Kawasan Dataran Banjir Flood Plain Area Kawasan Sempadan Sungai Pertumbuhan PDRB

RKPD Kota Semarang Tahun 2015 II.8 5. Penyediaan tempat pemakaman umum dapat dilakukan dengan penyediaan lahan pemakaman di sekitar lokasi pembangunan atau berpartisipasi dengan menyerahkan uang yang akan digunakan untuk pengembangan makam Kepada Pemerintah Kota Semarang senilai harga tanah seluas 2 dua persen dari keseluruhan luas lahan.

j. Rencana Kawasan Khusus

Kawasan Khusus, merupakan kawasan dengan kondisi dan karakteristik yang bersifat khusus karena jenis kegiatan yang diwadahi memiliki kondisi dan perlakuan tertentu. Dalam Kebijakan penataan ruang Kota Semarang, kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan khusus adalah kawasan militer dan kawasan pelabuhan. Kawasan militer berada di BWK III Kawasan Bandara Militer A Yani dan BWK VII Kawasan Kodam. Kawasan Pelabuhan berada di wilayah BWK III yaitu di Kawasan Pelabuhan Laut Tanjung Emas. Pelaksanaan pembangunan di kawasan khusus harus tetap memperhatikan keterpaduan dengan lingkungan sekitarnya.

k. Rencana Ruang Terbuka Non Hijau RTNH

Ruang Terbuka Non Hijau RTNH adalah adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori Ruang Terbuka Hijau RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.

2.1.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Kota Semarang dengan karakteristik wilayah tersebut berpotensi terhadap terjadinya bencana alam dengan dominasi bencana banjir, rob dan tanah longsor. Bila ditelaah lebih jauh, ketiga macam bencana di Semarang ini saling terkait, dengan sebab baik karena kondisi awal alamnya maupun karena dampak pembangunan. Banjir sering terjadi di sekitar aliran sungai dan di bagian utara kota yang morfologinya berupa dataran pantai. Kawasan potensi bencana banjir secara umum diklasifikasikan menjadi:

a. Kawasan Pesisir Pantai

Merupakan salah satu kawasan rawan banjir karena kawasan tersebut merupakan dataran rendah dimana ketinggian muka tanahnya lebih rendah atau sama dengan ketinggian muka air laut pasang rata-rata Mean Sea Level, MSL, dan menjadi tempat bermuaranya sungai-sungai. Di samping itu, kawasan pesisirpantai dapat menerima dampak dari gelombang pasang yang tinggi, sebagai akibat dari badai angin topan atau gempa yang menyebabkan tsunami.

b. Kawasan Dataran Banjir Flood Plain Area

Adalah daerah dataran rendah di kiri dan kanan alur sungai, yang kemiringan muka tanahnya sangat landai dan relatif datar. Aliran air dari kawasan tersebut menuju sungai sangat lambat, yang mengakibatkan potensi banjir menjadi lebih besar, baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal. Kawasan ini umumnya terbentuk dari endapan sedimen yang sangat subur, dan terdapat di bagian hilir sungai. Seringkali kawasan ini merupakan daerah pengembangan kota, seperti permukiman, pusat kegiatan ekonomi, perdagangan, industri dan lain sebagainya. Kawasan ini bila dilalui oleh sungai yang mempunyai Daerah Aliran Sungai DAS cukup besar, seperti Kali Garang Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur di Kota Semarang, memiliki potensi bencana banjir yang cukup besar juga, karena debit banjir yang cukup besar yang dapat terbawa oleh sungai tersebut. Potensi bencana banjir akan lebih besar lagi apabila terjadi hujan cukup besar di daerah hulu dan hujan lokal di daerah tersebut, disertai pasang air laut.

