55
6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Melakukan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak
Hasil olahan data menunjukkan bahwa model yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Z = 15.320 + 0.000 X
1
+ 0.000 X
2
– 4.744 X
3
+ 0.057 X
4
+ 0.926 X
5
+ e
6.3.1 Hasil Regresi Logistik
a. Partial Test Tabel 35 Variables in the equation
B Sig
Exp B Step 1
a
Pendapatan usahatani padi thd b.tunai X
1
.000 .006
1.000
Biaya pupuk kimia X
2
.000 .006
1.000
Jumlah tanggungan keluarga X
3
-4.744 .011
.009
Lama pengalaman berusahatani X
4
-.057 .340
.944
Pendidikan formal X
5
.926 .029
2.523
constant
15.320 .005
4.502E6
Keterangan: signifikan pada α = 5 Sumber: Hasil Olahan Data Primer 2014
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dengan α = 5, maka faktor-faktor yang signifikan terhadap keputusan petani untuk memanfaatkan
limbah adalah faktor pendapatan usahatani padi terhadap biaya tunai, biaya pupuk kimia, jumlah tanggungan keluarga, dan pendidikan formal. Variabel pendapatan
usahatani padi terhadap biaya tunai dengan nilai odds rasio sebesar 1.000 dapat diartikan bahwa apabila pendapatan usahatani padi terhadap biaya tunai yang
dimiliki petani semakin tinggi maka akan meningkatkan peluang petani untuk memanfaatkan limbah. Variabel biaya pupuk kimia dengan nilai odds rasio
sebesar 1.000 dapat diartikan bahwa apabila biaya pupuk kimia yang dikeluarkan petani semakin tinggi maka akan meningkatkan peluang petani untuk
memanfaatkan limbah. Variabel jumlah tanggungan keluarga dengan nilai odds rasio sebesar 0.09 dapat diartikan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan
keluarga yang dimiliki petani maka justru akan menurunkan peluang petani untuk mau memanfaatkan limbah. Hal ini disebabkan meskipun secara kuantitas jumlah
tanggungan keluarga yang dimiliki petani banyak tetapi yang tergolong ke dalam angkatan kerja sedikit sehingga anggota keluarga tersebut tidak bisa menjadi
tenaga kerja dalam keluarga. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa nilai odds rasio variabel pendidikan formal adalah 2.523. Artinya adalah apabila pendidikan
56 yang ditempuh seorang petani semakin tinggi maka peluang petani untuk
memanfaatkan limbah juga akan meningkat sebesar 2.523. Hal ini disebabkan semakin tinggi pendidikan seseorang petani maka akan mempengaruhi cara
berusahataninya. b. Goodness of Fit
Kelayakan model dapat dilihat dari dua sisi, yaitu secara substansi dan secara statistik. Berikut akan menjelaskan kelayakan model secara substansi, yaitu
dengan pengujian Hosmer Lemeshow, Negalgarke R-Square, dan juga Classification Plot. Hasil pengujian menunjukkan nilai Hosmer Lemeshow pada
penelitian ini adalah 0.860 lebih besar dari 0.05. Kesimpulannya adalah dengan tingkat kelayakan 95, model yang digunakan telah cukup mampu menjelaskan
data. Hasil pengujian menunjukkan nilai Negalgarke R-Square pada penelitian ini adalah 0.790. Kesimpulannya adalah kesediaan petani dalam memanfaatkan
limbah bisa dijelaskan oleh model adalah sebesar 79. Hasil pengujian menunjukkan nilai Classification Plot pada penelitian ini adalah 85.0.
Kesimpulannya adalah model yang digunakan telah cukup baik karena faktor- faktor yang digunakan mampu menjelaskan kesediaan petani memanfaatkan
limbah sebesar 85.
57
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Keragaan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi merupakan pemanfaatan limbah tanpa proses pengomposan
terlebih dahulu. Petani di Desa Sukajadi melakukan usahatani padi secara tradisional, yaitu tidak menggunakan pedoman bercocok tanam padi melainkan
menggunakan pemahaman dan pengalaman petani itu sendiri saat melakukan usahatani padi.
Petani yang melakukan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong memiliki struktur biaya usahatani yang lebih rendah dibandingkan
petani yang tidak memanfaatkan limbah. Komponen biaya terbesar yang dikeluarkan petani yang memanfaatkan limbah dan petani yang tidak
memanfaatkan limbah adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga dengan persentase masing-masing sebesar 42.10 dari biaya total usahatani padi yang
memanfaatkan limbah dan 39.89 dari biaya total usahatani padi yang tidak memanfaatkan limbah. Persentase biaya tunai petani yang memanfaatkan limbah
lebih rendah dibandingkan persentase biaya tunai petani yang tidak memanfaatkan limbah. Hal ini disebabkan petani yang tidak memanfaatkan limbah mengeluarkan
biaya pupuk lebih besar dibandingkan petani yang memanfaatkan limbah. Petani yang memanfaatkan limbah menghemat biaya pupuk sebesar 4.30. Hal tersebut
berbanding lurus dengan penurunan biaya produksi sebesar 6.78 yang diterima petani yang memanfaatkan limbah.
Pendapatan atas biaya tunai yang diterima petani yang memanfaatkan limbah lebih besar dibandingkan petani yang tidak memanfaatkan limbah. Begitu
juga dengan pendapatan atas biaya total yang diterima petani yang memanfaatkan limbah lebih besar dibandingkan petani yang tidak memanfaatkan limbah. Selisih
pendapatan atas biaya tunai yang diterima petani yang memanfaatkan limbah terhadap petani yang tidak memanfaatkan limbah adalah sebesar Rp 435 826
hamusim. Selisih pendapatan atas biaya total yang diterima petani yang memanfaatkan limbah terhadap petani yang tidak memanfaatkan limbah adalah
sebesar Rp 284 069hamusim. Hasil perhitungan secara statistik menggunakan