Indeks Gini Rasio Penduduk Miskin

RKPD Kota Semarang Tahun 2015 II.13

b. Laju Inflasi

Dalam konteks ilmu ekonomi makro, inflasi adalah proses meningkatnya harga dari sekelompok barang dan jasa secara terus menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar. Inflasi diukur sebagai persentase perubahan Indeks Harga Konsumen indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu, deflektor Produk Domestik Bruto menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, atau indeks-indeks lain dalam tingkat harga keseluruhan. Inflasi dapat disebabkan antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau spekulasi, serta akibat adanya ketidaklancaran suplai dan distribusi barang. Jika besarannya tidak terkendali, inflasi akan mempengaruhi kondisi perekenomian masyarakat. Perkembangan inflasi di Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh kebijakan makro ekonomi dari Pusat yang memengaruhi kenaikan harga-harga. Inflasi Kota Semarang di tahun 2013 meningkat menjadi sebesar 8,19 dibandingkan tahun 2012 yang tercatat sebesar 4,85. Angka inflasi Kota Semarang ini lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Tengah yang tercatat sebesar 7,98, namun masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 8,38. Kenaikan inflasi di tahun 2013 dipengaruhi oleh gejolak harga pangan domestik yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi yang mendorong kenaikan harga-harga, baik itu yang terdampak langsung maupun yang terdampak lanjutan. Selama 2013, inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli dan Agustus, bulan-bulan awal pasca kenaikan harga BBM, yang juga bersamaan dengan Idul Fitri dan tahun baru ajaran sekolah yang biasanya juga berkontribusi terhadap kenaikan inflasi, meskipun kemudian di bulan Oktober sd Desember 2013, inflasi sudah bergerak pada kisaran angka normal.

c. PDRB per Kapita

Ditinjau dari jumlah PDRB Perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2011- 2013, Kota Semarang mengalami peningkatan pada tahun 2013. Jika di tahun 2012, nilainya sebesar Rp. 34.787.877,69, di tahun 2013 nilainya meningkat menjadi Rp. 39.124.435,42. Peningkatan nilai PDRB per kapita ini secara umum menandakan adanya tingkat pendapatan masyarakat yang lebih baik, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Kota Semarang.

d. Indeks Gini

Dari data BPS tahun 2012, indeks Gini Ratio Kota Semarang mencapai angka 0,3518 sedangkan berdasarkan asumsi prediksi Bappeda, indeks gini Kota Semarang tahun 2013 meningkat menjadi 0,3836 yang berarti kesenjangan pemerataan penduduk di Kota Semarang mencapai level sedang. Tabel 2.8 Indek Gini Kota Semarang Tahun 2011-2013 No Uraian 2011 2012 2013 1 Gini Ratio Kota Semarang 0,3545 0,3518 0,3836 2 Gini Ratio Nasional 0,41 0,41 0,413 Sumber BPS Kota Semarang Data belum rilis asumsi prediksi Bappeda Angka sangat sementara Indeks gini adalah ukuran ketimpangan ekonomi dalam pendapatan distribusi yang ditentukan dengan koefisien gini rasio antara 0 – 1 0 dan 1, semakin rendah koefisien gini maka pendapatan pada suatu wilayahdaerah semakin merata. Kategori ketimpangan tinggi apabila indeks gini besar dari 0,5 dan kategori rendah dengan indeks gini dibawah 0,5 tinggi 0,5 dan rendah 0,5. RKPD Kota Semarang Tahun 2015 II.14

e. Rasio Penduduk Miskin

Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Warga Miskin Kota Semarang Tahun 2011-2013 No Uraian 2011 2012 2013 Jiwa Jiwa Jiwa 1 Kota Semarang versi Bappeda 448.398 26,44 448.398 26,44 373.978 21,49 versi BPS 88.453 5,68 81.900 5,13 81.900 5,13 Keputusan Walikota Semarang Nomor 050716 Tentang Penetapan Warga Miskin Kota Semarang Tahun 2013 Versi BPS prov. Jateng update September 2012 data update per bulan Maret dan September Pemerintah Kota Semarang memperhitungkan rasio kemiskinan di Kota Semarang didasarkan pada identifikasi dan verifikasi warga miskin yang dilakukan setiap 2 tahun sekali yang nantinya akan dituangkan kedalam Keputusan Walikota. Untuk tahun 2013 sesuai dengan Keputusan Walikota Semarang Nomor 050716 Tentang Penetapan Warga Miskin Kota Semarang Tahun 2013 jumlah warga miskin mencapai 373.978 jiwa atau mencapai 21,49 . Meski angka ini turun cukup signifikan dari tahun sebelumnya namun masih diperlukan usaha yang cukup keras bagi Pemerintah Kota Semarang untuk mencapai target indikator yang tertuang dalam dokumen RPJMD 2010-2015. Sebagai bahan pertimbangan, berdasarkan data versi BPS Prov. Jateng, September 2012 rasio penduduk miskin Kota Semarang hanya menyentuh angka 5,13 dan bahkan jauh lebih rendah bila dibandingkan angka kemiskinan Jawa Tengah yang mencapai rasio 14,98 di tahun yang sama.

2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial meliputi pembangunan yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat antara lain pendidikan, kesehatan dan pemenuhan kebutuhan dasar sosial masyarakat lainnya. Kondisi pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial sampai dengan tahun 2013 pada masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

a. Indeks Pembangunan Manusia