c. Kawasan Sempadan Sungai

Merupakan daerah rawan bencana banjir yang disebabkan pola pemanfaatan ruang budidaya untuk hunian dan kegiatan tertentu. RKPD Kota Semarang Tahun 2015 II.9

d. Kawasan Cekungan

Merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi hulu sungai dapat menjadi daerah rawan bencana banjir. Pengelolaan bantaran sungai harus benar-benar dibudidayakan secara optimal, sehingga bencana dan masalah banjir dapat dihindarkan. Potensi banjir di Kota Semarang sebagian besar berada di daerah pesisirpantai dan daerah sempadan sungai, berdasarkan aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada dapat diklasifikasikan menjadi 3 tiga jenis, yaitu: banjir limpasan sungaibanjir kiriman; banjir lokal; dan banjir pasang rob. Banjir pasang rob terjadi karena pasang air laut yang relatif lebih tinggi daripada ketinggian permukaan tanah di suatu kawasan. Biasanya terjadi pada kawasan di sekitar pantai. Penurunan tanah disebabkan empat hal, yaitu eksploitasi air tanah berlebihan, proses pemampatan lapisan sedimen yang terdiri dari batuan muda ditambah pembebanan tinggi oleh bangunan di atasnya serta pengaruh gaya tektonik. Dampak penurunan tanah dapat dilihat adanya luasan genangan rob yang semakin besar. Selain banjir, bencana yang berkaitan dengan musim hujan adalah longsor. Kota Semarang pada beberapa wilayah menunjukkan potensi bencana longsor yang mengancam masyarakat yang juga perlu mendapatkan perhatian. Perubahan iklim global berpengaruh terhadap kondisi iklim di Kota Semarang, musim kemarau menjadi lebih panjang daripada musim hujan sehingga menyebabkan kekeringan di daerah dengan cadangan air tanah yang minimum. Sebagian besar daerah yang mengalami kekeringan terdapat di Semarang atas. Berdasarkan data yang ada pada Buku Rencana Aksi Nasional 2010-2014, potensi bencana yang ada di Kota Semarang adalah banjir, kekeringan, longsor, kebakaran hutan, erosi, kebakaran gedung dan permukiman dan risiko cuaca ekstrim.

