45 h. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
Model pembelajaran TSTS ini bermanfaat untuk menguji seberapa besar kesiapan peserta didik dalam belajar, melatih keterampilan menjelaskan dan
memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak peserta didik untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, yaitu:
a. Menguji kesiapan peserta didik dalam belajar. b. Melatih peserta didik untuk berani menjelaskan suatu materi pelajaran.
c. Melatih peserta didik berkomunikasi dengan baik kepada peserta didik lain. d. Agar peserta didik lebih giat belajar, yaitu belajar terlebih dahulu sebelum
pelajaran dimulai. Adapun kelemahan model pembelajaran TSTS adalah guru perlu terlebih
dahulu mempersiapkan materi yang akan diajarkan dan membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajarannya.
2.1.14. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian terdahulu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, pertama, yaitu penelitian yang dilaksanakan oleh Ranty
Kumalasari 2011 dari Universitas Negeri Yogyakarta berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Kelas IV SD Negeri Klegen dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS TSTS ”. Hasil belajar
peserta didik mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Presentasi ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 71,42, pada siklus II sebesar 80,92. Dengan
46 demikian, dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran Matematika dengan
menggunakan model kooperatif tipe TSTS mengalami peningkatan. Kedua, penelitian oleh Istirokah 2013 dari Universitas Negeri Semarang
berjudul “Penerapan Model TSTS TSTS dalam Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Persyaratan Personil Administrasi
Kantor pada Peserta didik Kelas X AP di SMK Cut Nya’Din Semarang”. Hasil
belajar peserta didik mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Presentasi ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 54 pada siklus II sebesar 83. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS mengalami peningkatan.
Ketiga, penelitian oleh Ismawati 2010 dari Universitas Negeri Semarang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan
Struktural TSTS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas X SMA. Penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus menunjukkan peningkatan hasil
ketuntasan belajar peserta didik di setiap siklusnya. Siklus pertama ketuntasan belajar peserta didik sebesar 87,5, kemudian pada siklus kedua meningkat
menjadi 97,5. Sebuah hasil yang memuaskan untuk menyelesaikan masalah- masalah pembelajaran di kelas.
Keempat, penelitian oleh Rismawaty 2013 dari Universitas Tanjungpura Pontianak “Model Kooperatif Tipe TSTS Meningkatkan Aktivitas Belajar PKN
Kelas IV SDN 11 Sungai Raya”. Penelitian eksperimen ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti model
kooperatif TSTS dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional.
47 Kelima, penelitian oleh Mariyam, Sumardi, dan Sukmanasa 2012 dari
Universitas Pakuan “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TSTS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ”.
penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik di setiap siklusnya. Siklus pertama hasil belajar peseta didik
sebesar 67,67 , kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 78,67. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran Matematika
dengan menggunakan model kooperatif tipe TSTS mengalami peningkatan. Keenam, penelitian oleh Mahyuni, dan Wayan dari Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja, Indonesia “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS TSTS Terhadap Hasil Belajar Kimia Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Selemadeg Ditinjau Dari Gaya Berpikir”. penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik di setiap
siklusnya. Siklus pertama hasil belajar peseta didik sebesar 67,67 , kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 78,67. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran Matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe TSTS mengalami peningkatan.
Ketujuh, penelitian oleh Soedjoko dan Eko Susilo 2012 dari Universitas Negeri Semarang “Penerapan Pembelajaran TSTS Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Dan Minat”. Penelitian eksperimen ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan minat belajar matematika antara peserta didik yang mengikuti
model kooperatif TSTS dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran ekspositori.
48 Kedelapan, penelitian oleh Nursetiaji, dkk 2015 dari Universitas Negeri
Semarang “Penerapan Metode Kooperatif TSTS Dalam Pembelajaran Merakit Instalasi Komponen PC Di SMK”. Penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus
menunjukkan peningkatan di setiap siklusnya. Siklus pertama sebesar 63,8, kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 87,2. Sebuah hasil yang
memuaskan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran di kelas. Kesembilan, jurnal yang ditulis oleh Sulisworo dan Suryani 2014
berjudul “The Effect of Cooerative Learning, Motivation and Information Technology Literacy to Achievement”. Dalam penelitian ini menjelaskan tentang
penggunaan model TSTS dalam pembelajaran yang membuat peserta didik lebih aktif dan percaya diri dalam mengikuti pembelajaran.
