satu kunci utama untukpencegahan dan penanggulangan penyakit. Tindakan-tindakan pencegahan penyakit khususnya penyakit infeksi lainnya yaitu sebagai berikut :
1. Cuci tangan.
2. Memakai perlengkapan pelindung seperti masker.
3. Menggunakan asepsis atau teknik aseptic yaitu semua usaha yang dilakukan
dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan infeksi.
4. Memproses alat bekas pakai.
5. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara
benar, dan sebagainya.
6.5. Tanda Gejala Penyakit “Kena Aji” Racun Menurut Tenaga kesehatan
Adanya fenomena tentang penyakit “kena aji” racun ini, menjadi suatu hal
yang sangat menarik bagi peneliti untuk mengkajinya secara mendalam. Tidak hanya dari pengetahuan yang dimiliki masyarakat saja, peneliti juga mencari informasi dari
tenaga kesehatan setempat mengenai penyakit ini. Dari proses penelitian, hanya 3 tiga orang yang menjadi informan untuk memberikan pandangan mengenai penyakit
“kena aji” racun. Informan tersebut terdiri dari dokter yang berpraktek dan tinggal di daerah tersebut yang bernama dokter Zulkifli, petugas Puskesmas bidang P2P
bernama ibu Yanti, dan petugas Dinas Kesehatan Aceh Singkil bidang penyusunan dan pembuatan program bernama bapak Mawan. Berikut adalah persepsi informan
sebagai tenaga kesehatan sehubungan dengan penyakit “kena aji” racun :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.9. Persepsi Tenaga Kesehatan Sehubungan dengan Penyakit “Kena
Aji” Racun di Desa Lipat Kajang Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil
Informan Jawaban
Dokter “. . . sebenarnya tidak bisa kita pungkiri bahwa penyakit itu
banyak jenisnya yang memang ada juga hubungannya dengan kepercayaan masyarakat. Seperti penyakit yang menurut
masyarakat “kena aji” ini, kalo menurut saya ya bisa jadi penyakit itu ada dengan gejala-gejalanya. Cuma bila ada
masyarakat yang datang berobat ke praktek saya, ya pastinya diberikan obat sesuai dengan gejala yang ada. Untuk
memastikan jenis penyakitnya harus ada pemeriksaan lanjutan di laboratorium, dan kebanyakan pasien tidak datang
lagi untuk melakukan pemeriksaan. Hanya sedikit diantara mereka yang melanjutkan pemeriksaan. Kadang ada juga
pasien yang menanyakan apakah ia diizinkan untuk berobat ke dukun juga? Ya, saya kan gak mungkin melarang kadang
keyakinan orang terhadap suatu pengobatan juga menentukan cepat atau tidaknya kesembuhan. Cuma saya tetap
menyarankan untuk tetap berobat ke pelayanan kesehatan medis selain ke dukun
”. Petugas Puskesmas
“. . . dari gejalanya penyakit itu sama nya itu dengan TB, tapi ya itu tadi masyarakatnya gak mau datang berobat karena
menganggap itu penyakit kena racun”. Ya kami dari puskesmas gak mungkin mensosialisasikan tentang penyakit
ini, tentunya kami bergerak sesuai dengan jalur kesehatannya. Kalo sosialisasi tentang penyakit TB memang kadang-
kadangnya dilakukan, yang biasanya tu sosialisasi tentang ASI, gizi ibu dan balita, imunisasi karena kan dilakukan
sekalian di posyandu. Kalo kita sosialisai tentang penyakit kena racun, ya kita kan gak tau banyak, nanti bisa-bisa kita
pula yang diracun orang”. Petugas Dinkes
“. . . kami tidak pernah tau adanya penyakit semacam itu, karena tidak pernah ada data atau informasi dari puskesmas
langsung. Kalaupun ada pastinya kita hanya bisa melakukan sesuatu yang memang ada penyakitnya sesuai dengan gejala.
