Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014

RKPD Kota Semarang Tahun 2015 III.1

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN

KEUANGAN DAERAH

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Pembangunan suatu kota akan terpengaruh oleh kebijakan ekonomi makro yang ada di kota tersebut serta bagaimana kebijakan ekonomi makro yang ada di tingkat provinsi dan nasional. Sinergitas kebijakan makro ekonomi kota dengan kebijakan ekonomi provinsi dan pusat merupakan hal yang harus dilaksanakan. Arah kebijakan ekonomi secara jangka menengah dapat terlihat pada RPJMD yang dijabarkan pada dokumen perencanaan tahunan RKPD. Arah kebijakan ekonomi daerah tahunan disusun dengan tujuan untuk mengimplementasikan program serta dalam rangka mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan berdasarkan kondisi ekonomi makro yang ada. Kebijakan dan kondisi ekonomi makro dapat terlihat antara lain melalui indikator Produk Domestik Regional Bruto PDRB dan kontribusi sektoralnya, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, jumlah penduduk miskin, nilai Indeks Pembangunan Manusia IPM serta tingkat pengangguran terbuka.

3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014

Kondisi ekonomi di tahun 2013, perkiraan tahun 2014 serta proyeksi untuk tahun 2015 dapat terlihat pada tabel 3.1 di bawah ini: Tabel 3.1 Indikator Ekonomi Daerah Kota Semarang Tahun 2011 sd 2014 No Indikator Satuan 2011 2012 2013 2014 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Juta Rupiah 48.461.410,41 54.384.654,53 61.062.825,55 68.489.234,85 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Juta Rupiah 22.736.136,19 24.196.487,78 25.697.338,39 27.327.690,14 3. PDRB Per Kapita Rupiah 31.101.850,41 34.787.877,69 37.143.011,64 44.234.428,14 4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Persen 6,41 6,42 6,20 5,8 – 6,4 4. Inflasi Persen 2,87 4,85 8,19 5±1 5. Jumlah Warga Miskin Pemkot Persen 26,44 26,44 21,49 19,49 6. Jumlah Penduduk Miskin BPS Persen 5,68 5,13 5,13 na 7. Indeks Pembangunan Manusia IPM Poin 77,42 77,98 78,37 78,77 8. Tingkat Pengangguran Terbuka Persen 6,92 5,82 5,40 4,97 Sumber BPS, data sementara Sumber Bappeda data diolah, data sangat sementara Di tahun 2013, perekonomian Kota Semarang maupun nasional mengalami tekanan sebagai dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM Non Subsidi beserta dampak ikutannya. Tekanan juga berasal dari kebijakan bank sentral untuk menaikkan BI rate serta nilai rupiah yang terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat mengakibatkan penurunan konsumsi masyarakat. Dengan kondisi tersebut, RKPD Kota Semarang Tahun 2015 III.2 nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kota Semarang di tahun 2013 masih mencatat kenaikan, meskipun prosentase kenaikannya tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. Untuk tahun 2014, kondisi PDRB Kota Semarang diperkirakan akan lebih baik pertumbuhannya dibandingkan tahun 2013. Perbaikan ekonomi global yang akan mempengaruhi peningkatan ekspor serta masih akan tingginya konsumsi domestik terutama yang terkait dengan pelaksanaan Pemilu 2014 diperkirakan akan mampu meningkatkan PDRB Kota Semarang. Di tahun 2014, PDRB Atas Dasar Harga Konstan diperkirakan akan dapat mencapai Rp. 27.327.690,14 juta. Sedangkan nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku diperkirakan sebesar Rp. 68.489.234,85 juta. Kenaikan ini akan sejalan dengan kondisi makro ekonomi yang diperkirakan akan lebih baik di tahun 2014. Dari sisi kontribusinya, sebagai kota dengan ciri perdagangan dan jasa, di tahun 2014, sektor perdagangan dan jasa akan tetap menjadi sektor dominan pembentuk PDRB Kota Semarang tahun 2014. Pertumbuhan kontribusi diperkirakan juga akan terjadi pada sektor Bangunan seiring dengan meningkatnya bisnis properti di Kota Semarang yang ditandai dengan terus munculnya hunian konvensional baru maupun hunian modern apartemen di Kota Semarang. Pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang maupun secara nasional pada tahun 2013 mengalami perlambatan sebagai akibat rangkaian kondisi yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung pada penurunan laju pertumbuhan ekonomi di tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang di tahun 2013 turun menjadi hanya sebesar 6,20. Kenaikan BI rate sebagai upaya meredam inflasi dan menekan defisit neraca berjalan current account deficit yang dilakukan oleh bank sentral menjelang akhir tahun ikut berpengaruh pada perlambatan ekonomi, disamping kondisi ekonomi global yang masih belum sepenuhnya membaik. