menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
kelompok dan sebagainya.
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson Lie, 2008 ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
21
1 Prinsip ketergantungan positif, yaitu dalam pembelajaran
kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Kenerhasilan kerja
keompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok.
2 Tanggung jawab perseorangan, yaitu keberhasilan kelompok
sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. 3
Interaksi tatap muka, yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan
interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
4 Partisipasi dan komunikasi, yaitu melatih siswa untuk dapat
berpartisipasi aktif
dan berkomunikasi
dalam kegiatan
pembelajaran. 5
Evaluasi prose kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil
kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekrja sama dengan lebih efektif.
21
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesinalisme Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, Cet.3. h. 212
d. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Slavin membagi pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe, diantaranya: Student Teams Achievement Divisions STAD, Teams
Games Tournament TGT, JIGSAW, Team Assisted Individualization TAI dan Group Investigation GI. Dari semua tipe tersebut pada
dasarnya sama yaitu lebih mengutamakan kerja sama kelompok, akan tetapi dalam pengelompokan tugas tipe-tipe tersebut berbeda.
1 Pembelajaran tipe STAD, materi dirancang untuk pembelajaran
kelompok, siswa secara kolaboratif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam bentuk LKS. Setiap anggota kelompok saling
membantu dan bertanggung jawab atas keberhasilan tugasnya masing-masing sehingga semua anggota kelompok dapat materi
dengan tuntas. 2
Pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa belajar dalam kelompoknya untuk mempersiapkan diri agar soal-soal yang
diberikan melalui turnamen dapat terselesaikan. Dalam turnamen akademik ini, perwakilan dari masing-masing kelompok dengan
kemampuan akademik yang sama akan bersaing secara sehat. 3
Pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari satu topik tertentu, kemudian akan
bertemu dengan anggota kelompok lain yang mempelajari topik yang sama. Setelah berdiskusi dan bertukar pikiran, para siswa
kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan atau mendiskusikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman
kelompoknya. 4
Dalam pembelajaran tipe TAI, siswa secara individu belajar dan menyelasaikan tugas-tugas yang diberikan dalam jumlah tertentu,
selanjtunya siswa yang memiliki kemampuan unggul diminta untuk memeriksa jawaban yang dibuat anggota kelompoknya apabila
menemui kesulitan, sehingga soal-soal yang diberikan dapat terjawab semuanya.
5 Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation GI, salah satu
model yang cocok untuk mempersatukan proyek belajar yang menuntut kemahiran dari setiap kelompok dalam menganalisis
untuk memecahkan permasalahan. Dari hasil analisis terbus kemudian setiap kelompok melaporkannya dalam diskusi kelas.
22
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
a. Model Pembelajaran Group Investigation GI
Model pembelajaran group investigation dikembangkan oleh Sholomo dan Yeal Sharan di Universitas Tel Aviv. Pembelajaran
dimana siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan
akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi
jenis kelamin, klompok ras dan etnis atau klompok sosial lainnya.
23
Strategi belajar kooperatif tipe GI dikembangkan oleh Sholomo Sharan dan Yeal Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum
perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan
beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi pokok bahasan yang akan diajarkan, dan
kemudian membuat
atau menghasilkan
laporan kelompok.
Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan
mereka. Menurut Slavin 1995, strategi kooperatif GI sebenarnya dilandasi oleh filosofi belajar John Dewey. Teknik kooperatif ini telah
secara meluas digunakan dalam penelitian dan memperlihatkan
22
Erna Suwangsih, Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: UPI Press, 2006, Cet.1, h.164
23
Robert E. Slavin, Cooperative Learning teori, riset dan praktik, Bandung: Nusa Media, 2009, Cet. IV, h.24