Sehingga dengan begitu, kita ya mungkin akan melakukan pemeriksaan
besar-besaran misalnya
kepada setiap
masyarakat yang diduga terinfeksi penyakit itu”.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya menurut dokter dan tenaga puskesmas menyebutkan bahwa berdasarkan tanda-tanda yang nampak dirasakan oleh seorang penderita penyakit
“kena aji” racun dibandingkan dengan penyakit lainnya, maka didapatkan penyakit TB paru merupakan penyakit yang hampir sama gejalanya dengan penyakit “kena aji”
racun. Berikut adalah penjabaran berbagai gejala dari kedua penyakit yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 6.10. Gejala P enyakit “Kena Aji” Racun dan Penyakit TB Paru di Desa
Lipat Kajang Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil
Bagian Tubuh Gejala yang Dirasakan
Perbandingan “Kena Aji”
Racun TB Paru
Badan Lemas malas, produktifitas kerja ↓
Panas dingin Tidak nafsu makan
Berat badan turun √
√ √
√ √
√ √
√ Tulang dan
persendian Ngilu nyeri Malaise
√ √
Dada Sesak nafas
Batuk kering, berdahak Batuk keluar darah
√ √
√ √
√ √
Tenggorokan Perih
√ √
Mata Nyeri seperti mau keluar
Terasa berat √
√ -
- Kepala
Berat sakit √
- Kulit
Tidak elastis Berkeringat malam hari
√ -
- √
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hampir secara keseluruhan gejala yang ada pada penyakit “kena aji” racun ada juga terdapat pada penyakit TB paru.
Seperti gejala utama yang khas dari kedua penyakit ini yaitu sama-sama terdapat batuk baik batuk kering maupun batuk berdahak, yang bila keadannya sudah
Universitas Sumatera Utara
bertambah parah batuk bisa menjadi keluar darah. Namun untuk sementara penyakit “kena aji” racun ini, masih bersifat illness dan ketika penderitanya sudah merasakan
tanda-tanda gejala pada tubuhnya barulah setelah itu adanya sickness. Hal ini terlihat dari pengertian illness itu sendiri yaitu merupakan suatu
konsep psikologis yang menunjuk pada perasaan, persepsi, atau pengalaman subyektif seseorang tentang ketidaksehatannya atau keadaan tubuh yang dirasa tidak
enak. Sebagai pengalaman subyektif, maka illness ini bersifat individual. Pengertian illness dibentuk oleh faktor-faktor kultural, yang dipengaruhi oleh persepsi,
pemberian nama, penjelasan, dan proses penilaian dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Semua hal ini dibentuk dalam lingkungan keluarga, sosial dan
kultural. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pengertian illness adalah
pengertian yang merupakan konstruk kultural. Sakit belum tentu karena penyakit, akan tetapi selalu mempunyai relevansi psikososial. Pengertian sakit illness
berkaitan dengan gangguan psikososial yang dirasakan manusia bersifat subyektif, berbeda dengan pengertian penyakit disease yang berkaitan dengan gangguan pada
organ manusia bersifat obyektif. Sehingg a dengan begitu penyakit ”kena aji”
racun ini, yang dibentuk dari adanya faktor-faktor kultural yang juga dipengaruhi oleh persepsi masyarakat setempat atas tanda-tanda gejala yang dirasakan.
Maka dari itulah, sickness pada penderita penyakit “kena aji” racun ini
disesuaikan dengan pengertian dari illness. Sickness merupakan konsep sosiologis yang bermakna sebagai penerimaan sosial terhadap seseorang sebagai orang yang
Universitas Sumatera Utara
sedang mengalami kesakitan illness atau disease. Dalam keadaan sickness ini orang dibenarkan melepaskan tanggung jawab, peran, atau kebiasaan-kebiasaan tertentu
yang dilakukan saat sehat karena adanya ketidaksehaan, atau sickness juga lebih dikenal dengan peran sakit.. Dengan adanya peran sakit inilah peran yang harus
dilakukan oleh orang sakit dan kaitannya dengan upaya pencarian pengobatan. Oleh k
arena pengertian “sakit” atau illness itu dapat berdimensi subyektif- kulturalistik, maka setiap masyarakat memiliki pengertian sendiri tentang sakit sesuai
