BAB 7 PROSES PENYEMBUHAN PENYAKIT
Proses penyembuhan yang terkait dalam sebuah sistem perawatan kesehatan, pada dasarnya terdiri atas dua yaitu sistem perawatan medis modern dan sistem
perawatan kesehatan tradisional atau disebut juga dengan pengobatan tradisional. Bab ini juga membahas mengenai kedua sistem perawatan kesehatan yang akan terkait
dengan proses penyembuhan penyakit “kena aji” racun pada masyarakat Lipat Kajang Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil.
7.1. Proses Penyembuhan Penyakit “Kena Aji” Racun
Di daerah yang menjadi objek penelitian yaitu Desa Lipat Kajang, masyarakatnya menggunakan kedua sistem perawatan kesehatan, yang tidak dapat
dihitung jumlah perbandingan masyarakat yang menggunakannya. Hal ini disebabkan karena memang pada prinsipnya, kepercayaan menjadi suatu hal yang sangat penting
dalam menentukan pilihan untuk mendapatkan perawatan kesehatan. Meskipun seperti itu semua hal ini juga tidak terlepas dari pentingnya peran sumber informasi.
Dari hasil wawancara dengan beberapa orang informan yang pernah dan atau yang sedang menderita penyakit “kena aji” racun, beberapa diantara mereka ada
yang hanya menggunakan sistem perawatan kesehatan tradisonal atau pengobatan alternatif saja seperti dukun, kiyai atau lainnya. Akan tetapi juga ada di antara
informan yang menggunakan kedua sistem perawatan kesehatan ini, misalnya pada awalnya pergi berobat ke puskesmas seterusnya pergi ke dukun. Antara pengobatan
Universitas Sumatera Utara
yang diberikan oleh puskesmas dengan pengobatan alternatif seperti dukun, sama- sama memiliki tujuan untuk menyembuhkan si penderitanya. Jadi selama pengobatan
tersebut tidak memperparah kondisi penderitanya maka pengobatan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu wadah untuk mendapatkan kesembuhan.
Seperti yang dilakukan oleh beberapa informan berikut ini yang dalam upaya untuk mengusahakan kesembuhan, mereka telah melewati beberapa tahap pengobatan
mulai dari obat luar yang dibeli di warung atau apotek, praktek bidan desa, puskesmas, bahkan ke praktek dukun kampung tersebut. Seperti yang terlihat pada
bagan alur di bawah ini, yang dirangkum dari cerita pengalaman informan yang
pernah dan sedang menderita penyakit “kena aji” racun sebagai berikut :
Gambar 7.1. Bagan Alur Pencarian Pe nyembuhan Untuk Penyakit “Kena Aji”
Racun Pada Masyarakat Lipat Kajang Individu
Sakit
Dukun Apotek
warung Praktek
Bidan Desa Puskesmas
RS Puskesmas
RS Dukun
Dukun Dukun
Dukun Apotek
warung Poliklinik
Puskesmas RS
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : ada agent yang memberikan informasi seperti keluarga, teman, masyarakat
sekitar, dan sebagainya. Dari gambar bagan alur pencarian pengobatan untuk p
enyakit “kena aji” racun tersebut, dapat diketahui bahwa dari seseorang tersebut sudah mulai sakit dan
merasakan gejala yang tidak seperti biasanya pada kesehatannya maka ia akan mulai mencari perawatan kesehatan. Manusia baru menyadari pentingnya kesehatan ketika
ia berada dalam kondisi sakit. Selain itu manusia juga sangat menyadari bahwa kondisi sakit merupakan kondisi yang membuat hidupnya tidak bisa berperan seperti
biasanya Hakim, 2010. Maka dari itu, kesadaran ini membuat manusia mencari berbagai cara untuk mencari kesembuhan terhadap penyakitnya. Misalnya ketika
sudah sakit ada yang terlebih dahulu mengurangi rasa sakitnya itu dengan membeli obat di warung saja, setelah tidak ada perubahan barulah ke puskesmas, bahkan bila
menurut mereka juga masih belum ada perubahan terhadap kesehatannya mereka datang ke praktek dukun yang ada di kampung tersebut. Selain itu ada juga yang
langsung datang ke puskesmas, dan ada juga yang ke dukun. Dalam pencarian tersebut juga tidak terlepas adanya peran dari sumber
informasi, baik sumber informasi mengenai jenis penyakit maupun mengenai tempat pengobatan yang dianggap dapat memberikan kesembuhan. Sumber informasi ini
bisa dari keluarga, teman ataupun masyarakat sekitarnya. Sehingga dengan adanya sumber informasi dari banyak pihak akan dapat memperkuat keyakinannya untuk
Universitas Sumatera Utara
menggunakan pelayanan kesehatan tersebut, guna mendapatkan kesembuhan dari penyakitnya.
Hal ini sesuai dengan pengalaman Kak Lina yang mencari pengobatan tidak terlepas dari adanya sumber informasi. Meskipun sebelumnya sesuai dengan persepsi
dan pengetahuan yang dimilikinya, ia membeli obat di warung serta pergi ke praktek bidan desa. Dari pengobatan di praktek bidan desa, Kak Lina juga tidak mendapatkan
diagnosa yang tepat untuk penyakitnya. Bidan hanya menyebutkan bahwa Kak Lina batuk biasa dan harus minum obat. Namun dengan adanya informasi yang diperoleh
dari tetangga dan teman kerjanya sehingga Kak Lina menjadikan dukun sebagai upaya pengobatan dari penyakitnya. Begitu juga dengan Bang Dedi yang sebelumnya
memilih tempat pengobatan berdasarkan pengetahuannya. Ia berobat ke puskesmas, namun menurut Bang Dedi :
“. . . dah capek abang dek, datang bolak balik ke puskesmas. Pertama datang kesana diperiksa dan dikasih obat. Obat itu harus diminum, kalo habis harus
balik lagi. 2 kali bang balik gak diperiksa-periksanya cuma dikasih obat yang sama. Dijelaskanpun gak. Kan jadinya abang bingung dan gak yakin bisa
sembuh.” Dari pengalaman Bang Dedi, seharusnya ketika ia telah mau datang ke
puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya ia tidak mencari pengobatan lainnya. Namun pelayanan dan informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan di puskesmas
tersebut tidak ada, sehingga menimbulkan rasa tidak percaya dengan pengobatan yang diberikan dapat menyembuhkan penyakitnya. Selanjutnya dikarenakan adanya
sumber informasi yaitu dari ibunya sendiri untuk berobat ke tempat lain, akhirnya Bang Dedi mengikuti saran ibunya. Terkadang pilihan untuk menentukan tempat
Universitas Sumatera Utara
pengobatan tidak bisa timbul dari pilihan dan keyakinan sendiri. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh keputusan orang terdekat atau keluarga. Seperti pengalaman sakit
Kak Pipit, yang terpaksa mengikuti keputusan dari suami, mertua dan ibunya untuk berobat ke dukun. Meskipun ia seorang tenaga kesehatan yang sering menangani
pasien penyakit TB paru dan telah memiliki pengetahuan. Namun keputusan itu tidak dapat dihindarinya, dengan alasan takut bila harus bertanggung jawab ketika terjadi
sesuatu kepada bayi yang dikandungnya karena tidak mengikuti keputusan tersebut. Sehingga dengan begitu, sumber informasi juga bisa mengalahkan keyakinan sendiri
untuk memilih upaya pengobatan yang diinginkan.
7.2. Pengobatan Tradisional