tersebut. Dalam hal ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap obyek target yang dipersepsikan oleh individu. Faktor situasi dipengaruhi oleh waktu, keadaan saat
menerima suatu perlakuan, lokasi dan keadaan lingkungan. Variable yang ikut menentukan persepsi individu yang paling penting adalah faktor demografi disebut
juga dengan karaktristik individu seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, kepribadian, latar belakang social ekonomi, budaya, lingkungan fisik, dan
pengalaman hidup. Faktor-faktor atau karakteristik individu ini sangat berpengaruh menentukan persepsi individu terhadap suatu objek.
2. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. 3. Mekanisme,apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan. 4. Adaptasi,suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
2.4.1. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan, atau reaksi manusia baik bersifat pasif maupun aktif. Dengan demikian perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tiga kelompok : 1.
Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Health Maintenance, terdiri dari 3 tiga aspek: a.
Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan Health promotion behavior.
Universitas Sumatera Utara
b. Perilaku pencegahan dan penyembuhan penyakit Health prevention
behavior. c.
Perilaku terhadap gizi makanan dan minuman Health nutrition behavior 2.
Perilaku Pencarian Pengobatan Health Seeking Behavior 3.
Perilaku terhadap Lingkungan Kesehatan Enviromental health behavior Menurut pendapat Sadli 1982 dikutip oleh Notoatmodjo 2003,
menggambarkan hubungan individu dengan lingkungan sosial yang saling memengaruhi, yakni :
1. Perilaku kesehatan individu, sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang erat kaitannya
dengan lingkungan. 2.
Lingkungan keluarga, kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai kesehatan.
3. Lingkungan terbatas, tradisi, adat istiadat dan kepercayaan masyarakat sehubungan
dengan kesehatan. 4.
Lingkungan umum, kebijakan-kebijakan kesehatan pemerintah di bidang kesehatan,
undang-undang kesehatan,
program-program kesehatan,
dan sebagainya.
2.4.2. Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Menurut Purwanto 1999 yang dikutip oleh Sudarma 2008 menyebutkan bahwa perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia dan
dorongan itu merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam
Universitas Sumatera Utara
diri manusia. Dengan adanya dorongan tersebut, menimbulkan seseorang melakukan sebuah tindakan atau perilaku khusus yang mengarah pada tujuan.
Dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan atau lebih spesifik lagi yaitu derajat kesehatan, perilaku manusia merupakan salah satu faktor utama dalam
terwujudnya derajat kesehatan individu secara prima. Sementara itu Kasl dan Cobb, 1966 dalam Notoatmodjo 2003 menyebutkan bahwa biasanya orang terlibat dengan
kegiatan medis dikarenakan oleh 3 alasan pokok yaitu : 1.
Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan perilaku sehat.
2. Untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada
gejala penyakit yang dirasakan perilaku sakit. 3.
Untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat atau agar penyakit tidak bertambah parah peran sakit
– sick role behaviour.
Faktor-faktor yang menentukan perilaku kesehatan sangat banyak dan rumit. Menurut McKinlay, 1972 dalam mengatakan bahwa terdapat 5 pendekatan utama
mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu dilihat dari sudut : 1.
Ekonomi 2.
Sosiodemografi 3.
Psikologi sosial 4.
Sosial budaya 5.
Organisasional
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan kesehatan tidak hanya bertujuan untuk memulihkan kualitas kesehatan individu. Lebih jauh dari itu, pelayanan kesehatan lebih menekankan pada
usaha untuk melakukan tindakan layanan kesehatan yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap perilaku individu, sehingga perilaku individu tersebut
mampu menunjukkan sikap dan budaya hidup sehat. Berikut adalah model-model perilaku kesehatan yang berbeda sesuai dengan
pandangan teori serta tipe perilaku, namun menggunakan variabel-variabel yang sama yaitu :
Model Suchman Merupakan suatu model yang membahas tentang pola sosial dari perilaku
sakit yang tampak pada cara orang mencari, menemukan, dan melakukan perawatan medis. Pendekatan yang digunakan berkisar pada adanya 4 unsur yang merupakan
faktor utama dalam perilaku sakit yaitu : 1.