dengan pengalaman dan kebudayaannya. Peran sakit hanya dapat dilakukan dan diakui oleh masyarakatnya jika sesuai dengan pertimbangan nilai, keyakinan norma
sosialnya. Karena itu, suatu kesakitan yang dirasakan secara dan diakui oleh individu atau masyarakat tidak selalu dirasaskan secara sama oleh individu atau masyarakat
yang lainnya Akan tetapi penyakit “kena aji” racun ini, sudah bisa dikatakan sebagai
disease yaitu suatu keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal, gangguan fungsi atau
adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu yang diketahui lewat diagnosis. Hal ini terlihat dari pengalaman Bang Mesdi sebagai
seorang yang pernah menderita penyakit “kena aji” racun. Sebelumnya ia menganggap penyakit yang dideritanya sebagai penyakit “kena aji” racun. Setelah
penyakit tersebut bertambah parah, akhirnya Bang Mesdi berobat ke Poliklinik USU dan rumah sakit Siti Hajar, diagnosa keduanya sama-sama menyatakan bahwa Bang
Mesdi menderita penyakit TB paru. Pada mulanya Bang Mesdi melakukan
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan sputum yaitu TB paru BTA negatif yang artinya yaitu pemeriksaan dahak positif negatif foto rontgen dada menunjukkan TB aktif. Positif negatif yang
dimaksudkan disini adalah “hasilnya meragukan”, jumlah kuman yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum memenuhi syarat untuk positif. Dengan kata lain
jumlah kuman belum mencukupi untuk menularkan penyakit kepada orang lain. Tidak cukup hanya dengan pemeriksaan sputum itu saja, dengan rekomendasi dari
Poliklinik USU Bang Mesdi diminta untuk melakukan foto rontgen di rumah sakit dan hasilnya positif TB paru. Akhirnya Bang Mesdi diharuskan minum obat untuk
penderita TB paru selama 6 bulan. Tidak hanya berdasarkan pengalaman Bang Mesdi saja peneliti
mengkategorikan penyakit “kena aji” racun sebagai disease, karena telah dilakukannya pemeriksaan oleh tenaga kesehatan. Peneliti juga mewawancarai dua
orang penderita penyakit TB paru yang telah dinyatakan BTA positif dan TB aktif berdasarkan pemeriksaan sputum dan foto rontgen di Puskesmas Simpang Kanan
Aceh Singkil. Penderita yang pertama bernama Yuliana yang merupakan seorang siswa
SMA kelas 3. Pada awal ia merasakan kondisi tubuhnya yang tidak sehat seperti malas, emosi tidak stabil, sering batuk, suhu badan panas dingin, berat badan turun,
nyeri pada tulang maka ibunya yang bernama Ros menduga bahwa Yuliana tengah hamil. Oleh karena ibunya seorang pegawai negeri, sehingga ia mempunyai ASKES
maka Yuliana langsung dibawa ke Puskesmas dan diperiksa oleh dokter, ia diberi obat dan diminta untuk melakukan pemeriksaan di laboratorium. Hasil pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa Yuliana menderita TB, dan dianjurkan untuk minum obat selama 6 bulan secara teratur. Anjuran tersebut dipatuhi oleh Yuliana, meskipun
selama melakukan pengobatan, tidak sedikit dari tetangga yang mengatakan bahwa dari gejala yang tampak Yuliana menderita penyakit “kena aji” racun. Ada juga
pernah selama 2 kali berturut-turut ia dan ibunya mendatangi dukun untuk melakukan pengobatan, akan tetapi obat dari dokter di puskesmas tetap diminum hingga akhirnya
ia dinyatakan sembuh oleh dokter. Sehubungan dengan penyakit TB paru, memang adik ibu Yuliana yang saat ini juga tinggal bersamanya pernah juga menderita TB
paru dan telah sembuh. Penderita penyakit TB paru berikutnya bernama Bapak Mansyur Top,
pengalamannya menderita penyakit ini sudah sampai pada tingkat yang parah yaitu batuknya berdarah. Menurut dokter yang ada di puskesmas, memang pada waktu itu
Bapak Mansyur Top terlambat untuk melakukan upaya penyembuhan. Namun ia tetap disarankan untuk minum obat secara teratur sampai ia dinyatakan sembuh.
