46 hektar maka produktivitas padi yang dihasilkan petani yang memanfaatkan limbah
adalah 4 433.33 kgha. Sebaliknya, petani yang tidak memanfaatkan limbah memiliki rata-rata luas lahan 0.27 ha sehingga mampu menghasilkan gabah kering
panen sebesar 1 265 kg. Bila luas lahan dikonversi ke dalam satuan hektar maka produktivitas padi yang dihasilkan petani yang tidak memanfaatkan limbah adalah
4 498.49 kgha. Harga jual padi sebesar Rp 3 000kg. Perbandingan produktivitas usahatani padi yang memanfaatkan limbah dengan yang tidak memanfaatkan
limbah secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Perbandingan produktivitas usahatani padi dengan dan tanpa
pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi
Uraian Usahatani dengan
pemanfaatan limbah Usahatani tanpa
pemanfaatan limbah 1. Gabah kering panen kg
930 1 265
2. Luas lahan rata-rata ha 0.21
0.27 Produktivitas kgha
4 428 4 685
Sumber: Olah Data Primer 2014
Tabel 26 memperlihatkan bahwa produktivitas petani yang tidak memanfaatkan limbah lebih besar dibandingkan dengan petani yang
memanfaatkan limbah. Hal ini dipengaruhi rata-rata luas lahan petani yang tidak memanfaatkan limbah lebih luas sehingga produksi yang dihasilkannya pun lebih
besar. Pada waktu pemanenan banyak petani yang menggunakan tenaga kerja luar
keluarga. Perbandingan penggunaan HOK tersebut dibedakan berdasarkan Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK dan Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK.
Berikut dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Perbandingan penggunaan tenaga kerja pemanenan usahatani padi
dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi
No Pemanenan
Penggunaan Tenaga Kerja HOKha Usahatani dengan
pemanfaatan limbah Usahatani tanpa
pemanfaatan limbah 1.
Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK
14.82 16.98
2. Tenaga Kerja Luar
Keluarga TKLK 2.73
5.81 Total
17.55 22.79
Sumber: Olah Data Primer 2014
47
6.1.5 Penggunaan Tenaga Kerja
Semua kegiatan usahatani memerlukan tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan oleh petani di Desa Sukajadi dibedakan dalam dua jenis, yaitu tenaga
kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja luar dipekerjakan saat awal musim panen dan saat akhir panen tiba. Upah tenaga kerja
yang diberlakukan di Desa Sukajadi adalah sebesar Rp 30 000 untuk setengah hari dimana dalam setengah hari tersebut kuli yang harus bekerja menggarap lahan
dari pukul 07.00 – 11.00 lima jam sekali upah.
Waktu tanam yang seragam menyebabkan semua penduduk menjalani kegiatan yang sama di waktu yang bersamaan sehingga kuli pacul, sebutan tenaga
kerja harian, akan bekerja bersamaan dengan lahan yang dimilikinya. Tugas kuli pacul sendiri adalah untuk membantu menggarap lahan dan membantu masa
panen masing-masing selama kurang lebih seminggu sehingga total hari kuli bekerja biasanya adalah empat belas hari. Sebaliknya, untuk tenaga kerja keluarga
total turun ke sawah kurang lebih empat minggu atau 28 hari dengan waktu bekerja sama yaitu dari pukul 07.00- 11.00. Tenaga kerja keluarga yang berasal
dari anak petani itu sendiri dipekerjakan hanya saat panen tiba. Tabel 28 akan menunjukkan rata-rata upah kuli yang dikeluarkan para petani baik petani yang
memanfaatkan limbah maupun yang tidak memanfaatkan limbah selama satu musim di Desa Sukajadi.
Tabel 28 Rata-rata pengeluaran biaya tenaga kerja usahatani dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi per musim
Usahatani dengan pemanfaatan limbah Rpha
Total HOK
Usahatani tanpa pemanfaatan limbah Rpha
Total HOK
TKD K
2 774 917 92.59
2 820 198 100.01
TKLK 565 083
17.22 649 167
19.91 Total
3 340 000 109.81
3 469 365 119.92
Sumber: Data Primer 2014
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa petani di Desa Sukajadi lebih banyak mengeluarkan biaya tidak tunai yaitu biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga
TKDK. Petani yang tidak memanfaatkan limbah mengeluarkan biaya yang lebih dibandingkan petani yang memanfaatkan limbah karena luasan lahan yang
dimiliki petani yang tidak memanfaatkan limbah lebih besar sehingga memerlukan tenaga kerja lebih
.