Perilaku itu sendiri Perilaku sakit menyangkut serangkaian konsep-konsep yang menggambarkan
alternatif perilaku berikut akibatnya, yaitu : Mencari pertolongan medis dari berbagai sumber atau pemberi pelayanan.
Fragmentasi perawatan medis, disaat orang menerima pelayanan dari berbagai unti, tetapi dari sumber yang sama.
Menangguhkan procastination atau mengundurkan upaya mencari pertolongan sesuai dengan keadaan atau gejala yang dirasakan.
Universitas Sumatera Utara
Melakukan pengobatan sendiri self-medication. Membatalkan atau menghentikan pengobatan discontinuity.
2. Sekuensi peristiwa medis
Sekuensi peristiwa medis dibagi atas 5 tingkat yaitu : Pengalaman dengan gejala penyakit.
Penilaian terhadap peran sakit. Kontak dengan perawatan medis.
Jadi pasien. Sembuh atau masa rehabilitasi.
Pada setiap tingkat, setiap orang harus mengambil keputusan-keputusan dan melakukan perilaku-perilaku tertentu yang berkaitan dengan kesehatan. Pada tingkat
permulaan terdapat 3 tiga dimensi gejala yang menjadi pertanda adanya ketidakseimbangan dalam diri seseorang yaitu :
a. Adanya rasa sakit, kurang enak badan atau sesuatu yang tidak biasa dialami.
b. Pengetahuan seseorang tentang gejala tersebut mendorongnya membuat
penafsiran-penafsiran yang berkaitan dengan akibat penyakit serta gangguan terhadap fungsi sosialnya.
c. Perasaan terhadap gejala tersebut berupa rasa takut atau cemas.
Pada saat orang mengira bahwa dirinya sakit, maka orang tersebut akan mencoba mengurangi atau mengontrol gejala tersebut melalui pengobatan sendiri.
Sementara itu pihak keluarga dan teman-teman dimintai nasehat. Sistem ini ini
Universitas Sumatera Utara
disebut sebagai sistem rujukan awam lay-refferal system yang dapat memengaruhi seseorang untuk berperan sakit, sedangkan upaya untuk mendiskusikan gejala itu
dengan orang- orang terdekat atau “orang penting” lainnya bertujuan untuk
memperoleh “pengakuan” yang diperlukan agar ia mendapat kebebasan dari tuntutan dan tanggung jawab sosial tertentu. Pada tahap menjadi pasien, disaat seseorang
tergantung pada pihak pemberi perawatan medis, maka orang sakit itu berada dalam suatu tindakan yang ditentukan oleh dokter. Meskipun orang itu tidak ingin
menyerahkan semua keputusan pada dokter, namun situasi ini dianggap perlu diterima agar dapat sembuh dari penyakitnya.
3. Tempat atau ruang lingkup
4. Variasi perilaku selama tahap-tahap perawatan medis
Menurut Suchman, bahwa perilaku individu berkembang dan berubah seiring dengan tahapan kesadaran dan proses pengambilan keputusan dirinya terhadap
kualitas kesehatan yang dialaminya. Setiap tahapan individu memiliki kesadaran terhadap diri, persepsi dan tindakan pengambilan keputusan tertentu yang berkaitan
dengan kesehatan, yang mana tahapan tersebut yaitu : 1.
Tahap pengenalan terhadap gejala penyakit. 2.
Tahap asumsi terhadap peranan sakit. 3.
Kontak dengan pelayanan kesehatan. 4.
Tahap menjadi pasien. 5.