Kesepuluh, jurnal yang ditulis oleh Fatoni Nur 2014 berjudul “The Influence Using TSTS In Learning Reading Comprehension Of Recount Text”.
Dalam penelitian ini menjelaskan tentang penggunaan model TSTS efektif terhadap pemahaman membaca peserta didik kelas kedua dalam penelitian
eksperimen. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Ranty
Kumalasari dan Rismawaty yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan jenjang pendidikan, sedangkan perbedaannya, yaitu pada
mata pelajaran, model penelitian, variabel, dan tempat penelitian. Ranty Kumalasari menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada peserta
didik kelas IV SD Negeri Klegen, dan Rismamaty menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS pada peserta didik kelas IV SDN 11 Sungai Raya,
sedangkan penulis menerapkannya pada peserta didik kelas IV SD Negeri
49 Kajongan Kabupaten Pekalongan dengan menggunakan penelitian eksperimen.
Penelitian yang dilakukan Ranty Kumalasari pada mata pelajaran Matematika yaitu meneliti tentang hasil belajar, dan penelitian yang dilakukan oleh Rismawaty
pada mata pelajaran PKN yaitu meneliti tentang aktivitas belajar peserta didik, sedangkan dalam penelitian ini melakukan penelitian pada mata pelajaran IPA
materi pemanfaatan sumber daya alam dengan variabel aktivitas dan hasil belajar. Penelitian oleh penulis dan Istirokah, Ismawati dan Mariyam, Sumardi,
Sukmanasa, Mahyuni dan Wayan, Nursetiaji yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Perbedaannya penelitian yang
dilakukan penulis dengan penelitian Istirokah, Ismawati dan Mariyam, Sumardi, dan Sukmanasa dan Mahyuni dan Wayan yaitu pada mata pelajaran, variabel,
model penelitian dan jenjang pendidikan, sedangkan penulis menerapkannya pada peserta didik kelas IV SD Negeri Kajongan Kabupaten Pekalongan. Istirokah
melakukan penelitian Mengidentifikasi Persyaratan Personil Administrasi Kantor, sedangkan dalam penelitian ini melakukan penelitian pada mata pelajaran IPA
materi pemanfaatan sumber daya alam. Penelitian oleh penulis dan Soedjoko dan Eko Susilo yaitu sama-sama
menggunakan model kooperatif tipe TSTS dalam penelitian eksperimen. Perbedaannya penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian Soedjoko dan
Eko Susilo yaitu pada variabel dan jenjang pendidikan. Jurnal yang ditulis oleh Sulisworo dan Suryani dan penelitian yang
dilaksanakan penulis memiliki kesamaan dalam menggunakan model pembelajaran TSTS. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Sulisworo dan
50 Suryani yaitu membahas mengenai model pembelajarn TSTS yang mampu
mengaktifkan dan memberikan percaya diri kepada peserta didik saat pembelajaran. Sedangkan dalam penelitian ini melakukan penelitian terhadap
aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas IV SD Negeri Kajongan Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan.
Jurnal yang ditulis oleh Fatoni Nur dan penelitian yang dilaksanakan penulis memiliki kesamaan yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran
TSTS efektif terhadap peserta didik dengan menggunakan penelitian eksperimen. Perbedaannya pada mata pelajaran dan jenjang pendidikan.
Penelitian yang telah dilaksanakan berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS digunakan sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian
eksperimen.pada penelitian ini, model tersebut diterapkan dalam pembelajaran IPA. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui keefektifan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS terhadap aktivitas dan hasil belajar IPA peserta didik kelas IV SD Negeri Kajongan Kabupaten Pekalongan.
2.1.15. Kerangka Berpikir