48
6.1.6 Produksi Limbah Pertanian
a. Jerami Padi Pada umumnya saat masa panen tiba juga dihasilkan limbah yaitu jerami
padi. Tabel 29 akan memaparkan rata-rata penggunaan jerami untuk pakan ternak dalam konversi kgha untuk satu kali musim bagi petani yang memanfaatkan
limbah. Tabel 29 Jumlah jerami yang dihasilkan, dipakai, dan yang tersisa di Desa
Sukajadi per ha per musim oleh petani yang memanfaatkan limbah
Uraian Jumlah kg
Persentase Jumlah Limbah
8 002.78 100
Penggunaan Limbah 1 649.72
20.61 Sisa Limbah
6353.06
79.39
Sumber: Olah Data Primer 2014
Jerami yang dihasilkan saat panen oleh petani setempat biasanya langsung diberikan sebagai pakan ternak sapi milik mereka. Pemberian pakan ternak sapi
potong menggunakan jerami padi dilakukan selama kurun waktu seminggu. Pemberian jerami padi sebagai pakan ternak di Desa Sukajadi tidak mengalami
proses fermentasi melainkan langsung diberikan dalam keadaan basah atau setengah kering. Oleh karena itulah, dengan tidak adanya proses penyimpanan
yang baik yaitu dengan cara difermentasi maka jerami akan menjadi semakin kering dan jerami kering cenderung tidak disukai oleh sapi. Haryanto 2003
mengatakan jerami yang sudah difermentasi akan memiliki penampilan berwarna cokelat dan tekstur lebih lunak sehingga disukai oleh sapi. Jerami padi yang sudah
menjadi kering dan tidak disukai oleh sapi akan dibiarkan begitu saja di sawah hingga pada akhirnya sisa jerami tersebut secara alamiah akan membusuk dan
menjadi pupuk bagi sawah. b. Kotoran Ternak Sapi Potong
Petani memperkirakan setiap hari kotoran ternak yang dihasilkan sapi betina dewasa per ekornya adalah sebanyak lima kg, sedangkan sapi pedet
menghasilkan kotoran sebanyak tiga kg setiap harinya. Total ternak yang dimiliki petani yang memanfaatkan limbah berjumlah 48 ekor yang terdiri dari lima belas
ekor sapi pedet dan 33 ekor sapi betina dewasa. Berdasarkan jumlah ternak yang dimiliki petani, maka dalam sebulan rata-rata dihasilkan kotoran ternak sebanyak
49 6.21 ton. Hasil wawancara dengan petani, jumlah pupuk kandang yang sudah
dimanfaatkan petani hanya 40 saja dari 18.63 ton kotoran yang tersedia. Semua petani di Desa Sukajadi belum menggunakan seluruh kotoran
ternak yang ada sebagai pupuk kandang. Kendala yang sering dialami petani saat menggunakan pupuk kandang adalah tingkat kematangan kotoran. Apabila
kotoran ternak belum kering maka tidak bisa digunakan sebagai pupuk kandang. Selaras dengan anggapan petani, petunjuk pemupukan oleh agromedia 2009
mengatakan bahwa dalam menggunakan pupuk kandang sebaiknya memilih yang sudah matang. Ciri-cirinya adalah pupuk tidak berbau tajam, berwarna cokelat tua
atau kehitaman, tampak kering, gembur jika diremas, dan tidak terasa panas jika dipegang. Hal ini disebabkan pupuk yang belum matang dapat menyebabkan
tanaman mati karena proses dekomposisi unsur hara pada pupuk yang belum matang, masing berlangsung, sehingga masih menghasilkan energi panas yang
bisa mengakibatkan tanaman terbakar. Kendala lainnya adalah apabila letak kandang ternak jauh dari lahan sawah petani, karena membutuhkan biaya dan
tenaga lebih untuk mengangkutnya. Petani di Desa Sukajadi dalam memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk
belum melakukan proses pengomposan terlebih dahulu. Para petani belum menyadari manfaat proses pengomposan kotoran ternak sapi. Padahal menurut
Hartatik et al 2005, pengomposan mempercepat proses kotoran menjadi pupuk organik karena mikroba dekomposer bertujuan untuk mengurangi bau dan
mempercepat pematangan. Ditambahkan pula bahwa di antara jenis pukan, pukan sapilah yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa.