Tahap penyembuhan atau rehabilitasi.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap ini seorang individu akan mengevaluasi ulang mengenai perannya selama ini. Bila berbagai aktivitas dan peran sosialnya dapat dilakukan kembali
dengan baik, maka kualitas dan derajat kesehatannya sudah membaik dan dapat dikatakan sebagai sehat. Sementara bila tambah memburuk, bisa jadi individu
tersebut sampai pada tahap akut atau bahkan meninggal. Model Hochbaum, Kasl dan Cobb, Rosenstock
Model yang diperkenalkan oleh Hochbaum, Kasl dan Cobb, Rosenstock ini dinamakan dengan model Kepercayaan Kesehatan Health Belief Model HBM yaitu
orang tidak akan mencari pertolongan medis atau pencegahan penyakit bila mereka kurang mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal yang relevan dengan
kesehatan, bila mereka memandang keadaan tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin terhadap keberhasilan suatu intervensi medis, bila mereka melihat adanya beberapa
kesulitan dalam melaksanakan perilaku kesehatan yang disarankan. Dengan kata lain, model ini berdasarkan penyelidikan pada sejumlah alasan
mengapa masyarakat menerima perilaku yang disarankan sedangkan yang lain tidak. Terdapat 4 keyakinan utama yang diidentifikasi delama model HBM ini yaitu
sebagai berikut : 1.
Keyakinan tentang kerentanan kita terhadap keadaan sakit. 2.
Keyakinan tentang keseriusan atau keganasan penyakit. 3.
Keyakinan tentang kemungkinan biaya.
Universitas Sumatera Utara
4. Keyakinan tentang efektivitas tindakan ini sehubungan dengan adanya
kemungkinan tindakan alternative. Modifikasi utama yang dilakukan oleh Kasl dan Cobb 1966, menyangkut
perilaku tertentu yang dijalankan seseorang pada saat mengalami suatu gejala penyakit, seperti rasa sakit dan kurang enak badan, tekanan psikologis, tingkat
toleransi terhadap rasa sakit, kurang daya dan tenaga, serta keadaan sosiodemografik, semuanya ini memegang peranan penting.
Hipotesis HBM adalah perilaku pada saat mengalami gejala penyakit dipengaruhi secara langsung oleh persepsi individu mengenai ancaman penyakit dan
keyakinannya terhadap nilai manfaat dari suatu tindakan kesehatan. Bagaimanapun juga, rasa sakit dan kurang enak badan yang berkaitan dengan gejala penyakit dapat
mempengaruhi persepsi individu terhadap ancaman penyakit dan juga mempengaruhi perilaku, sedangkan karakteristik sosial tingkat toleransi seseorang terhadap sakit,
kekurangan daya dan semangat diperkirakan mempunyai pengaruh tidak langsung atas suatu tindakan atau perilaku.
Dalam model HBM ini dapat dipahami bahwa perbedaan faktor demografis, personal, struktural dan sosial mempengaruhi perilaku kesehatan, namun semua
variabel itu sebenarnya mempengaruhi persepsi dan motivasi individu bukan berfungsi sebagai penyebab langsung dari suatu tindakan. Pada dasarnya model ini
terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut McKenzie, 1997:
Universitas Sumatera Utara
1. Kesiapan seseorang untuk melakukan suatu tindakan ditentukan oleh pandangan
orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu, dan persepsi mereka terhadap kemungkinan akibat fisik dan sosial bila terserang penyakit tersebut.
2. Penilaian seseorang terhadap perilaku kesehatan tertentu, dipandang dari sudut
kebaikan dan kemanfaatan misalnya perkiraan subjektif mengenai kemungkinan manfaat dari suatu tindakan dalam mengurangi tingkat bahaya dan keparahan.
Kemudian dibandingkan dengan persepsi terhadap pengorbanan fisik, uang, dan lain-lain yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan tindakan tersebut.
3. Suatu “kunci” untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat harus ada baik
dari sumber internal misalnya gejala penyakit, maupun eksternal misalnya interaksi interpersonal, komunikasi massa.
Model Fabrega Dalam model ini yang dikemukakan oleh Fabrega 1973 menekankan pada
teori pengambilan keputusan yang menitikberatkan pada proses informasi yang diharapkan seseorang pada saat kejadian penyakit sakit merupakan sesuatu yang
telah ditetapkan oleh kebudayaan yang membentuk dasar-dasar untuk pengambilan keputusan tentang pengobatan medis sehingga model ini mempunyai aplikasi lintas-
budaya. Model oleh Fabrega ini mencoba menyusun dan mengkategorikan langkah-
langkah yang dilalui seseorang dalam rangka pengenalan dan respons terhadap penyakit dengan memusatkan perhatian pada :
Universitas Sumatera Utara
1. Informasi yang akan dilaksanakan.
2. Urutan peristiwa dalam proses pengambilan keputusan.
3. Pengurangan variasi dalam proses dan peristiwa medis melalui struktur yang
konstan dan repetitive untuk menjaring informasi yang relevan. Dalam mempertimbangkan pengobatan, biasanya seseorang melakukan
serangkaian pertimbangan menyangkut rencana pengobatan yaitu sebagai berikut : 1.
Memperkirakan kemungkinan bahwa setiap tindakan yang diambil akan mengurangi ancaman yang mungkin timbul karena penyakit.
2. Memperhitungkan segala keuntungan yang akan diperoleh dari suatu tindakan,
yakni seberapa jauh setiap rencana pengobatan akan dapat mengurangi keluhan penyakit yang dirasakan.
3. Memperhitungkan segala kerugian meliputi biaya, waktu, tenaga yang diperlukan
untuk melaksanakan setiap tindakan. 4.
Menetapkan manfaat dari setiap alternative rencana pengobatan dengan melihat selisih kerugian dan keuntungan dari setiap tindakan yang akan dilakukan.
Semua informasi yang dapat dipakai sebagai perbandingan akan mendorong orang untuk memilih rencana pengobatan. Dalam proses pemilihan tindakan yang
akan dilaksanakan orang akan menerapkan aturan-aturan dalam pengambilan keputusan misalnya memilih yang termurah, manfaatnya besar, dan sebagainya.
Agar model dalam perilaku sakit tersebut dapat diterapkan, terdapat 3 asumsi khusus yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Penyakit yang diderita tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dengan kata lain,
model tersebut tidak dapat diterapkan pada orang-orang yang mengharapkan atau menolak jenis penyakit itu, jadi tidak ada motivasi untuk melakukan tindakan
guna penyembuhan. 2.
Kejadian penyakit harus mempunyai ciri-ciri tersendiri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan yang biasa dilakukan. Dengan kata lain, tidak ada suatu kepastian
tentang jenis penyakit dan pengobatannya. 3.
Orang harus membuat keputusan berdasarkan evaluasi optimal dari suatu tindakan pengobatan. Dengan kata lain, keputusan tidak didasarkan atas alasan yang tidak
rasional atau untung-untungan. Fabrega 1973 melalui model pendekatannya telah mengembangkan suatu
kerangka perilaku dalam mempelajari pengaruh sosial dan budaya dalam proses mencari informasi tentang penyakit dan keputusan pengobatan.
Model Mechanic Model Mechanic ini diperkenalkan oleh Charles Abraham dan Eamon
Shanley Mechanic 1978 dengan melihat faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan cara orang melihat, menilai, serta bertindak terhadap suatu gejala penyakit. Model ini
menekankan pada 2 faktor yaitu : 1.
Persepsi dan definisi oleh individu pada suatu situasi. 2.
Kemampuan individu melawan keadaan yang berat
Universitas Sumatera Utara
Dalam mengembangkan teorinya tentang cara orang mencari pertolongan medis dengan menekankan pentingnya penelitian terhadap segala sesuatu yang terjadi
sebelum orang mengunjungi pemberi pelayanan kesehatan serta mempertimbangkan konteks budaya dari penyakit.
