11 Penelitian Suhaini 2012 mengenai analisis usahatani padi sawah di Desa
Mukti Jaya Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir. Luas lahan garapan petani dalam penelitiannya berkisar antara 0.5
– 2.5 ha. Hasil penelitian Suhaini dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 Analisis pendapatan responden petani padi sawah di Desa Mukti Jaya Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir
Komponen Jumlah
Biaya Rp Persentase
A.Fixed Cost FC 1. Pajak Lahan Rp
22 067.75 0.52
2. Penyusutan Alat Rp 188 879.86
3.89 3. Sewa Traktor
562 330.62 11.58
Total Fixed Cost TFC 776 27823
15.99 B.Variabel Cost VC
1. Benih kg 46.48
278 861.79 5.74
2. Pupuk kg 183.48
526 490.51 10.84
3. Pestisida liter 3.51
408 794.04 8.42
4. Tenaga Kerja HKP a. TKDK HKP
4.75 285 063.88
5.87 b. TKLK HKP
35.08 2 104 764.23
43.33 5. Biaya sewa mesin air
28 455.28 0.59
6. Biaya sewa mesin perontok 354 742.55
7.3 7. Saprodi lain
93 780.49 1.93
Total Variable Cost TVC 4 080 95277
84.01 Total Cost TC
4 857 231 100
Sumber: Suhaini 2012
Penelitian Suhaini menunjukkan bahwa proporsi biaya tertinggi pada usahatani padi sawah di Desa Mukti Jaya adalah tenaga kerja luar keluarga
kemudian diikuti dengan biaya sewa traktor. Tabel 5 di bawah ini menunjukkan pendapatan yang diterima petani dalam penelitian Suhaini.
Tabel 5 Pendapatan usahatani padi sawah per hektar pada musim tanam Januari- April 2012
Komponen Jumlah kg
Harga GKG Rp Total Rp
Produksi GKG 4 095.93
3 300 Total Biaya TC
4 857 231.00 a. Total Biaya Tetap TFC
776 278.23 b. Total Biaya Variabel TVC
4 080 952.77 Total Penerimaan TR
13 516 585.37 Keuntungan
8 659 354.37 Pendapatan Kerja Keluarga PKK
8 944 418.25
Sumber: Suhaini 2012
12
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian Arroyan 2011 mengenai analisis struktur biaya dan pendapatan usahatani sayuran organik dan non-organik dengan studi kasus Desa Tugu Utara,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Arooyan mengangkat masalah yang berkaitan dengan struktur biaya usahatani sayuran organik dibandingkan dengan
usahatani sayuran non-organik serta menganalisis pendapatan untuk melihat lebih menguntungkan yang mana antara usahatani sayuran organik dan non-organik.
Penyelesaian permasalahan yang diangkat Arroyan menggunakan metode analisis data berupa analisis struktur biaya sayuran dan analisis pendapatan usahatani. Dua
metode ini pada akhirnya menghasilkan kesimpulan bahwa total biaya usahatani sayuran organik lebih tinggi dibandingkan dengan non-organik; dilihat
berdasarkan biaya setiap petani dan setiap hektar lahan yang diusahakan. Pendapatan usahatani sayuran organik lebih tinggi dibandingkan sayuran non-
organik dilihat dari pendapatan setiap petani dari setiap hektar lahan yang diusahakan.
Penelitian Indah Wulandari 2011 mengenai analisis perbandingan pendapatan usahatani padi organik dengan padi anorganik dengan studi kasus
kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat. Penelitian Wulandari bertujuan untuk membandingkan struktur biaya usahatani padi organik
dan padi anorganik dan juga membandingkan pendapatan usahatani padi organik dan anorganik. Menggunakan analisis struktur biaya, Wulandari mendapatkan
hasil bahwa biaya per ha per musim tanam yang dikeluarkan oleh usahatani padi organik lebih besar dibandingkan anorganik dan apabila dilihat dari status
pengusahaan lahan yang terdiri dari petani penggarap dan pemilik, maka biaya yang dikeluarkan petani penggarap per ha dan per kg output per musim tanam
lebih besar dibandingkan dengan petani pemilik. Hal ini karena petani pemilik tidak mengeluarkan biaya sewa lahan yang berupa bagi hasil ke pemilik tanah.
Biaya total per ha dan per kg output per musim tanam yang dikeluarkan petani penggarap usahatani padi organik lebih besar dibandingkan anorganik, namun dari
sisi petani pemiliki sebaliknya. Komponen biaya tunai petani penggarap usahatani padi organik dan padi anorganik yang memiliki nilai tertinggi adalah bagi hasil
sewa tanah, sedangkan komponen biaya tunai petani pemilik usahatani padi