2.1.1.4. Demografi

Jumlah penduduk berdasarkan data BPS Kota Semarang pada tahun 2013 sebesar 1.572.105 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,83 dibanding tahun 2012 yang tercatat sebesar 1.559.198 jiwa. Persebaran penduduk jika dilihat dari jumlah penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan mengalami kepadatan penduduk yang tidak merata. Meskipun dalam setahun terakhir ini banyak perumahan baru yang bermunculan di kawasan pinggiran, namun secara statistik kependudukan tidak berpengaruh banyak terhadap data statistik kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk tinggi masih berada pada wilayah perkotaan dibanding diwilayah pinggiran yang merupakan wilayah pertanian, tegalan. Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kota Semarang per Kecamatan Tahun 2013 No Kecamatan Luas Km 2 Jumlah Penduduk Jiwa Kepada tanJiwa Km 2 Juml. Pend. Lahir Juml. Pend. Mati Juml. Pend. Datang Juml. Pend. Pindah 1 Mijen 57,55 57.887 1.006 775 251 1.604 824 2 Gunung Pati 54,11 75.885 1.402 1.338 591 1.600 1.056 3 Banyumanik 25,69 130.494 5.080 2.328 1004 2.505 2.505 4 Gajahmungkur 9,07 63.599 7.012 724 402 769 931 5 Semarang Selatan 5,93 82.293 13.877 925 550 1.166 1.612 6 Candisari 6,54 79.706 12.187 1.222 726 1.191 1.669 7 Tembalang 44,2 147.564 3.339 2.924 716 4.359 1.950 8 Pedurungan 20,72 177.143 8.549 2.650 943 3.415 3.777 RKPD Kota Semarang Tahun 2015 II.10 No Kecamatan Luas Km 2 Jumlah Penduduk Jiwa Kepada tanJiwa Km 2 Juml. Pend. Lahir Juml. Pend. Mati Juml. Pend. Datang Juml. Pend. Pindah 9 Genuk 27,39 93.439 3.411 1.439 402 2.534 1.639 10 Gayamsari 6,18 73.745 11.933 1.174 450 1.444 1.648 11 Semarang Timur 7,7 78.622 10.211 1.130 708 1.095 1.847 12 Semarang Utara 10,97 128.026 11.671 1.775 1.027 2.131 3.278 13 Semarang Tengah 6,14 71.200 11.596 816 593 846 1.519 14 Semarang Barat 21,74 158.668 7.298 2.188 1.042 2.523 3.756 15 Tugu 31,79 31.279 984 508 177 512 399 16 Ngaliyan 37,99 122.555 3.226 1.849 667 2.666 2.062 Total 373,70 373,7 1.572.105 112.783 23.765 10.249 30.360 Sumber: Profil Kependudukan Kota Semarang 2013, BPS Kota Semarang BPS. Peningkatan jumlah penduduk Kota Semarang tahun 2013 sangat dipengaruhi proses alami yaitu kelahiran dikurangi kematian penduduk, selain itu juga faktor migrasi penduduk dari daerah sekitar Kota Semarang yang merupakan imbas dari daya tarik Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah yang merupakan pusat perekonomian dan pusat pendidikan serta peran Kota Semarang sebagai pintu gerbang ke kota lain di Jawa Tengah posisi Bandar Udara dan Pelabuhan. Sedangkan jika dilihat dari komposisi jumlah penduduk berdasarkan gender di Kota Semarang 2 tahun terakhir ini masih didominasi oleh penduduk perempuan meskipun mengalami sedikit penurunan proporsi, terlihat dari tabel dibawah ini Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kota Semarang sesuai Jenis Kelamin Tahun 2012-2013 Org Org 1 Laki-laki 775.793 49,76 781.176 49,69 2 Perempuan 783.405 50,24 790.929 50,31 Total 1.559.198 100 1.572.105 100 2013 Th. 2012 Juml. Penduduk No Sumber Profil Kependudukan Kota Semarang, BPS Th. 2013 Hal ini haruslah menjadi pertimbangan Pemerintah Kota Semarang dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang lebih responsif terhadap kepentingan dan partisipasi perempuan dalam perencanaan pembangunan daerah. Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kota Semarang sesuai Jenis Umur Tahun 2012-2013 Org rasio ketergan tungan Org rasio ketergan tungan 1 15 64 442.719 28,39 446.190 28,38 2 15-64 1.116.479 71,61 1.125.915 71,62 Total 1.559.198 100 1.572.105 100 39,63 Th. 2012 2013 Juml. Penduduk usia No 39,65 Sumber BPS Kota Semarang Data belum rilis asumsi prediksi Bappeda Angka sangat sementara RKPD Kota Semarang Tahun 2015 II.11 Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Semarang berdasarkan kelompok usia menunjukkan Rasio Ketergantungan Total perbandingan antara penduduk usia tidak produktif dengan penduduk usia produktif di Kota Semarang pada tahun 2013 sedikit menunjukkan perbaikan dari tahun sebelumnya. Dengan turunnya rasio ketergantungan, Pemerintah Kota perlu menjaga dan memperbanyak lapangan pekerjaan di Kota Semarang secara kuantitas maupun kualitas sebagai bentuk antisipasi dari jumlah Penduduk usia produktif yang semakin meningkat.

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan akhir dari penyelenggaraan pembangunan daerah yang merupakan upaya menciptakan kondisi kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Aspek kesejahteraan masyarakat meliputi 1 aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, 2 aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan sosial dan; 3 aspek kesejahteraan fokus pada Seni Budaya dan Olahraga. Kinerja masing-masing aspek kesejahteraan masyarakat sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut:

2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Keberhasilan pembangunan antara lain dapat dilihat pada beberapa indikator utama ekonomi, antara lain pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita dan indeks gini serta rasio penduduk miskin. Kinerja indikator-indikator tersebut sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan PDRB