Model Andersen Model ini diperkenalkan oleh R.Andersen 1968 yang kemudian
disempurnakan bersama Newman, model ini dinamakan dengan Individual Determinants of Health Service Utilization Teory, yang menggambarkan suatu
sekuensi determinan individu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga dan menyatakan bahwa hal itu bergantung pada :
1. Predisposisi keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan.
Komponen predisposisi keluarga dalam model tersebut mencakup karakteristik keluarga sebelum kejadian penyakit, dimana terdapat kecendrungan
yang berbeda dalam penggunaan pelayanan kesehatan; meliputi variabel demografik umur, jenis kelamin, status perkawinan, variabel struktur sosial pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis, dokter, dan penyakit termasuk stres serta kecemasan yang ada kaitannya dengan
kesehatan. Variabel-variabel predisposisi keluarga ini tidak sertamerta berpengaruh
langsung terhadap pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, akan tetapi sebagai faktor pendorong untuk menimbulkan hasrat guna memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kemampuan untuk melaksanakannya.
Adalah suatu kondisi yang memungkinkan orang memanfaatkan pelayanan kesehatan, atau setidak-tidaknya mereka siap memanfaatkannya, yang terdiri atas
persepsi terhadap penyakit serta evaluasi klinis terhadap penyakit. 3.
Kebutuhan terhadap jasa pelayanan kesehatan. Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Model Kurt Lewin
Kurt Lewin 1970 berpandangan bahwa individu hidup di lingkungan masyarakat, yang akan bernilai baik positif maupun negatif di suatu daerah atau
wilayah tertentu. Implikasinya dalam kesehatan adalah penyakit atau sakit adalah suatu daerah negatif sedangkan sehat adalah daerah positif. Apabila seseorang
bertindak untuk melawan atau mengatasi penyakit, ada 4 variabel yang terlibat di dalamnya yaitu :
1. Kerentanan yang dirasakan perceived suspectibility.
Suatu tindakan akan ditunjukkan individu bila dirinya atau keluarganya sudah menunjukkan persepsi yang sama mengenai status gejala yang dirasakannya dan dia
mengkategorikan bahwa dirinya dan keluarga atau lingkungannya rentan terhadap suatu penyakit.
Universitas Sumatera Utara
2. Keseriusan yang dirasakan perceived seriousness.
Persepsi mengenai kerentanan ini dipengaruhi pula oleh persepsi mengenai tingkat keparahan atau kesungguhan suatu penyakit.
3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan perceived benefits and barriers.
Usaha mencari dan mengatasi penyakit tersebut, diperkuat dengan adanya persepsi akan manfaat yang didapat dari usaha tersebut sehingga individu mau untuk
menghadapi rintangan-rintangan yang ada. 4.
Isyarat atau tanda-tanda clues. Tindakan individu akan lebih dirasakan tepat adanya bila dia mendapat
dukungan lain dari sisi eksternal, misalnya informasi dari media massa, keluarga, pesan dan nasehat orang lain, dan sebagainya. Seiring dengan hal ini Kurt Lewin
berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong driving forces dan kekuatan-kekuatan penahan
resistining forces. Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang sehingga ada tiga
kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang yaitu : a.
Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat, hal ini terjadi bila ada stimulus yang mendorong terjadinya perubahan. Misalnya keinginan hidup sehat meningkat
maka dia akan berusaha mencari tempat penyembuhan. b.
Kekuatan-kekuatan penahan menurun, hal ini terjadi bila ada penurunan dari kekuatan-kekuatan penahan sehingga terjadi usaha ke arah perubahan. Misalnya
jarak ke lokasi pelayanan kesehatan, karena yang mestinya mengeluarkan biaya
Universitas Sumatera Utara
mahal sebaliknya menjadi lebih murah oleh karena ada orang yang mau meminjamkan kendaraan transportasi ke lokasi pelayanan.
c. Kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan penahan menurun. Misalnya ada
dukungan dan partisipasi dari anggota keluarga untuk segera berobat.
2.5. Penyakit TB Paru