21 menurut Hamalik 2010: 57, mengemukakan “pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran”. Unsur manusia meliputi peserta didik, guru dan tenaga lainnya yang ikut terlibat dalam sistem pengajarannya. Material, meliputi buku-buku,
papan tulis, kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape; fasilitas dan perlengkapan yang terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga
komputer; serta prosedur yang meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, serta ujian, juga ikut terlibat dalam sistem pengajaran.
Thobori 2015: 17, menyatakan “Pembelajaran membutuhkan sebuah
proses yang disadari yang cenderung bersifat permanen dan mengubah perilaku. Pada proses tersebut terjadi pengingatan informasi yang kemudian disimpan
dalam memori dan organisasi kognitif. Keterampilan tersebut diwujudkan secara praktis pada keaktifan peserta didik dalam merespons dan bereaksi terhadap
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri peserta didik ataupun lingkungannya.”
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk membantu peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan dapat mengembangkan kemampuannya dengan optimal.
2.1.5. Aktivitas Belajar
Dalam proses pembelajaran, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di
22 dalam interaksi belajar-mengajar. Sebagai rasionalitasnya hal ini juga
mendapatkan pengakuan dari beberapa ahli pendidikan. Froble dalam Sardiman 2011: 96, mengatakan bahwa manusia sebagai
pencipta. Dalam ajaran agama pun diakui bahwa manusia adalah sebagai pencipta yang kedua setelah Tuhan. Secara alami anak didik memang ada dorongan untuk
mencipta. Anak adalah suatu organisme yang berkembang dari dalam. Prinsip utama yang dikemukakan Froble bahwa anak itu harus bekerja sendiri. Montessori
juga menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pernyataan tersebut memberikan petunjuk bahwa
yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala
kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik. Sardiman 2011: 97, menyatakan “prinsip-prinsip aktivitas belajar akan
dilihat d ari sudut pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa”. Untuk
melihat prinsip aktivitas belajar dari sudut pandang ilmu jiwa ini secara garis besar dibagi menjadi dua sudut pandang yakni Ilmu Jiwa Lama dan Ilmu Jiwa
Modern. 2.1.5.1 Menurut pandangan Ilmu Jiwa Lama
John Locke dengan konsepnya Tabularasa, mengibaratkan jiwa psyche seseorang bagaikan kertas putih yang tidak tertulis. Peserta didik
diibaratkan kertas putih, sedang unsur dari luar yang menulisi adalah guru. Selanjutnya Herbert memberikan rumusan bahwa jiwa adalah keseluruhan
tanggapan yang secara mekanis dikuasai oleh hukum-hukum asosiasi. Atau dengan kata lain dipengaruhi oleh unsur-unsur dari luar. Dari dua
23 konsep tersebut, jelas dalam proses belajar mengajar guru akan senantiasa
mendominasi kegiatan. Peserta didik terlalu pasif, sedang guru aktif dan segala inisiatif datang dari guru. Yang banyak beraktivitas adalah guru dan
guru dapat menentukan segala sesuatu dengan hakikat pribadi anak didik sebagai subjek belajar.
2.1.5.2. Menurut pandangan Ilmu Jiwa Modern Aliran ilmu jiwa yang tergolong modern akan menerjemahkan jiwa
manusia sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena itu, secara alami anak didik itu juga bisa menjadi
aktif, karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Perlu ditambahkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar
adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkaitan.
Paul B.Diedrich dalam Sardiman 2011: 101, membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, ialah :
1 Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2
Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3 Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato. 4
Writing activities: seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
24 5
Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6 Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7 Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan butir soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8 Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. J.Dewey dalam Hamalik 2001: 176, menggunakan asas aktivitas dalam
proyek kerja dan metode ilmiah, dengan langkah-langkah sebagai berikut. - Menyadari dan merumuskan masalah
- Menentukan hipotesis - Mengumpulkan data-data
- Mengetes hipotesis dengan data - Menarik kesimpulan
- Melaksanakan keputusan Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
merupakan asas penting dalam proses belajar mengajar. Dengan aktivitas belajar maka peserta didik dapat mengembangkan aktivitas fisik dan mentalnya saat
proses pembelajaran berlangsung, sehingga perkembangan fisik dan mental peserta didik akan berjalan dengan seimbang.
25
2.1.6. Hasil Belajar