Sampai saat ini ia masih melakukan pengobatan di Puskesmas. Penyebab keterlambatan Bapak Mansyur Top melakukan penyembuhan yaitu
karena p ada awalnya ia mengira penyakit yang dideritanya adalah penyakit “kena aji”
racun, karena beberapa tanda-tanda gejala yang dirasakan sama dengan penyakit “kena aji” racun. Ia pun sudah melakukan pengobatan ke beberapa dukun seperti di
desanya sendiri yaitu Lipat Kajang, di Subulussalam dan di Sianjo-anjo, akan tetapi ia tetap tidak sembuh. Hingga pada akhirnya anak pertama dari Bapak Mansyur Top
menganjurkan untuk berobat dan memeriksakan sakitnya ke puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa pengalaman dan penjelasan diatas, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya penyakit “kena aji” racun sudah merupakan suatu disease bagi informan
tersebut, karena selain terdapat kesamaan dari gejala pada penyakit “kena aji” racun dengan penyakit TB paru juga pada beberapa penderita telah dilakukan pemeriksaan.
Berdasarkan data di puskesmas menunjukkan bahwa dari bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 jumlah pasien positif TB paru berjumlah 25 orang, sementara
jumlah penderita suspect keseluruhan sampai bulan Juni 2012 yaitu 250 orang. Namun setiap penderita penyakit “kena aji” racun ini tidak bisa dinyatakan sebagai
penyakit TB paru secara pasti, karena tidak semua gejala bisa dikategorikan kepada TB paru. Khususnya gejala batuk pada penderita. Bisa saja penderita hanya menderita
batuk rejan batuk 100 hari ataupun ISPA. Menurut data data Puskesmas Simpang Kanan menunjukkan bahwa ISPA merupakan penyakit dengan penderita terbanyak
pada bulan Juli yaitu sebanyak 347 orang. Bahkan untuk jenis penyakit yang banyak dipercayai masyarakat sebagai
penyakit akibat guna-guna seperti pada pengalaman Ibu Hj.Saijem yang terkena aji keras, kemungkinan penyakit tersebut tergolong pada penyakit herpes. Meskipun
tidak ada data penyakit herpes yang tercatat di Puskesmas namun jumlah penderita infeksi kulit cukup banyak yaitu 58 orang.
Sehingga untuk itu, penyakit “kena aji” racun harus tetap memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut untuk mengetahui
diagnosa penyakitnya, serta mendapatkan penanganan dan pengobatan yang tepat. Berikut adalah cara untuk memastikan seseorang menderita penyakit TB paru
yaitu Alfian, 2005 :
Universitas Sumatera Utara
8. Untuk mengetahui secara pasti, seseorang menderita penyakit TBC atau tidak,
yaitu dengan pemeriksaan dahaknya di laboratorium klinik dahak = riak, bukan ludah.
9. Pemeriksaan dahak harus dilakukan sebanyak 3kali selama 2 hari.
10. Jika hasilnya positif ada kuman berarti orang tersebut menderita penyakit
TBC. 11.
Waktu pemeriksaan dahak adalah : SPS Sewaktu Pagi Sewaktu 12.
Sewaktu Hari I : dahak diperiksa di laboratorium sewaktu penderita datang dengan gejala penyakit TB
13. Sewaktu Hari II : sehabis bangn tidur keesokan harinya, keluarkan dahak,
tampung dalam pot wadah yang diberi petugas, tutup rapat, bawa ke rumah sakit. 14.
Sewaktu Hari II : penderita akan diminta dahak lagi di rumah sakit. Dilihat dari ciri khas penyakit “kena aji” racun yaitu hampir semua informan
mengalami gejala batuk. Sebenarnya batuk bukan penyakit, tapi suatu gejala yang merupakan refleks dari tubuh untuk mengeluarkan seseuatu yang ada di dalam
saluran napas. Sesuatu tersebut bisa lendir atau benda-benda asing yang dapat membuat tubuh berusaha mengeluarkannya. Meskipun batuk merupakan sebuah
mekanisme perlindungan tubuh, bila terlampau sering maka tentunya akan mengganggu pernapasan. Batuk dengan durasi yang panjang dapat memengaruhi
organ sehingga mengalami peradangan. Batuk yang demikian lebih membahayakan karena adanya infeksi Indiarti, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum jenis batuk yang banyak dijumpai yaitu : batuk berdahak dan batuk tidak berdahak. Selain itu ada juga batuk yang dapat terjadi akibat infeksi
saluran napas dan alergi, batuk kronis, batuk akut, batuk rejan atau pertusis Indiarti, 2007.
