatan ekonomi industri. Christaller mengembangkan pemikirannya tentang penyusunan suatu model wilayah perdagangan yang berbentuk segi enam atau heksagonal. Teorinya adalah teori tempat sentral central place theory. Heksagonal yang terbesar memiliki pusat paling besar, sedangkan heksagonal yang terkecil memiliki pusat paling kecil. Secara horisontal, model Christaller menunjukkan kegiatan-kegiatan manusia yang tersusun dalam tata ruang geografis, dan tempat-tempat sentral pusat-pusat yang lebih tinggi ordenya mempunyai wilayah perdagangan atau wilayah pelayanan yang 35 lebih luas dibandingkan pusat-pusat yang kecil; sedangkan secara vertikal, model tersebut memperlihatkan bahwa pusat-pusat yang lebih tinggi ordenya mensuplai barang-barang ke seluruh wilayah dan kebutuhan akan bahan-bahan mentah di pusat-pusat yang lebih tinggi ordenya disuplai oleh pusat-pusat yang lebih rendah ordenya. Prinsip pemasaran dengan susunan piramidal pada model tempat sentral dapat menjamin minimisasi biaya-biaya transportasi. Menurut Christaller, seluruh wilayah perdagangan dapat dilayani, sedangkan dalam kenyataannya sebagian dari wilayah-wilayah tersebut tidak sepenuhnya dapat terlayani karena terbatasnya fasilitas transportasi dan hambatan-hambatan geografis. Teori tempat sentral menjelaskan pola geografis dan struktur herarkis pusat- pusat kota wilayah-wilayah nodal tetapi tidak menjelaskan bagaimana pola tersebut mengalami perubahan-perubahan pada masa depan, atau dengan perkataan lain tidak menjelaskan gejala-gejala fenomena pembangunan. Teori ini bersifat statis, agar teori tempat sentral dapat menjelaskan gejala-gejala dinamis, maka perlu ditunjang oleh teori-teori pertumbuhan wilayah yang menjelaskan mengenai proses perubahan-perubahan struktural. Salah satu dari teori pertumbuhan wilayah adalah teori kutub pertumbuhan growth pole theory yang diformulasikan oleh Perroux. Sumbangan positif teori tempat sentral karena teori tersebut relevan bagi perencanaan dan pengembangan wilayah yaitu sistem herarki pusat merupakan sarana yang efisien untuk perencanaan wilayah. Distribusi tata ruang dan besarnya pusat-pusat kota merupakan unsur yang sangat penting dalam struktur wilayah nodal dan melahirkan konsep-konsep dominasi dan polarisasi. Losch mengintroduksikan pengertian-pengertian wilayah pasar sederhana, jaringan wilayah pasar, dan sistem jaringan wilayah pasar. Prasarana transportasi merupakan unsur pengikat wilayah-wilayah pasar. Unit-unit produksi pada umumnya ditetapkan pada pusat-pusat pasar yang juga merupakan pusat-pusat 36 urban. Perusahaan-perusahaan akan memilih lokasinya pada suatu tempat dimana terdapat permintaan maksimum. Menurut Fujita et al. 1999, ada tiga arus pemikiran teori lokasi yaitu arus pertama dari analisis von Thunen mengenai land rent dan land use. Arus kedua, berhubungan dengan Alfred Weber dan pengikutnya, memfokuskan pada permasalahan lokasi optimal pabrik. Arus ketiga teori lokasi pusat dari Christaller dan Losch menawarkan jawaban terhadap pertanyaan bagaimana ekonomi skala dan biaya transportasi berinteraksi dalam menghasilkan ekonomi spasial. Berdasar struktur herarkis tempat sentral yang telah ditunjukkan oleh Christaller di atas, Isard telah menekankan pentingnya kedudukan pusat-pusat urban tingkat nasional metropolis dalam kaitannya dengan aglomerasi industri. Selanjutnya Isard mengembangkan gejala locational economies penghematan lokasi, dan urbanization economies penghematan urbanisasi sebagai akibat dari pengaruh lokasi. Urutan besarnya peranan kota-kota dapat ditentukan dengan cara meranking pusat-pusat yang bersangkutan rank size rule menurut jumlah penduduknya. Dalam kerangka dasar pemikiran Perroux, suatu