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang di tahun 2014 diharapkan akan membaik sehingga dapat mencapai 5,8 hingga 6,4, sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi Provinsi dan Nasional. Perbaikan ekonomi global yang dimotori oleh Amerika Serikat dan Jepang serta indikasi pemulihan ekonomi di kawasan Eropa, Tiongkok dan India sehingga diharapkan akan dapat menopang ekonomi ke depan, baik dari jalur perdagangan maupun jalur finansial. Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden di tahun 2014 diperkirakan juga akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di 2014 yang menjadi insetif pendorong konsumsi dalam negeri. Pemilu biasanya akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi antara 0,2 hingga 0,3. Pertumbuhan ekonomi diharapkan juga akan terjadi seiring dengan perbaikan neraca berjalan. Nilai inflasi Kota Semarang di tahun 2013 sebesar 8,19, meningkat tajam dibanding inflasi tahun 2012. Peningkatan ini tidak terlepas dari kebijakan kenaikan BBM non subsidi pada pertengahan tahun 2013 yang membuat gejolak harga pangan domestik. DI tahun 2014, inflasi Kota Semarang diharapkan akan berada pada nilai normal, sekitar 5±1, dengan asumsi tidak ada kebijakan kenaikan harga dari pemerintah terhadap kebutuhan strategis seperti BBM, Tarif Dasar Listrik atau gas elpiji. Nilai inflasi ini diharapkan akan tetap berada di bawah nilai pertumbuhan ekonomi. Perbaikan nilai infasi diperkirakan akan terjadi karena dampak kenaikan BBM akan berangsur hilang serta kebijakan BI rate yang tinggi akan menjaga pola konsumsi masyarakat. Indikator lain yang digunakan untuk menggambarkan kondisi perekonomian Kota Semarang adalah dari jumlah penduduk miskin. Jika berdasar indikator dan kriteria dari BPS, penduduk miskin di Kota Semarang per September 2012 hanya sebesar 5,13. Prosentase ini merupakan yang terendah di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan jika berdasar kepada indikator dan kriteria dari Pemerintah Kota RKPD Kota Semarang Tahun 2015 III.3 Semarang, jumlah warga miskin di tahun 2013 mencapai 373.978 jiwa atau mencapai 21,49 . Prosentase warga miskin ini menurun dari pendataan warga miskin di tahun 2011 yang sebesar 26,44, atau terdapat penurunan 4,95 dalam kurun waktu 2011 hingga 2013. DI tahun 2014, angka kemiskinan ditargetkan akan dapat terus diturunkan seiring dengan perbaikan kondisi makro perekonomian dan program-program dari Pemerintah Kota Semarang. Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indikator keberhasilan pemerintah dalam pembangunan manusia. Capaian IPM Kota Semarang terus menunjukkan peningkatan nilai yang menunjukkan keberhasilan Pemerintah Kota Semarang dalam melaksanakan program pembangunan kesejahteraan sosial. Di tahun 2013 nilai IPM sebesar 78,37. Perbaikan kondisi ekonomi dan program- program dari Pemerintah Kota Semarang yang terkait di tahun 2014 diharapkan akan ikut menopang kenaikan nilai IPM Kota Semarang ke nilai 78,77. Proporsi atau jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja merupakan indikator sebagai acuan pemerintah untuk mengalokasikan anggaran dan kegiatan bagi pembukaan lapangan kerja baru. Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Kota Semarang terus menunjukkan penurunan. Jika nilai di tahun 2013 nilai TPT sebesar 5,40, maka di tahun 2014 diperkirakan akan turun menjadi 4,97. Perbaikan perekonomian di tahun 2014 diharapkan akan ikut membuka lapangan kerja baru. 3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 Memperhatikan kondisi perekonomian Kota Semarang hingga tahun 2013 serta perkiraan kondisi di tahun 2014, maka kondisi perekonomian di tahun 2015 akan menghadapi tantangan dalam upaya peningkatan perekonomian daerah, antara lain: 1. Terus meningkatnya konsumsi BBM non subsidi yang diiringi dengan kerentanan fluktuasi harga BBM global dan kenaikan nilai tukar dolar terhadap rupiah akan sangat beresiko pada perubahan kebijakan kenaikan harga dan pembatasan BBM non subsidi. Jika terjadi, maka akan menganggu distribusi barang dan jasa yang dapat berdampak pada peningkatan inflasi. 2. Kondisi infrastruktur yang masih buruk di beberapa lokasi serta potensi gangguan bencana yang berpotensi mengganggu distribusi barang dan jasa. Perbaikan infrastruktur Kota Semarang merupakan suatu keharusan untuk mendokung perekonomian lokal maupun provinsi dan nasional mengingat posisi Kota Semarang dalam konstelasi ekonomi nasional dan regional. 3. Jumlah penduduk yang besar dengan komposisi usia produktif yang terus membesar dibandingkan dengan usia non produktif merupakan tantangan bagi penyediaan lapangan pekerjaan. Selain itu, bonus demografi berupa peningkatan usia harapan hidup menuntut penyediaan sarana prasarana dasar kehidupan masyarakat yang memadai secara kuantitas dan kualitas. 4. Terus munculnya tuntutan kenaikan upah minimal kota UMK yang tidak terkadang dengan besaran yang memberatkan dari sisi pengusaha akan menjadi tantangan bagi kebijakan investasi di Kota Semarang pada tahun 2015 5. Potensi gangguan keamanan terkait dengan pelaksanaan Pemilu Walikota harus diwaspadai dan perlu ada peningkatan upaya untuk menjamin keamanan dan ketertiban di Kota Semarang tetap terjaga. Selain tantangan, beberapa hal yang diharapkan akan mendukung prospek perekonomian Kota Semarang di tahun 2015 antara lain: 1. Tren kondisi perekonomian yang terus membaik diharapkan akan terus dapat dijaga pada tahun 2015, dengan asumsi tdak ada perubahan kebijakan yang mendasar dari pemerintah pusat terkait dengan harga dan ketersediaan bahan pokok utama. RKPD Kota Semarang Tahun 2015 III.4 2. Kondisi struktur keuangan Pemerintah Kota Semarang yang menunjukkan tren yang terus membaik dengan alokasi yang lebih banyak ke Belanja Langsung diharapkan akan ikut menopang kondisi perekonomian di tahun 2015. 3. Akan selesainya proyek strategis nasional, terutama yang terkait dengan infrastruktur perhubungan, diharapkan akan memperlancar arus distribusi barang dan jasa di Kota Semarang Tahun 2015 merupakan tahun terakhir dari pelaksanaan RPJMD Tahn 2010-2015, sehingga semua target indikator kinerja yang ada diharapkan akan tercapai di akhir tahun 2015. Dari sisi perekonomian daerah, pencapaian indikator makro ekonomi Kota Semarang akan sangat terpengaruh kepada kebijakan di tingkat pusat maupun situasi perekonomian global, mengingat posisi Semarang sebagai kota dengan sektor perdagangan dan jasa sebagai penopang utama perekonomiannya. Proyeksi beberapa indikator makro ekonomi di tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.2 Proyeksi Indikator Ekonomi Daerah Kota Semarang Tahun 2015 No Indikator Satuan 2014 Target RPJMD di 2015 Proyeksi Capaian di 2015 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Juta Rupiah 68.489.234,85 na 78.126.193,52 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Juta Rupiah 27.327.690,14 na 28.719.453,27 3. PDRB Per Kapita Rupiah 44.234.428,14 42.951.745,11 49.834.452 4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Persen 5,8 – 6,2 6,35 5,8 – 6,2 4. Inflasi Persen 5±1 3,36 5±1 5. Jumlah Warga Miskin Pemkot Persen 19,49 16,41 16,41 6. Jumlah Penduduk Miskin BPS Persen na na 5,13 7. Indeks Pembangunan Manusia IPM Poin 78,77 77,42 79,13 8. Tingkat Pengangguran Terbuka Persen 4,97 8,5 4,41 Sumber Bappeda data diolah, data sangat sementara

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah