ini oleh masyarakat diidentifikasikan sebagai penyakit yang terkena teguran leluhur atau melanggar pantangan tertentu, dan cara pengobatannya harus ditangani oleh
ahlinya. Sakit yang dalam bahasa Buton disebut dengan amapii, panaki yang berarti orang tersebut harus istirahat dari aktivitas. Kepada mereka yang sakitnya ringan dan
masih dapat melaksanakan tugasnya seadanya dikatakan Parangara tanda-tanda sebelum sakit. Sakit ringan menurut batasan amapii adalah masuk angin, batuk, sakit
kepala, sakit gigi, sakit perut, demam, gatal-gatal dan sariawan. Kepercayaan tentang makhluk gaib yang jahat menimbulkan banyak istilah penyakit yang bersifat tidak
nyata. Dalam lingkungan masyarakat Buton sakit yang tidak jelas namanya dan tidak dapat diidentifikasikan sendiri jenis pengobatannya, dianggap sebagai perbuatan
makhluk gaib, yang menurut kepercayaan masyarakat setempat dianggap sebagai perbuatan yang melanggar sesuatu kebiasaan adat atau akibat perbuatan manusia
dengan menggunakan roh jahat Syahrun, 2008.
2.3. Pengobatan Tradisional
2.3.1. Definisi Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional merupakan salah satu cara penyembuhan yang dianggap sebagai hal yang biasa di masyarakat. Memang ada masyarakat yang pernah
mencoba sekurang-kurangnya satu kali dan ada yang belum pernah sama sekali, akan tetapi sudah mendapat informasi dari orang lain. Kepopuleran pengobatan tertentu
tergantung pada bermacam faktor. Faktor-faktor ini berdasarkan alasan mengapa
Universitas Sumatera Utara
seseorang memilih atau tidak memilih suatu jenis pengobatan. Faktor-faktor ini biasanya yaitu sebagai berikut Tjiong, 1991 :
1. Ekonomi
Menurut Ablas 2002 yang dikutip dalam Walcott 2004 menyebutkan bila keuangan menjadi hal yang penting sekali untuk seseorang dalam rangka memilih
jenis pengobatan, pilihan jenis alternatif adalah pilihan yang termurah. Memang sifat murah adalah sifat yang berpengaruh khususnya untuk masyarakat dari tingkatan
ekonomi yang agak rendah. Satu alasan mengapa pengobatan tradisional relatif murah, sering dikatakan sebagai alasan alami. Ada banyak pengobatan tradisional
yang berdasarkan tumbuh-tumbuhan dari pada kimia, maka tersedianya bahan-bahan bisa lebih mudah di dapat dimana saja. Oleh karena itu harganya harganya lebih
murah dari pada obat kimia yang hanya bisa didapat dari apotek. 2.
Kepercayaan dan kebudayaan Memang kepercayaan dimiliki orang tertentu apa lagi terhadap kesehatan
sangat dipengaruhi budayanya. Seperti sudah dijelaskan kepercayaan mistik sangat kuat dan mempengaruhi kebudayaan Jawa. Kesehatan dari pendapat mistik terdiri
atas sifat jasmani dan sifat yang selain jasmani, yaitu rohani. Orang Jawa percaya bahwa kehidupan seharusnya bersifat „keseimbangan‟ dan hubungan yang „rukun‟.
Pola-pikir kesehatan dipengaruhi rohani, jasmani dan mental, adalah pola-pikir yang masuk akal untuk orang yang mengidentifikasikan dengan kebudayaan Indonesia.
Masalah kesehatan merupakan masalah yang kompleks, gabungan dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia
Universitas Sumatera Utara
misalnya sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Selain itu adanya persepsi mengenai suatu penyakit pada masyarakat menjadi suatu
hal yang sangat penting. Persepsi tentang penyakit itu sendiri ditentukan oleh budaya, hal ini dikarenakan oleh penyakit merupakan suatu pengakuan sosial bahwa
seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar Setiadi, 2009. Hal ini sesuai dengan pendapat Antoni 2009 dalam penelitiannya
sehubungan dengan penyakit dilihat dari sisi sosial budaya. Disebutkan bahwa sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa gejala penyakit tuberkulosis karena
penyakit kutukan, termakan racun atau kena guna-guna oleh perbuatan orang lain sehingga penderita berusaha untuk menyembunyikan penyakitnya karena takut
dikucilkan dan disingkirkan dari pergaulan masyarakat, sehingga penderita tidak mau mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan. Anggapan seperti ini menyebabkan
masyarakat pertama kali mencari pertolongan pengobatan ke dukun kampung. Konsep kesehatan tidak saja berorientasi pada aspek klinis saja, tetapi lebih
berorientasi pada ilmu-ilmu lain yang ada kaitannya dengan kesehatan dan kemasyarakatan, antara lain; ilmu sosiologi, psikologi, perilaku danlain-lain yang
kegunaannya sebagai penunjang yang sekaligus sebagai faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan. Salah satu cabang antropologi dan sosiologi yang membahas
kebudayaan termasuk didalamnya adalah : pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat yang dilakukan oleh masyarakat Winkelman, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Manusia sebagai makhluk yang multidimensional, berpotensi muncul dimensi-dimensi pada berbagai aspek dalam hidup seperti pada aspek kesehatan,
contohnya persepsi sakit bagi orang desa berbeda dengan persepsi sakit orang kota. Oleh karena itu perbedaan persepsi ini dapat mengembangkan perbedaan perilaku
sehat antara setiap individu masyarakat Wisadirana, 2005. Perilaku terwujud secara nyata dari seperangkat pengetahuan kebudayaan.
Bila berbicara tentang sistem budaya, berarti mewujudkan perilaku sebagai suatu tindakan yang kongkrit dan dapat dilihat, yang diwujudkan dalam sistem sosial di
lingkungan warganya. Berbicara tentang konsep perilaku, hal ini berarti merupakan satu kesatuan dengan konsep kebudayaan. Perilaku kesehatan seseorang sangat
berkaitan dengan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma dalam lingkungan sosialnya, berkaitan dengan terapi, pencegahan penyakit fisik, psikis, dan sosial
berdasarkan kebudayaan mereka masing-masing Dumatubun, 2002. Di negara maju terdapat unsur kebudayaan yang dapat menunjang
peningkatan status kesehatan seperti tingkat pendidikan yang optimal sosial ekonomi yang tinggi, lingkungan hidup yang baik . Di Negara berkembang terjadi sebaliknya,
masalah yang kita hadapi adalah jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta penyebaran yang tidak merata. Tingkat pengetahuan dan
pendidikan yang rendah terutama pada golongan wanita, kebiasaan yang negatif yang berlaku di masyarakat serta adat istiadat dan kepercayaan yang kurangnya peran serta
masyarakat terhadap pembangunan kesehatan Anonim, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi sosial budaya masyarakat yang mendukung adalah semangat gotong royong dan kekeluargaan serta bermusyawarah dalam mengambil keputusan. Aspek
sosial budaya juga berhubungan dengan : a.
Kesehatan Ibu, disebabkan oleh tingkat pendidikan wanita yang rendah, kurangnya pengetahuan tentang cara pemilihan jenis bahan makanan, cara pengolahan dan
cara penyajian serta budaya pantangan terhadap makan makanan tertentu yang mestinya sangat dibutuhkan.
b. Kesehatan Anak, kesehatan pada anak berkaitan erat dengan faktor sosial budaya
dimasyarakat seperti halnya tingkat pendidikan yang rendah pada wanita, sosek, kepercayaan pada pelayanan tenaga kesehatan masih rendah, adanya budaya
memprioritaskan ayah dalam pemberian makanan dalam keluarga. c.
Pelayanan Kesehatan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan pelayanan terutama kepada petugas kesehatan masih rendah, yang
disebabkan karena relasi interpersonal yang dirasa masih ada batas. Petugas kesehatan pada umumnya pendatang sehingga ada perbedaan pengakuan dan
penerimaan sebagai keluarga. Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan
seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungannya. Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, yang sering membawa serta penyakit baru yang belum dikenal atau
perkembangan perubahan penyakit yang sudah ada. Konsep sehat sakit
Universitas Sumatera Utara
sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya, akan tetapi
bila konsep sehat sakit ini tidak dijadikan sebagai suatu hal yang mendasar pada kesehatan maka akan sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap terwujudnya
derajat atau status kesehatan masyarakat Sudarma, 2008. Cara berinteraksi, perilaku manusia merupakan fenomena yang dapat
dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit termasuk juga dalam hal pemilihan
pelayanan kesehatan yang akan digunakan oleh masyarakat. Semua itu akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat itu sendiri. Sehingga kajian atau
penelitian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memperhatikan konteks budaya dan sosial masyarakat Setiadi, 2009.
