peneliti bertemu dan berkenalan dengan Udin yaitu ketika peneliti menemani Wiwid ke salah satu pesta pernikahan saudara sepupunya yang ada di Desa Tulaan. Keluarga
yang sedang ada pesta, menanyakan kepada peneliti apakah peneliti datang ke desa tersebut karena ingin berlibur. Peneliti akhirnya menjelaskan maksud dan tujuan
peneliti datang kesana, beberapa orang di tempat pesta tersebut menyarankan untuk menjumpai seseorang yang bernama Udin yang pada saat itu sedang berada di
belakang rumah. Udin adalah seseorang yang dipercaya masyarakat sebagai orang yang mampu untuk me
nahan hujan atau disebut juga dengan “pawang hujan” di desa ketika ada pesta atau hajatan. Selain itu ia juga adalah orang yang berasal dari
kelompok etnis Pakpak, yang pastinya sedikit banyaknya mengetahui tentang penyakit “kena aji” racun ini. Sehingga dengan begitu informasi yang didapatkan
akan lebih banyak dan lebih kompleks.
3.5. Metode Analisis Data
Metode analisa data dilakukan dengan analisis kualitatif yaitu dengan teknik “on going analysis” yaitu proses analisis data berlangsung bersamaan ketika
melakukan penelitian di lapangan berdasarkan informasi dan data-data yang diperoleh. Sesuai dengan metode tersebut, dalam hal ini peneliti berusaha untuk
menjawab pertanyaan pada permasalahan dalam penelitian. Dengan cara mengidentifikasi setiap informasi dan data-data dari informan ke dalam kelompok-
kelompok data yang bisa menjelaskan berbagai pertanyaan. Pertanyaan tersebut yaitu mengenai
apakah yang disebut dengan penyakit ”kena aji” racun, bagaimana asal
Universitas Sumatera Utara
usul penyakitnya, penyebab muncul penyakit, tanda-tanda yang dirasakan nampak, dampak dari penyakit ”kena aji” racun, pencegahan, serta bagaimana proses
penyembuhan yang dilakukan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang dianggap kredibel dipercaya.
Menurut Bungin 2007 yang mengatakan bahwa salah satu kriteria untuk memperoleh keabsahan data dalam penelitian kualitatif yaitu dengan menggunakan
derajat kepercayaan credibility. Seterusnya penyajian data yaitu dengan menggunakan bentuk kata teks narasi, matriks tabel, bentuk diagram, skema
ataupun bentuk gambar.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 GAMBARAN DAERAH PENELITIAN
4.1. Gambaran Geografis
Aceh Singkil merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Aceh dari hasil pemekaran Kabupaten Aceh Selatan. Wilayah Aceh Singkil terletak sangat jauh
dari Ibu Kota Propinsi Aceh. Karena berada jauh dari Ibu Kota Propinsi maka menurut masyarakat yang berada di wilayah Aceh lainnya, kata Singkil dimaknai
sebagai tersingkir. Menurut salah satu masyarakat yang berasal dari Bireuen yang peneliti wawancarai ketika berada dalam satu mobil angkutan, menyebutkan bahwa :
. . . “banyak orang bilang Singkil itu berarti Aceh yang tersingkir nya itu, alasan pastinya gak tau juga sih. Mungkin karena sangking jauhnya dari
Aceh Besar kali ya? hm . . . menurut saya cocoknya Singkil tu masuk wilayah
Sumatera Utara aja, lagian gak banyak juga orang Aceh nya di sana” . . . Sebagian wilayah Aceh Singkil berada di kawasan Taman Nasional Gunung
Leuser yang terdiri dari dua wilayah, yakni daratan dan kepulauan. Ibu kota Kabupaten Aceh Singkil terletak di Singkil. Singkil berada di jalur barat Sumatera
yang menghubungkan Banda Aceh, Medan dan Sibolga, namun demikian jalurnya lebih bergunung-gunung dan perlu dilakukan banyak perbaikan akses jalan agar
keterpencilan wilayah dapat diatasi. Berikut adalah gambar dari wilayah Aceh Singkil yang diambil dari peta Nangroe Aceh Darussalam http:www.acehsingkilkab.go.id:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1. Aceh Singkil dari Peta Nangroe Aceh Darusalam
Gambar 4.2. Aceh Singkil Dilihat dari Jalur Lintas Sumatera
Aceh Singkil yang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Aceh, terdiri dari 11 kecamatan yaitu diantaranya : Kecamatan Danau Paris, Gunung Meriah, Kuta
Universitas Sumatera Utara
Baharu, Kecamatan Kuala Baru, Kecamatan Pulau Banyak, Pulau Banyak Barat, Simpang Kanan, Singkil, Singkil Utara, Singkohor, dan Kecamatan Suro Baru.