6.2 Identifikasi Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pemanfaatan Limbah
Usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah ternak di Desa Sukajadi memiliki struktur biaya tetap dan variabel yang bersifat tunai dan non
tunai. Pendapatan yang diperoleh petani yang melakukan usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah juga merupakan pendapatan atas biaya tunai dan
pendapatan atas biaya total.
50
6.2.1 Struktur Biaya Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pemanfaatan Limbah
Analisis struktur biaya pada penelitian meliputi analisis struktur biaya usahatani padi dengan membedakan antara petani yang memanfaatkan limbah
maupun yang tidak memanfaatkan limbah. Berdasarkan analisis struktur biaya usahatani padi diketahui total biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
berusahatani dalam satu kali musim tanam. Pada penelitian ini yang termasuk biaya tetap tunai adalah pajak bangunan, sewa lahan, sewa mesin air, dan sewa
mesin bajak, sedangkan biaya tetap diperhitungkan yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya penyusutan alat-alat bertani serta tenaga kerja dalam keluarga. Biaya
variabel tunai yaitu biaya benih, pupuk kimia, pestisida, biaya tenaga kerja luar keluarga. Struktur biaya usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah
ternak sapi potong di Desa Sukajadi dapat dilihat secara rinci pada Tabel 30. Tabel 30 Struktur biaya usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah
di Desa Sukajadi Rp ha
Komponen Biaya
Usahatani dengan pemanfaatan limbah
Usahatani tanpa pemanfaatan limbah
∆ selisih Rp
Persentase Rp
Persentase I. Biaya Tunai
Biaya Tetap a. Sewa mesin air
272 916 4.14
379 940 5.37
107 024 b. Sewa mesin bajak
244 833 3.71
308 967 4.37
64 134 c. Sewa lahan
500 000 7.59
666 667 9.43
166 667 d. Pajak
254 250 3.86
258 465 3.66
4 215 Sub total
1 271 999 19.30
1 614.039 22.83
342 040 Biaya Variabel
a. Benih 124 583
1.89 142 292
2.01 17 709
b. Pupuk campuran urea KCL 1 118 333
16.97 1 503 829
21.27 385 496
c. Pestisida kimia 263 777
4.00 118 834
1.68 -144 943
d. Tenaga kerja luar keluarga 565 083
8.57 596 083
8.43 31 000
Sub total 2 445 526
31.43 3 674 084
33.39 289 262
Total biaya tunai 3 717525
50.73 5 288 123
56.22 631 302
II. Biaya Tidak Tunai a. Penyusutan alat pertanian
472 194 7.16
275 156 3.89
-197 038 b. Tenaga kerja dalam keluarga
2 774 917 42.10
2 820 198 39.89
45 281 Total biaya tidak tunai
3 247 111 49.27
3 095 354 43.78
-151 757 Total biaya
6 590 886 100
8 383 477 100
479 545 Keterangan:
-Persentase dalam total biaya -Selisih antara usahatani tanpa pemanfaatan limbah dikurangi usahatani dengan pemanfaatan
limbah
51
Sumber: Data Olah Primer 2014
Tabel 30 menunjukkan bahwa komponen biaya terbesar yang dikeluarkan petani yang memanfaatkan limbah dan petani yang tidak memanfaatkan limbah
adalah tenaga kerja dalam keluarga dengan persentase masing-masing sebesar 42.10 dari biaya total usahatani padi yang memanfaatkan limbah dan 39.89
dari biaya total usahatani padi yang tidak memanfaatkan limbah. Biaya terbesar lainnya yang dikeluarkan petani yang memanfaatkan limbah dan petani yang tidak
memanfaatkan limbah adalah biaya pupuk kimia dengan persentase masing- masing 16.97 dari biaya total usahatani padi yang memanfaatkan limbah dan
21.27 dari biaya total usahatani padi yang tidak memanfaatkan limbah. Tabel 30 juga menunjukkan bahwa persentase biaya tunai petani yang
memanfaatkan limbah adalah sebesar 50.73 dari biaya total usahatani padi yang memanfaatkan limbah, sedangkan persentase biaya tunai petani yang tidak
memanfaatkan limbah adalah sebesar 56.22 dari biaya total usahatani padi yang tidak memanfaatkan limbah. Hal ini disebabkan petani yang tidak memanfaatkan
limbah mengeluarkan biaya pupuk lebih besar dibandingkan petani yang memanfaatkan limbah. Petani yang memanfaatkan limbah menghemat biaya
pupuk sebesar 4.30. Hal tersebut berbanding lurus dengan penurunan biaya produksi sebesar 6.78 yang diterima petani yang memanfaatkan limbah.
