Analisis Konsentrasi Spasial dan Kekuatan Aglomerasi 1. Koefisien Hoover-Balassa

77 industri padi, industri gula, industri kopi, industri pakan ternak, industri makanan lainnya, dan industri minuman. Uji Perbedaan Kelompok Agroindustri dan Non Agroindustri Mann-Whitney Uji Mann-Whitney Mann-Whitney Test disebut juga Uji U atau Uji Jumlah Peringkat Wilcoxon Wilcoxon Rank Sum Test. Uji Mann-Whitney merupakan alternatif dari uji-t dua sampel independen. Uji Mann-Whitney berdasarkan jumlah peringkat rank data. Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan ranking yang diberikan kepada kelompok agroindustri dan kelompok non agroindustri. Data dari kedua sampel digabungkan dan diberi peringkat dari terkecil hingga terbesar. Bentuk hipotesis untuk Uji Tanda : 2 1 : η η = H 2 1 1 : η η ≠ H dimana : 1 η = median peringkat pada group 1 kelompok agroindustri 2 η = median peringkat pada group 2 kelompok non agroindustri Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak dan menerima H o berdasarkan P- value adalah : Jika P-value α, maka H o ditolak Jika P-value ≥ α, maka H o diterima

4.4. Analisis Konsentrasi Spasial dan Kekuatan Aglomerasi 1. Koefisien Hoover-Balassa

Pendekatan yang paling sering digunakan untuk menganalisis spesialisasi daerah adalah Location Quotient LQ, yang juga disebut Koefisien Hoover-Balassa. Pendekatan ini menyatakan bahwa spesialisasi relatif agroindustri pada suatu 78 wilayah terjadi apabila spesialisasi industri pada suatu wilayah lebih besar dari pada spesialisasi industri pada wilayah agregat. X S V V LQ i S i S S i = = 3.14 dimana : LQ = Location Quotient atau Koefisien Hoover-Balassa S i V = pangsa subsektor agroindustri s di kabupaten kota terhadap industri provinsi S V = pangsa sektor agroindustri kabupaten kota terhadap agroindustri provinsi S i S = konsentrasi spasial industri s di kota kabupaten i X = kontribusi kabupaten kota i terhadap agroindustri provinsi Nilai 1 LQ , menunjukkan bahwa subsektor s terspesialisasi secara relatif di wilayah i, subsektor s merupakan subsektor unggulan yang layak untuk dikembangkan di wilayah i. Nilai 1 LQ maka subsektor s bukan merupakan subsektor unggulan daerah tersebut.

2. Indeks Spesialisasi Regional

Indeks Spesialisasi Regional atau K SPEC merupakan indeks yang dipergunakan untuk menganalisis perbedaan struktur industri pada suatu wilayah dengan struktur industri pada suatu wilayah lain maupun seluruh wilayah menjadi standar. Hasil penilaian menunjukkan tingkat spesialisasi wilayah yang dianalisis. Kim 1999 menyatakan bahwa nilai yang menjadi ukuran K SPEC berkisar antara nilai nol dan dua. ∑ − = = N S S S i SPEC V V K 1 3.15 dimana : 79 K SPEC = indeks spesialisasi regional. S i V = pangsa subsektor agroindustri s di kabupaten kota terhadap agroindustri di tingkat provinsi S V = pangsa sektor agroindustri kabupaten kota terhadap agroindustri provinsi K SPEC atau indeks spesialisasi regional menunjukkan tingkatan spesialisasi suatu wilayah bila dengan wilayah lain dengan wilayah bersama sebagai benchmark. Dalam konteks Provinsi Lampung, yang menjadi benchmark dalam menganalisis K SPEC pada i adalah struktur agroindustri Provinsi Lampung. K SPEC bernilai dua apabila struktur agroindustri pada wilayah i memiliki tidak memiliki kesamaan dengan struktur agroindustri di Lampung secara keseluruhan. K SPEC bernilai nol apabila persamaan struktur agroindustri daerah i sama dengan struktur agroindustri Lampung secara keseluruhan. K SPEC wilayah i bernilai lebih besar daripada satu sampai dengan lebih kecil sama dengan dua menunjukkan bahwa wilayah i lebih terspesialisasi daripada wilayah lain di Lampung.

3. Indeks Gini Lokasional

Indeks Gini Lokasional digunakan untuk menganalisis tingkat spesialisasi suatu sektor dan konsentrasi spasial antara beberapa wilayah. ∑ = = − M i EG X S g i s i 1 2 3.17 dimana : g EG = Indeks Gini Lokasional s i S = kontribusi subsektor agroindustri di kabupaten kota terhadap agroindustri provinsi i X = kontribusi sektor agroindustri kabupaten kota terhadap 80 agroindustri provinsi

4. Indeks Kekuatan Aglomerasi

Indeks Kekuatan Aglomerasi atau G EG yang biasa disebut raw concentration menunjukkan besarnya kekuatan aglomerasi yang mendorong konsentrasi spasial. ∑ − = = M i EG EG X g G i 1 2 1 3.19 dimana : EG G = besarnya kekuatan aglomerasi EG g = Indeks Gini Lokasional konsentrasi spasial i X = kontribusi sektor agroindustri kabupaten kota terhadap agroindustri provinsi

5. Indeks Ellison-Glaeser atau Pengaruh Aglomerasi

Indeks Ellison-Glaeser diperlukan untuk menganalisis pengaruh natural advantage dan knowledge spillovers terhadap konsentrasi spasial dari industri. H H G EG EG − − = 1 γ 3.22 dimana : EG γ = Indeks Ellison-Glaeser EG G = besarnya kekuatan aglomerasi H = Indeks Herfindahl Ellison and Glaeser 1997 menyatakan bahwa standar pengukuran dari indeks tersebut berdasarkan beberapa perhitungan empiris : di bawah 0.02 menunjukkan dispersi dan di atas 0.05 menunjukkan terjadinya aglomerasi yang kedua-duanya disebabkan oleh pengaruh natural advantage dan knowledge spillovers . 81

4.5. Analisis Penghematan Akibat Aglomerasi