ditemukan masalah yang sama, yaitu persiapan siswa yang sangat kurang dalam menerima pelajaran, aktivitas siswa masih belum Nampak pada saat
pembelajaran dan masih banyak siswa mendapatkan nilai dibawah KKM. Masalah di atas ternyata terjadi pada setiap kelas, hal ini sesuai dengan
pernyataan guru kelas V yang dibenarkan dengan guru-guru lain yaitu untuk pelajaran matematika jangan dilihat hasilnya terlebih dahulu tapi motovasi
siswa di sini untuk mengikuti pelajaran matematika sangat rendah. Kecenderungan menggunakan metode ceramah di depan kelas masih
mendominasi strategi pembelajaran yang dipergunakan. Hal ini disebabkan karena ceramah dirasa sangat praktis, mudah dilaksanakan oleh guru dan dapat
menyampaikan materi ajar yang jumlahnya cukup banyak. Guru tidak peduli bahwa dengan ceramah, siswa akan memperoleh pengetahuan yang sifatnya
hafalan knowledge, mudah dilupakan, pasif, dan aktivitasnya rendah. Guru sering mengatakan, “ paham atau tidak itu urusan dan tanggung jawab siswa”.
Rendahnya respon aktivitas siswa dalam proses pembelajaran antara lain disebabkan oleh proses pembelajaran yang bersifat reseptif yaitu guru banyak
ceramah, guru kurang melatih mengembangkan potensi bertanya, semangat belajar rendah, tidak tahu manfaat belajar. Penggunaan metode ceramah dalam
proses pembelajaran, akan melahirkan siswa yang lemah, pasif, duduk, dengar, dan catat. Nilai ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan duduk,
dengar, dan catat bersifat mudah dilupakan. Untuk mengatasi permasalahan ini ditawarkan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe group
investigation. Group investigation adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 2 sampai 6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan
materi pokok bahasan yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok.
5
Pembelajaran kooperatif tipe group
5
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, Cet ke-3, h.220
investigation adalah salah satu model pembelajaran yang mudah diterapkan karena melibatkan aktivitas seluruh siswa.
Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap
kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti
dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya sebelum mengajukan
pertanyaan tersebut kepada guru. Berdasarkan masalah tersebut, peneliti memberikan alternatif untuk
menjadikan pembelajaran matematika di kelas V menjadi suatu pembelajaran yang menarik perhatian siswa dan siswa dapat mengetahui dengan jelas makna
dari pembelajaran matematika tersebut. Dengan
penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe
group investigation, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil
belajar matematika siswa. Oleh karena itu, peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul:
“Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajran Kooperatif Tipe GI
Grouop Investigation ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut, yaitu:
1. Orientasi pembelajaran masih berpusat pada guru
2. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika
3. Penggunaan metode dan strategi pembelajaran matematika belum
maksimal karena masih bersifat konvensional. 4.
Pasifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan aktivitas belajar matematika siswa melalui
model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian tindakan ini adalah: 1.
Bagaimana peningkatan aktivitas belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
b. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui pembelajaran
kooperatif tipe group investigation.
2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut:
a. Bagi sekolah, melalui penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang
baik bagi sekolah dalam rangka peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika.
b. Bagi guru, menambah alternatif dalam menggunakan model dan
strategi pembelajaran di kleas yang selama ini masih menggunakan proses pembelajaran yang konvensional menjadi proses yang
menyenangkan yang dapat meningkatkan hasil belajar yang maksimal. c.
Bagi siswa, melalui penelitian ini siswa dapat menggunakan model pembelajaran aktif yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga
dapat memaksimalkan
hasil belajar
matematikanya. d.
Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan masukan bagi penelitian
selanjutnya yang berminat meneliti kembali mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap hasil belajar
matematika siswa atau penelitian yang terkait dengan itu.
8
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori
1. Aktivitas Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Belajar dalam kacamata psikologi dan dunia pendidikan dapat dijelaskan dan didefinisikan dengan beragam cara oleh kalangan
psikolog. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai tindakan dan perilaku manusia yang kompleks yang hanya dialami oleh manusia itu
sendiri. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku. Perubahan
kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain baik dalam bidang keterampilan, kebiasaan, sikap,
dan lain sebagainya. Belajar juga merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang serta berlangsung seumur
hidup. Satu pertanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tesebut baik
perubahan yang bersifat kognitif dan psikomotor maupun yang menyangkut afektif.
1
Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau
materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat
mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang sudah ada. Adapun struktur kognitif ialah fajta-fakta, konsep-konsep, dan
generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Sudjana 1996 berpendapat, belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan
1
Haroan Sirega, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMAN 1 Tanjung Pura Pada
Pelajaran Kimia, Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, no. 1, Juni 2013, h. 42