Model Pembelajaran TSTS Kajian Teori

42

2.1.13. Model Pembelajaran TSTS

TSTS termasuk salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan secara berkelompok. Peserta didik dalam suatu kelompok wajib melakukan kegiatan dua tinggal dua tamu yang artinya dua peserta didik tinggal di kelompok dan dua peserta didik bertamu ke kelompok lain Huda, 2013: 207. Sejalan dengan hal tersebut, Suprijono 2009: 93 menungkapkan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe TSTS merupakan pembelajaran dengan metode yang diawali dengan pembelajaran kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus peserta didik diskusikan jawabannya. Pendapat lain yaitu Aydin 2011, menyatakan bahwa : Cooperative learning can be defined as a learning approach in which students help one another on an academic subject, in small mixed groups formed both in class and in non-class environments, which helps individuals gain more self confidence and develop their communication skills and problem solving and critical thinking abilities, and through which all of the students actively participate in the learning-teaching process. Aydin menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai pembelajaran dimana peserta didik saling membantu dalam proses pembelajaran, kelompok terbagi secara heterogen yang membantu peserta didik lebih percaya diri dan mengembangkan kemampuan komunikasi dan dapat melakukan pemecahan masalah secara kritis dan peserta didik saling berpartisipasi aktif dalam proses belajar-mengajar. Kristiawan 2013, menyatakan bahwa: Cooperative learning in one ofthe methods that applied in education world. By the coming of new teaching learning methods, like cooperative learning, 43 it means that the goverment and society, care and responsible in quality of education. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode yang diterapkan di Indonesia. Terutama diterapkan di dunia pendidikan. Dengan adanya pembelajaran kooperatif itu berarti bahwa pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam kualitas pendidikan. Pendapat lain yaitu menurut Sulisworo dan Suryani 2014, bahwa: TSTS TS-TS is one of types of cooperative learning model. Difference to the other type of cooperative learning, the structure of TSTS provides opportunities to submit work or information to the other groups. The sharing activities familiarize students to respect the each other opinions. Student can learn to express their opinions to other. Recognition of the other student opinion can enhance self- confidence and motivate the students to espress their ideas or opinions.students fell their existence are trusted and valued because each member has very important role and task in the implementation of inter-group opinion sharing. These interactive situations occur because the group cannot solve the task sharing opinions without the good cooperative between group members. Pendapat Sulisworo dan Suryani tersebut mengandung pengertian TSTS adalah salah satu model kooperatif. Perbedaan model TSTS ini dengan model pembelajaran yang lain adalah TSTS memberikan kesempatan untuk setiap kelompok menyerahkan pekerjaan atau informasi kepada kelompok lain. Peserta didik dapat belajar mengungkapkan pendapat mereka. Pendapat dari peserta didik ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memotivasi peserta didik untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapat mereka. Peserta didik merasa keberadaannya dipercaya dan dihargai karena setiap anggota kelompok memiliki peran yang sangat penting dan tugas dalam mengungkapkan pendapat antar kelompok. Pembelajaran interaktif ini karena setiap kelompok tidak dapat 44 memecahkan pekerjaannya sendiri tanpa kerjasama yang baik antara anggota kelompok. Huda 2013: 207 menyebutkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran tipe TSTS dalam pembelajaran IPA materi pemanfaatan sumber daya alam, yaitu sebagai berikut: a. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat peserta didik. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 peserta didik berkemampuan tinggi, 2 peserta didik berkemampuan sedang dan 1 peserta didik berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran kooperatif tipe TSTS bertujuan untuk memberikan kesempatan pada peserta didik untuk saling membelajarkan Peer Tutoring dan saling mendukung. b. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing. c. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir. d. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain. f. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri. g. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. 45 h. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. Model pembelajaran TSTS ini bermanfaat untuk menguji seberapa besar kesiapan peserta didik dalam belajar, melatih keterampilan menjelaskan dan memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak peserta didik untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, yaitu: a. Menguji kesiapan peserta didik dalam belajar. b. Melatih peserta didik untuk berani menjelaskan suatu materi pelajaran. c. Melatih peserta didik berkomunikasi dengan baik kepada peserta didik lain. d. Agar peserta didik lebih giat belajar, yaitu belajar terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai. Adapun kelemahan model pembelajaran TSTS adalah guru perlu terlebih dahulu mempersiapkan materi yang akan diajarkan dan membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajarannya.

2.1.14. Hasil Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

The influence of using two stay two stray in learning reading comprehension of recount text: a quasi experimental research at second grade students of SMP Dharma Karya UT Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.

2 16 106

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SDN BENDAN NGISOR

6 37 328

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI KELAS IV SD DI GUGUS ISMAYA

0 0 94

KEEFEKTIFAN MODEL TWO STAY TWO STRAY DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SDN 04 TEMUIRENG KABUPATEN PEMALANG

0 0 88

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN TIPE TWO STAY TWO STRAY

0 0 15