tempat merupakan suatu kutub pertumbuhan apabila di tempat tersebut terdapat industri kunci key industry dalam bahasa Inggris atau industries clef dalam bahasa Perancis yang memainkan peranan sebagai pendorong yang dinamik karena industri tersebut mempunyai kemampuan untuk melakukan inovasi. Suatu kutub pertumbuhan dapat merupakan pula suatu kompleks industri, yang berkelompok di sekitar industri kunci. Industri kunci adalah industri yang mempunyai dampak berantai ke depan forward linkage yang kuat. Istilah industri pendorong dan industri kunci agar digunakan secara tepat. Industri pendorong adalah yang mempunyai pengaruh penting terhadap kegiatan- 37 kegiatan pada industri-industri lainnya, baik sebagai pensuplai atau langganan untuk barang-barang atau jasa-jasa, sedangkan industri kunci adalah industri yang menentukan peningkatan aktivitas maksimum Richardson, 1977. Konsep kutub pertumbuhan merupakan suatu konsep yang sangat menarik bagi para perencanaan wilayah. Persoalan utama yang dihadapi dalam penerapan konsep tersebut adalah pemilihan industri kunci atau industri yang menonjol leading industry sebagai penggerak dinamika perturnbuhan. Dalam kasus suatu kompleks industri yang harus diperhatikan yaitu mengidentifikasikan ketergantungan di antara kegiatan-kegiatan ekonomi dan persoalan proses pemindahan perturnbuhan, serta dimensi lokasional dan geografis dari kegiatan- kegiatan tersebut. Pemilihan industri yang menonjol yang ditetapkan di kutub perturnbuhan pada umumnya merupakan industri terberat atau terbesar yang terdapat di daerah tersebut. Hal ini tidak hanya menyangkut pengertian dampak berantai ke belakang dan ke depan, tetapi berkaitan pula dengan jaringan ketergantungan secara teknik dan ekonomi. Di daerah-daerah non industri banyak mengalami gejala-gejala bahwa industri-industri yang dianggap menonjol tidak memiliki ciri-ciri sebagaimana dinyatakan dalam konsep di atas karena keterbatasan skala teknik dan ekonominya, sehingga penerapan kriteria pemilihan industri-industri tersebut tergantung pada kondisi setempat, artinya bersifat relatif. Konsepsi Perroux merupakan langkah utama untuk memberi bentuk konkrit pada aglomerasi. Dinyatakan bahwa pembangunan atau pertumbuhan tidak terjadi di segala tempat, akan tetapi hanya terbatas pada beberapa tempat tertentu. Perroux lebih memberikan tekanan pada aspek konsentrasi proses pembangunan dan menganggap industri pendorong propulsive industries sebagai titik awal perubahan unsur yang esensial untuk menunjang pembangunan selanjutnya. 38 Dimensi geografis telah dimasukkan dalam pengaruh kutub pengembangan. Antara kota dan pedesaan terdapat kaitan yang sangat erat, satu sama lain saling melengkapi seperti dikemukakan Isard 1956. Friedmann 1964 meninjau dari ruang lingkup yang luas dengan menampilkan teori core region wilayah inti. Wilayah inti dikaitkan dengan fungsinya yang dominan terhadap perkembangan wilayah-wilayah di sekitarnya, misalnya sebagai pusat perdagangan atau pusat industri. Wilayah-wilayah di sekitar wilayah inti disebut wilayah-wilayah pinggiran periphery regions. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan lokasi suatu industri atau unit produksi pada umumnya dikaitkan dengan lokasi sumber bahan mentah dan wilayah pasarnya. Kriteria penentuan yang digunakan bermacam-macam, yaitu biaya transportasi yang terendah, sumber tenaga kerja yang relatif murah, ketersediaan sumberdaya air, energi ataupun daya tarik lainnya berupa penghematan-penghematan lokasional dan penghematan-penghematan aglomerasi. Dimensi wilayah dan aspek tata ruang telah dimasukkan sebagai variabel tambahan yang penting dalam kerangka teori pembangunan.

2.7. Skala Pengembalian