Penyebab lainnya karena petani yang tidak memanfaatkan limbah memiliki rataan lahan sawah yang lebih luas dibandingkan dengan rataan lahan sawah petani yang
memanfaatkan limbah sehingga biaya yang dikeluarkan petani yang tidak memanfaatkan limbah terhadap benih dan pupuk jauh lebih besar.
Biaya TKDK dan TKLK yang dikeluarkan oleh petani yang tidak memanfaatkan limbah lebih besar dibandingkan petani yang memanfaatkan
limbah karena dipengaruhi luas lahan yang digarap petani. Biaya tenaga kerja yang paling banyak dikeluarkan baik petani yang memanfaatkan limbah maupun
tidak di Desa Sukajadi adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini menyebabkan biaya tunai menjadi lebih kecil karena biaya tenaga kerja terbesar
dikeluarkan oleh keluarga petani itu sendiri.
52
6.2.2 Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pemanfaatan Limbah Ternak
Pendapatan usahatani adalah total pendapatan bersih yang diperoleh dari seluruh aktivitas usahatani yang merupakan selisih antara total penerimaan dengan
total biaya yang dikeluarkan. Usahatani akan dikatakan untung apabila selisih antara penerimaan dan pengeluaran bernilai positif Soekardono, 2009. Analisis
yang akan dilakukan pada usahatani ini dibedakan atas pendapatan usahatani yang memanfaatkan limbah dengan usahatani yang tidak memanfaatkan limbah baik
terhadap biaya tunai maupun atas biaya total. Total biaya yang dikeluarkan oleh petani yang memanfaatkan limbah lebih
rendah dibandingkan jika tidak memanfaatkan limbah. Namun, penerimaan yang diterima petani yang tidak memanfaatkan limbah lebih besar dibandingkan dengan
petani yang memanfaatkan limbah. Hal ini disebabkan rataan luas lahan yang dimiliki petani yang memanfaatkan limbah lebih sempit dibandingkan luas lahan
petani yang tidak memanfaatkan limbah. Pengurangan biaya produksi karena menggunakan pupuk kandang mengakibatkan petani yang memanfaatkan limbah
memperoleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan petani yang tidak memanfaatkan limbah. Hal ini secara lebih rinci dapat terlihat dari Tabel 31.
Tabel 31 Analisis rata-rata pendapatan usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi Rpha
Uraian Usahatani dengan
pemanfaatan limbah
Usahatani tanpa pemanfaatan
limbah ∆ selisih
1. Penerimaan 13 300 000
13 495 476 195 476
2. Biaya - Biaya Tunai
3 343 775 3 975 077
631 302 - Biaya Tidak Tunai
3 247 111 3 095 354
-151 757 3. Biaya Total
6 590 886 7 070 431
479 545 4. Pendapatan atas Biaya Tunai
9 956 225 9 520 399
-435 826 5. Pendapatan atas Biaya Total
6 709 114 6 425 045
-284 069
Keterangan: Selisih antara usahatani tanpa pemanfaatan limbah dikurangi usahatani dengan pemanfaatan limbah
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh, keuntungan yang diterima petani yang memanfaatkan limbah apabila dilihat dari pendapatan atas biaya total
adalah sebesar Rp 284 069 hamusim.