Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar

26 Domain psikomotorik, mencakup : initiatory, preroutine, rountinized, dan keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan perilaku dan kemampuan peserta didik sebagai hasil dari proses belajar yang mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.1.7. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar

Susanto 2012: 70, menyatakan bahwa anak yang berada di sekolah dasar masih tergolong anak usia dini, terutama di kelas awal, adalah anak yang berada pada rentang usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Berkaitan dengan pendidikan anak usia sekolah dasar, guru perlu memahami dengan benar sifat dan karakteristik peserta didik agar dapat mendidik dan mengajar dengan baik dan benar, sehingga potensi dan kemampuan yang dimiliki peserta didik dapat terbina serta terasah dengan optimal. Menurut Piaget t.t dalam Rifa’i dan Anni 2011: 27-30, perkembangan kognitif mencakup empat tahap, yaitu: 1 Tahap Sensori Motorik 0 – 2 tahun, yaitu tahap dimana bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indera sensori mereka seperti melihat dan mendengar dengan gerakan motorik otot mereka menggapai, menyentuh. Pada awal tahap ini, bayi hanya memperlihatkan pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia dan 27 menjelang akhir tahap ini, bayi menunjukkan pola sensorimotorik yang lebih kompleks. 2 Tahap Praoperasional 2 – 7 tahun, yaitu tahap dimana pemikiran lebih bersifat simbolis, egosentris dan lebih bersifat intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi dua sub-tahap, yaitu simbolik dan intuitif. Sub-tahap simbolis 2 – 4 tahun, yaitu tahap dimana anak secara mental sudah mampu mempresentasikan objek yang tidak nampak dan penggunaan bahasa mulai berkembang ditunjukkan dengan sikap bermain, sehingga muncul egoisme dan animisme. Sementara, sub-tahap intuitif 4 – 7 tahun, yaitu tahap dimana anak mulai menggunakan penalaran dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan; disebut intuitif karena anak merasa yakin akan pengetahuan dan pemahaman mereka, namun tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui cara-cara apa yang mereka ingin ketahui. Mereka mengetahui, tetapi tanpa menggunakan pemikiran rasional. 3 Tahap Operasional Konkret 7 – 11 tahun, yaitu tahap dimana anak mampu mengoperasikan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkret. 4 Tahap Operasional Formal 11 – 15 tahun, yaitu tahap dimana anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis. Berdasarkan teori Piaget tersebut, peserta didik usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret, dimana peserta didik sudah mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkret dan belum bisa berpikir secara abstrak. Hal ini mengakibatkan sulitnya peserta 28 didik memahami mata pelajaran IPA materi sejarah uang yang cenderung bersifat abstrak. Apabila hal tersebut terjadi, maka akan berdampak pada rendahnya pencapaian hasil belajar peserta didik. Sumantri dan Syaodih 2008: 6.3-4, karakteristik perkembangan peserta didik sekolah dasar terbagi menjadi empat macam yaitu senang bermain, bergerak, bekerja secara kelompok, dan memeragakan sesuatu secara Karakteristik pertama peserta didik sekolah dasar, yaitu senang bermain. Guru harus menyajikan pembelajaran yang bermuatan permainan. Permainan dalam proses pembelajaran dapat menarik minat peserta didik untuk memperhatikan dan memahami materi pelajaran, dan peserta didik akan senang dalam megikuti kegiatan, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Kebermaknaan ini dapat dicapai dengan berbagai model pembelajaran sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Karakteristik kedua peserta didik sekolah dasar, yaitu senang bergerak. Tidak seperti orang dewasa yang dapat duduk berjam-jam, peserta didik sekolah dasar dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru dituntut untuk merancang model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Karakteristik ketiga peserta didik sekolah dasar, yaitu senang bekerja dalam kelompok. Pembelajaran secara berkelompok menuntut guru untuk merancang model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Melalui pembelajaran seperti ini, diharapkan peserta didik dapat berbaur dengan kelompoknya dan belajar bagaimana bersosialisasi 29 dengan individu lainnya, serta pada akhirnya peserta didik dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Karakteristik keempat peserta didik sekolah dasar, yaitu senang merasakan atau melakukan atau meragakan sesuatu secara langsung. Berdasarkan perkembangan kognitif, usia peserta didik sekolah dasar memasuki tahap operasi konkret. Hal ini menjadikan peserta didik senang belajar dengan melakukan kegiatan dan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, karena materi pelajaran akan lebih mudah dipahami saat peserta didik melaksanakan sendiri apa yang ia pelajari. Berdasarkan karakteristik yang telah disebutkan, guru perlu mengajak anak untuk turut aktif bermain dalam pembelajaran di kelas sehingga peserta didik terlibat secara langsung dan penuh dalam pembelajaran yang bermakna. Serta guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

2.1.8. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA

Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

The influence of using two stay two stray in learning reading comprehension of recount text: a quasi experimental research at second grade students of SMP Dharma Karya UT Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.

2 16 106

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SDN BENDAN NGISOR

6 37 328

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI KELAS IV SD DI GUGUS ISMAYA

0 0 94

KEEFEKTIFAN MODEL TWO STAY TWO STRAY DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SDN 04 TEMUIRENG KABUPATEN PEMALANG

0 0 88

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN TIPE TWO STAY TWO STRAY

0 0 15