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu daerah dapat digambarkan dari data Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Besaran PDRB dapat digunakan sebagai indikator dalam menilai kinerja perekonomian suatu wilayah pada suatu periode tertentu, terutama yang dikaitkan dengan kemampuan suatu wilayah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui nilai produk yang dihasilkan oleh seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi dan struktur perekonomian pada satu periode di suatu daerah tertentu. Tabel 2.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2013 No Lapangan Usaha 2012 dalam jutaan 2013 dalam jutaan 1. Pertanian 246.649,51 1,02 248.028,30 0,97 2. Pertambangan dan Penggalian 33.799,64 0,14 34.222,00 0,13 3. Industri dan Pengolahan 6.432.298,02 26,58 6.750.992,29 26,36 4. Listrik Gas, dan Air Bersih 294.792,96 1,22 305.343,85 1,19 5. Bangunan 3.747.765,85 15,49 3.986.401,22 15,57 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.522.659,90 31,09 8.015.473,75 31,30 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.314.801,61 9,57 2.440.468,17 9,53 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 661.403,13 2,73 702.266,69 2,74 9. Jasa-jasa 2.942.317,15 12,16 3.125.332,87 12,20 Jumlah 24.196.487,78 100 25.608.529,15 100 Sumber PDRB Kota Semarang Th. 2012, BPS Kota Semarang Data belum rilis asumsi prediksi Bappeda Angka sangat sementara RKPD Kota Semarang Tahun 2015 II.12 Tabel 2.6 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012-2013 No Lapangan Usaha 2012 dalam jutaan 2013 dalam jutaan 1. Pertanian 588.074,44 1,08 627.301,59 1,02 2. Pertambangan dan Penggalian 81.153,57 0,15 86.553,32 0,14 3. Industri dan Pengolahan 13.396.296,80 24,63 15.121.999,80 24,66 4. Listrik Gas, dan Air Bersih 776.041,22 1,43 860.675,61 1,40 5. Bangunan 10.562.309,17 19,42 11.797.229,92 19,24 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 15.460.952,20 28,43 17.614.828,33 28,73 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5.091.566,72 9,36 5.703.089,07 9,30 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.452.004,58 2,67 1.634.369,03 2,67 9. Jasa-jasa 6.976.255,85 12,83 7.870.954,19 12,84 Jumlah 54.384.654,53 100 61.317.000,86 100 Sumber PDRB Kota Semarang Th. 2012, BPS Kota Semarang Data belum rilis asumsi prediksi Bappeda Angka sangat sementara Hotel dan Restoran tetap menjadi sektor yang paling dominan disusul dengan sektor Industri dan Pengolahan serta sektor Bangunan. Kondisi ini semakin menegaskan posisi Kota Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa. Tabel 2.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Tiap Sektor Pembentuk PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010-2013 No Lapangan Usaha 2010 dalam 2011 dalam 2012 dalam 2013 dalam 1. Pertanian 2,78 1,74 0,54 0,56 2. Pertambangan dan Penggalian 2,83 2,33 1,96 1,25 3. Industri dan Pengolahan 4,90 5,50 6,36 4,95 4. Listrik Gas, dan Air Bersih 4,16 4,78 3,76 3,58 5. Bangunan 7,17 7,04 6,03 6,37 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,93 6,67 7,08 6,55 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,87 6,06 5,61 5,43 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,19 5,56 7,44 6,18 9. Jasa-jasa 7,46 8,15 6,67 6,22 Jumlah 5,87 6,41 6,42 5,84 Sumber PDRB Kota Semarang Th. 2012, BPS Kota Semarang Data belum rilis asumsi prediksi Bappeda Angka sangat sementara Seiring dengan kondisi makro ekonomi secara nasional, kondisi perekonomian Kota Semarang di tahun 2013 mengalami tekanan, meskipun masih tumbuh dibanding tahun 2012. Meskipun mengalami penurunan dibanding tahun 2012, di tahun 2013 perekonomian Kota Semarang berdasarkan PDRB ADHK masih dapat tumbuh sebesar 5,84. Di tengah situasi perekonomian yang mengalami tekanan sepanjang triwulan II karena kenaikan harga BBM dan pengetatan moneter oleh Bank Sentral. Kecuali sektor Bangunan, seluruh sektor pembentuk PDRB mengalami penurunan pertumbuhan, termasuk sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor utama pembentuk PDRB Kota Semarang RKPD Kota Semarang Tahun 2015 II.13

b. Laju Inflasi