Pengalaman Tua Sambo yang pernah hampir terkena “aji” racun tersebut menjelaskan bahwa siapapun itu dapat menjadi beresiko untuk terkena. Walaupun dia
seorang pengobat yang sudah ahli dan mengetahui “aji” racun tersebut secara menyeluruh, apalagi orang yang tidak tahu apapun mengenai hal ini pastilah ia
dengan mudah dapat terkena “aji” racun.
5.5. Kenapa Bisa t
erkena Penyakit “Aji” Racun
“Aji” racun yang dipercayai oleh masyarakat Aceh Singkil sebagai sebuah dzat yang apabila ada pada tubuh manusia baik secara sengaja ataupun tidak, maka
akan berdampak pada kesehatan si penderitanya. Namun yang menjadi pertanyaannya yaitu mengapa seseorang tersebut bisa terkena penyakit “aji” racun? Sebenarnya hal
ini dari dulu sampai sekarang masih menjadi suatu hal yang masih misteri. Ada yang beranggapan bahwa orang yang “kena aji” racun karena memang diberikan dengan
sengaja oleh orang lain dengan alasan yang tidak dapat diketahui. Jika dipertanyakan kepada dukun yang bisa mengobati penyakit ini, biasanya orang yang memberikan
“aji” karena ada rasa sakit hati, perasaan iri dengan orang lain, atau bahkan karena merasa sudah menjadi suatu kewajiban.
Memberikan “aji” racun kepada orang lain yang dikarenakan oleh suatu kewajiban, hal ini menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi peneliti untuk mencari
tahu penjelasannya. Sehingga pada akhirnya peneliti mendapatkan penjelasan yang selengkapnya dari Tua Sambo yang merupakan seorang pengobat penyakit “kena aji”
Universitas Sumatera Utara
racun yang berasal dari Etnis Batak Pak-pak, berikut keterangan yang disampaikan oleh Tua Sambo :
“. . . aji itu kan ramuannya emang sengaja dibuat dari bahan-bahan seperti yang saya sebutkan tadi kayak dari janin yang digoreng, getah kayu rengas,
trus miang buluh atau bambu. Tapi selain ramuan itu juga ada unsur ghaib yaitu jin yang dimasukkan ke dalam ramuan. Gunanya untuk supaya aji tadi
dalam tubuh jadi lengket dan ditahan oleh itu tadi jinnya. Kalo berbicara mengenai jin itu kan sebenarnya ada disebutkan dalam al-
qur‟an. Yangmana disebutkan yang masih punya ruh artinya yang masih bisa disuruh itu seperti
bambu, ya itu ada ruh nya itu. Itu kalau kita upah-upah kita bilang turun kau bambu, itu pelan-pelan akan turun seperti menunduk itu. Bila dikaji ini akan
dalam jadinya, sebenarnya dalam hidup kita ini ada ruh yang kesasar
sewaktu Allah ta‟ala menciptakan Adam, ada sebuah tongkat yang mana tongkat itu berasal dari tanah. Kemudian Allah meminta malaikat Jibril
“wahai Jibril bawalah tongkat ini, hembuskan pada tongkat itu mulai dari ujung tapi ada 1 syaratnya jangan kau buka di jalan. Kalau kau buka di jalan
akan terjadi hal-hal yang tidak dapat kamu inginkan dikelak kemudian hari. Dan kamu lah yang bertanggung jawab. Karena tidak ada terasa apa-apa,
maka dibukalah oleh Jibril tongkat itu tadi dan terbanglah sesuatu dari tongkat itu. Nah, itulah dia ruh tadi, melayang-layang gak tau mau kemana,
setiap yang berongga diisinya seperti batang bambu itu tadi. Terus kata Jibril
“ya Allah ya Robbi, tongkat yang saya bawa tidak mau bergerak atau apa, ada yang terbang di tengah jalan. Trus Allah berseru saya tau kau buka
tongkat itu tadi di jalan, maka kau harus mempertanggung jawabkannya kelak nanti. Nah itulah nak, ruh tadi itu jin yang terbang melayang-layang
yang sering dipuja-puja itu. Jin itu bisa kita suruh-suruh sekalipun jin Islam, karena sewaktu kita mendapatkannya kita sudah ada janji yaitu sampai
kapanpun aku akan mengikuti jejakmu. Kalo gak jin itu gak akan mau ikut dengan kita. Itu makanya berat kajian tentang
itu.” “Aji” racun yang bersifat mistik atau ghaib ini ternyata memilik unsur
kesepakatan antara manusia dan jin. Sehingga dengan begitu sifatnya mejadi suatu keharusan bagi yang mempunyainya untuk membuangnya dengan cara memberikan
dikenakan kepada orang lain. Jika hal ini tidak dilakukan maka orang tersebutlah yang akan menjadi tumbalnya yaitu dia yang nantinya akan merasakan sakit dari “aji”
racun tersebut. Seperti menurut penjelasan Udin Lembong berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
. . . “sebenarnya kalau kita bilang, aji tu sama kayak hantunya itu. Dia sampai kapanpun gak akan hilang. Namanya juga ghaib, hanya orang-orang
tertentu yang bisa liat dan merasakannya. Dia pun harus dibuang itu, kalo
gak dikenakkan ke orang lain maka dia sendiri yang kena.” Jadi dengan begitu, kita tidak dapat mengetahui kapan kita akan dikenakan
“aji” racun oleh orang lain karena mengingat proses pembuatan ramuannya yang panjang dan dengan bahan yang beragam. Seperti yang diungkapkan oleh Tua Sambo
yaitu sebagai berikut : . . . “kalo udah gitu cara mengenakkannya langsung ke makanan minuman
seperti kopi, jadi karena semua bahannya sudah menjadi halus seperti kopi dan itulah yang tidak tau kita dan terminum. Biasanya makanan minuman
yang diberi racun itu gak yang warnanya bening atau jernih, kalo gitu kan
agak nampak dia.” Dengan halusnya bahan yang diracik untuk dijadikan sebuah “aji” racun,
sehingga hal ini akan menyulitkan orang lain untuk mengenali makanan atau minuman yang telah mengandung unsur “aji” racun. Apalagi bila “aji” racun
tersebut dicampurkan ke dalam makanan minuman yang bentuknya sudah tidak bening lagi seperti kopi, nasi goreng, dan makanan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 TANDA-TANDA GEJALA PENYAKIT
Secara umum menurut penjelasan informan, penyakit “kena aji” racun memiliki beberapa tanda-tanda gejala yang khas. Sehingga bab ini menjelaskan
pengalaman informan mengenai tanda- tanda gejala penyakit “kena aji” racun, lama
informan menderita penyakit ini, dampak dari penyakit, cara mencegah supaya tidak terkena “aji” racun, serta bagaimana persepsi dari tenaga kesehatan sendiri
sehubungan dengan gejala pada penyakit “kena aji” racun pada masyarakat Lipat Kajang.
6.1. Tanda-