Gambar 4.3. Wilayah Kecamatan di Aceh Singkil
Daerah Aceh Singkil yang menjadi wilayah dalam penelitian yaitu terletak di Kecamatan Simpang Kanan, yang mana kecamatan ini memiliki 24 desa kelurahan
diantaranya yaitu : Kampong Cibubukan, Kampong Guha, Kampong Kain Golong, Kampong Kuta Karangan, Kampong Kuta Tinggi, Kampong Lae Gambir, Kampong
Lae Gecih, Kampong Lae Nipe, Kampong Lae Riman, Kampong Lipat Kajang, Kampong Lipat Kajang Atas, Kampong Pakiraman, Kampong Pandan Sari, Kampong
Pangi, Kampong Pertabas, Kampong Serasah, Kampong Siatas, Kampong Silatong, Kampong Sidodadi, Kampong Sukarejo, Kampong Tanjung Mas, Kampong Tugan,
Kampong Tuh Tuhan, dan Kampong Ujung Limus.
Universitas Sumatera Utara
Dari 24 desa kelurahan yang ada di Kecamatan Simpang Kanan, meskipun terdapat dua nama desa yang sama yaitu Desa Lipat Kajang dan Desa Lipat Kajang
Atas, maka yang menjadi wilayah penelitian yaitu berada di Desa Kampong Lipat Kajang. Hal ini dikarenakan oleh di desa tersebut diharapkan informasi tentang
fenomena penyakit “kena aji” racun lebih banyak didapatkan. Secara geografis, Desa Kampong Lipat Kajang memiliki batas-batas sebagai berikut :
Sebelah barat : berbatas dengan Lipat Kajang Atas Sebelah timur : berbatas dengan Kota Karangan
Sebelah selatan : berbatas dengan Silatong Sebelah utara : berbatas dengan Kain Golong
Bila dilihat dari letak pemukiman rumah penduduk yang ada di Desa Lipat Kajang, hampir sebagian besar tinggal di daerah aliran sungai. Hal ini disebabkan
pada dulunya satu-satunya jalur lintas yaitu hanya lewat sungai tidak ada jalan darat. Untuk menuju arah medan dari Singkil harus melalui Sungai Alas Aceh Tenggara
atau Kuta Cane setelah itu baru kemudian menggunakan jalur darat menuju Karo terus ke Medan. Desa Lipat Kajang ini terbagi atas 2 dua yaitu Lipat Kajang Atas
dan Lipat Kajang. Berikut adalah gambar pemukiman rumah masyarakat Lipat Kajang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4. Sungai Sebagai Jalur Transportasi Dulunya Dan Sekitar Daerah Aliran Sungai DAS Terdapat Pemukiman Rumah Masyarakat
Desa Lipat Kajang
Gambar 4.5. Jalan Darat Menuju Sungai yang Sudah Dibangun dan Pemukiman Rumah Masyarakat Desa Lipat Kajang
Universitas Sumatera Utara
Desa Lipat Kajang ini terbagi atas 2 yaitu Desa Lipat Kajang dan Desa Lipat Kajang Atas. Perbedaan keduanya ini yaitu dinamakan Lipat Kajang Atas karena
berada sejajar dengan badan jalan dan pusat desa, sedangkan Desa Lipat Kajang letaknya berada di bawah badan jalan dan pusat desa yaitu di pinggiran aliran sungai.
Bentuk rumahnya pun sedikit berbeda, Lipat Kajang rumahnya meskipun tersusun rapat dengan rumah yang lain namun tetap berdiri sendiri, akan tetapi Lipat Kajang
Atas bentuk rumahnya sangat rapat dan dempet seperti bangunan ruko. Berikut adalah bentuk rumah Desa Lipat Kajang Atas dan Lipat Kajang Bawah.
Gambar 4.6. Rumah Masyarakat Desa Lipat Kajang Atas
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7. Rumah Masyarakat Desa Lipat Kajang
Dari kedua gambar tersebut diatas, terlihat bahwa antara rumah yang satu dengan rumah yang lain jaraknya sangat dekat sekali bahkan hanya berbatas dengan
satu dinding saja. Antara rumah Desa Lipat Kajang Atas dan Lipat Kajang hampir rata-rata rumah masyarakatnya terbuat dari kayu serta bentuknya juga sedikit ada
persamaan.
4.2. Gambaran Demografis