5. Batuk akibat infeksi saluran napas dan alergi
Batuk akibat infeksi saluran napas dan alergi yang terdiri atas infeksi saluran napas atas dan saluran napas bawah. Batuk yang disebabkan oleh infeksi saluran
napas atas seringkali lebih ringan misalnya batuk karena flu, amandel, atau radang tenggorokan. Sementara batuk yang disebabkan oleh infeksi saluran napas bawah
seringkali lebih berat seperti pada penderita pneumonia. Adapun batuk yang disebabkan oleh alergi sering terjadi pada penderita asma.
6. Batuk kronis
Adalah batuk yang berlangsung selama atau lebih dari 14 hari dan atau berulang. Batuk ini disebut juga dengan batuk berulang, yang apabila batuk
berlangsung selama 3 kali episode berturut-turut dalam 3 bulan. Misalnya seseorang batuk pada bulan Maret, April dan Mei secara berturut-turut dan sebaliknya batuk
dapat pula hanya sekali misalnya pada bulan Maret saja, tetapi berlangsung selama 14 hari atau lebih. Batuk kronis berulang ini harus dicurigai sebab seringkali merupakan
gejala adanya suatu penyakit serta membutuhkan penanganan yang khusus oleh dokter. Batuk ini bisa menjadi suatu gejala dari penyakit TB paru dan asma.
7. Batuk akut
Universitas Sumatera Utara
Batuk akut seringkali lebih ringan, misalnya karena flu, radang tenggorokan atau tersedak. Namun ada penyakit yang ditandai oleh batuk akut misalnya
pneumonia. Pneumonia adalah suatu radang atau infeksi paru-paru yang seringkali disebabkan oleh kuman atau bakteri yang ditandai dengan panas tinggi, tenggorokan
merah dan seperti bengkak. Jika darahnya diperiksa, maka sel darah putihnya meningkat. Dengan demikian infeksi harus diobati dengan antibiotic.
8. Batuk rejan atau pertusis
Batuk yang berat bunyinya seringkali terjadi terjadi 6-10 kali, kemudian terdengar bunyi melengking, dokter menyebutnya dengan batuk rejan atau pertusis,
dan orang awam lebih mengenal dengan batuk 100 hari. Dikatakan demikian karena batuknya memang dalam waktu lama, namun dengan perawatan biasa batuk baru
akan sembuh pada 7-8 minggu atau sampai 3 bulan, sehingga pola makan akan terganggu dan mengakibatkan penurunan berat badan. Batuk rejan seringkali diawali
dengan pilek biasa dan batuknya lebih sering terjadi di malam hari. Setelah berlangsung 2 minggu batuk bertambah parah, suara menjadi serak dan sulit
bernapas. Serangan batuk yang demikian dapat menyebabkan penderitanya muntah serta keluar darah dari mulut, hidung dan terlihat perdarahan pada bagian putih mata.
Serangan batuk dapat timbul dengan tiba-tiba, kadang jika terjadi pertukaran suhu. Pada akhir minggu ke empat bahkan lebih batuk mulai reda dan bisa sembuh, namun
batuk rejan ini bersifat menular kepada orang lain. Oleh karena batuk sangat banyak jenisnya, maka pen
yakit “kena aji” racun yang memiliki tanda gejala khusus batuk juga tidak bisa langsung dinyatakan sebagai
Universitas Sumatera Utara
batuk yang biasa saja atau bahkan dinyatakan sebagai batuk dari gejala penyakit TB paru. Proses penyembuhan harus dilakukan dengan diagnosa yang tepat terhadap
batuk yang diderita.
Universitas Sumatera Utara
BAB 7 PROSES PENYEMBUHAN PENYAKIT
Proses penyembuhan yang terkait dalam sebuah sistem perawatan kesehatan, pada dasarnya terdiri atas dua yaitu sistem perawatan medis modern dan sistem
perawatan kesehatan tradisional atau disebut juga dengan pengobatan tradisional. Bab ini juga membahas mengenai kedua sistem perawatan kesehatan yang akan terkait
dengan proses penyembuhan penyakit “kena aji” racun pada masyarakat Lipat Kajang Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil.
7.1. Proses Penyembuhan Penyakit “Kena Aji” Racun