3. Geografi
Tersediannya pengobatan tradisional mudah dan bersifat beraneka guna. Jamu, obat dari tumbuh-tumbuhan dijual disamping jalan dan seperti tadi disebut bisa
didapat di mana-mana saja karena bersumber alami. Kemudian kalau jaraknya menjadi kesulitan kemudian ada pilihan bentuk pengobatan tradisional yang
pengobatnya bisa menyembuhkan dari tempat yang jauh dari orang pasien. Kalau pengobatnya memakai kekuatan-kekuatan yang tidak luar seperti tenaga dalam
kemudian berikut bahwa jarak fisik tidak mambatasi penyembuhan dari mana-mana. Barangkali alasan itu menjadi alasan lain yang mendorong masyarakat yang tidak
mempunyai fasilitas kedokteran, dan bergantung pada pengobatan tradisional.
Universitas Sumatera Utara
4. Sosial dan demografis
Ada kecenderungan tentang pengobatan alternatif dengan daerah perdesaan. Biasanya
orang-orang yang
tinggal di
daerah pedesaan
menilai sifat
tradisionalalternatif dari pada orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan. Dikarenakan orang-orang ini masih bergantung pada daerah pedalaman alami dan hal
spiritual seperti diturunkan orang tuannya dari masa dahulu. Tidak ada pengaruh modern atau fasilitas modern yang tersedia yang seperti di daerah pekotaan, karena
alasan itu kebanyakkan orang mencoba pengobatan alternatif biasanya disarankan oleh orang tuannya.
Menurut Timmermans 2001 yang dikutip dari Walcott 2004 ada bareneka- macam jenis pengobatan tradisional yang bisa dibedakan lewat hal cara-caranya.
Perbedaan ini dijelaskan sebagai terapi yang „berdasarkan cara-cara‟ seperti terapi spiritual yang terkait hal gaib atau terapi dengan tusukan jarum. Jenis terapi yang
kedua „berdasarkan obat-obatan‟ seperti jamu dan pengobatan herbal. Pembagian ini se
ring dikenal sebagai jenis pengobatan yang „berdasarkan mantra-mantra‟ dan jenis pengobatan lain yang berdasarkan „alat-alat‟. Pembagian ini juga digaris bahawi salah
satu responden dukun. Dia membedakan pengobatan yang cara dan pendidikannya „bisa ditulis‟ seperti pengobatan Cina dengan pengobatan yang cara dan
pendidikannya tidak „bisa ditulis‟, seperti terapi spiritual. Tidak ada pendidikan formal untuk kebanyakan pengobatan alternatif,
khususnya pengobatan yang „pakai cara-cara‟. Ini tergantung pada faktor „keahlian‟ dan apakah pengobatan ini bisa ditulis atau tidaknya. Pada umumnya pengobatan
Universitas Sumatera Utara
yang bersifat obat-obat Cina seperti jamu dan pengobatan herbal bisa ditulis. Walaupun pada pihak yang lain pengobatan alternatif yang dipengaruhi supranatural
atau metafisik tidak bisa dipelajari dari buku-buku. Pelajaran atau pendidikan pengobatan yang terkait hal ghaib hanya bisa dilatih oleh orang yang mempunyai
keahlian khusus untuk menjadi dukun. Keahlian ini tidak terdapat melalui pendidikan formal tetapi lewat keturunun saja atau bakat dari Tuhan Walcott, 2004.
Menurut Bakker 1993 yang dikutip pada Walcott 2004, menyebutkan bahwa sering pada berbagai daerah seorang yang ahli pengobatan tradisional biasanya
dinamakan „dukun‟. Peran dukun bermacam-macam dan tidak hanya khusus pengobatan. Kekuatan-kekuatan dimiliki dukun bisa dipakai untuk tujuan-tujuan
seperti santet, meramalkan, mempercantik, menyembuhkan dan bisa berhubungan dengan dunia spiritual dan mistik. Pada umumnya seorang dukun memiliki
kemampuan untuk mengobati bareneka-macam penyakit, baik penyakit luar maupun penyakit yang tidak luar Sianipar, 1989.
2.3.2. Pengobatan Tradisional Terkait Hal Ghaib