budaya yang diwariskan dari zaman dahulu sampai sekarang itu mutlak kebenarannya. Seperti budaya larangan makan ikan yang banyak bagi anak-anak
karena akan menyebabkan anak cacingan, padahal menurut ilmu gizi konsumsi ikan justru sangat baik bagi perkembangan otak anak karena ikan banyak mengandung
protein yang sangat baik untuk kesehatan tubuh dan kecerdasan. Selain adanya perbedaan paham ajaran agama, juga terdapat penyebab lainnya mengenai munculnya
“aji” racun ini yaitu adanya konflik pribadi seperti perasaan iri, sakit hati kepada orang lain, serta adan
ya suatu keharusan bagi yang menyimpan “aji” racun ini untuk membuangnya kepada orang lain.
5.3. Siapa yang Memberi “Aji” Racun
Mengenai siapa yang memberi “aji” racun kepada orang lain, tidak dapat dipastikan dan ditunjuk keberadaannya. Namun dari penjelasan beberapa informan
serta dukun yang dapat mengobati penyakit “kena aji” racun, terdapat 3 kelompok yang menjadi pemberi “aji” racun ini yaitu diantaranya adalah :
1. Dukun
Dukun dianggap sebagai sosok orang yang dapat dijadikan sebagai penolong dalam beberapa hal seperti mengobati penyakit ataupun permasalahn lainnya. Namun
selain adanya kategori dukun penolong, terdapat pula kategori dukun yang cenderung bertindak sebaliknya. Dukun tersebut menjalankan dua macam keahlian yang
bertentangan yaitu selain sebagai penolong ia juga dengan sengaja menyakiti orang lain dengan ilmu atau dengan keahlian yang dimilikinya. Seperti penjelasan dari Bang
Universitas Sumatera Utara
Dedi penderita penyakit “kena aji” atau racun dan Tua Sambo sebagai dukun yang dapat mengobati penyakit “kena aji” racun yaitu bahwa terkadang dukun yang dapat
mengobati penyakit inipun mau meracik dan memberikan “aji” racun kepada pasiennya bila diminta, karena alasannya yaitu adanya harapan apabila orang tersebut
telah sakit maka akan datang berobat kepadanya serta ia juga tidak menginginkan pasiennya terlalu cepat sembuh sehingga frekuensi pengobatan dibuat agak banyak
dan berulang. Maksud tindakan yang seperti itu tidaklah sulit diperkirakan yang mana pastinya untuk memperoleh penghasilan atau balas jasa yang lebih besar. Sehingga
dengan adanya penyakit “kena aji” racun ini juga dijadikan sebagai sumber penghasilan oleh kalangan-kalangan tertentu pada masyarakat.
2. Orang yang diturunkan ilmu
Maksudnya adalah orang yang sengaja diturunkan ilmu khusus mengenai kemampuan dalam hal “aji” racun ini oleh orang lain, baik yang diturunkan oleh
keluarganya sendiri maupun karena terpilih oleh orang yang akan menurunkan ilmunya. Sehingga orang ini, dengan cara belajar atau tidak akan memiliki
kemampuan yang khusus sehubungan dengan “aji” racun.
3. Masyarakat biasa
Masyarakat biasa yang dimaksud adalah siapapun orangnya, dapat memiliki “aji” racun ini untuk dikenakkan kepada orang lain sesuai dengan alasan dan
kepentingan yang berbeda. Ada juga yang sengaja memilik i “aji” racun dengan
alasan konflik pribadi seperti adanya rasa sakit hati, iri hati dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
5.4. Siapa yang Beresiko Menderita atau “Kena Aji” Racun