Keterampilan Dasar Peta dan Pemetaan
7
3 Posisi Sumbu Simetri terhadap Bidang Proyeksi
Ditinjau dari posisi sumbu simetri terhadap bidang proyeksi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a Proyeksi normal Ortho Projection yaitu jenis proyeksi peta
di mana sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bumi.
b Proyeksi miring Oblique Projection, yaitu jenis proyeksi
peta di mana sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut miring dengan sumbu bumi.
c Proyeksi transversal Tranversal Projection, yaitu jenis
proyeksi peta di mana sumbu simetri bidang proyeksi dalam posisi tegak lurus sumbu Bumi atau terletak pada bidang
ekuator.
Sumber: Physical Geography, 1975
Gambar 1.6 Jenis-Jenis Proyeksi
a Zenital Azimutal b Konikal
c Silindrikal
a b
c b Sistem proyeksi kerucut conical projection.
c Sistem proyeksi silinder mercator projection.
2 Persinggungan
Berdasarkan persinggungannya, proyeksi peta dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a Tangen, yaitu apabila bola bumi bersinggungan dengan bidang proyeksi.
b Secan, yaitu apabila bola bumi berpotongan dengan bidang proyeksi.
c Polysuperficial, yang terdiri atas banyak bidang proyeksi.
Gambar 1.7 Jenis-Jenis Proyeksi Berdasarkan
Titik Persinggungan a Proyeksi Tangen
b Proyeksi Secan c Proyeksi Polysuperficial
a b
c
Sumber: Dokumentasi Penerbit
8
Geografi: Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas XII
b. Pertimbangan Intrinsik
Berdasarkan pertimbangan intrinsik, proyeksi dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1 Sifat-Sifat Asli
Dilihat dari sifat-sifat asli yang dipertahankan, sistem proyeksi peta dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a Proyeksi Ekuivalen. Dalam hal ini, luas daerah dipertahan-
kan sama, artinya luas di atas peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.
b Proyeksi Konform. Dalam hal ini, sudut-sudut dipertahankan
sama.
c Proyeksi Ekuidistan. Dalam hal ini, jarak dipertahankan
sama, artinya jarak di atas sama dengan jarak di atas muka bumi setelah dikalikan skala.
2 Generasi
Ditinjau dari generasinya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a Geometris, terdiri atas proyeksi perspektif atau proyeksi
sentral.
b Matematis, dalam arti tidak dilakukan proyeksi, semuanya
diperoleh dengan perhitungan matematis.
c Semi geometris, sebagian peta diproyeksikan secara
geometris dan sebagian titik-titik diperoleh dengan perhitungan matematis.
3. Komponen atau Kelengkapan Peta
Pada uraian awal telah dikemukakan bahwa peta itu harus informatif, artinya mudah dibaca dan atau dikenali para pengguna
karena pada dasarnya peta merupakan alat yang menyederhanakan bentuk dan potensi yang sebenarnya. Oleh karena itu, peta yang
baik harus dilengkapi dengan komponen-komponen peta agar peta mudah dibaca, ditafsirkan dan tidak membingungkan. Beberapa
komponen yang harus dipenuhi dalam suatu peta, antara lain sebagai berikut.
a. Judul Peta
Di manakah judul peta harus diletakkan? Judul peta memuat isi peta. Judul peta harus ringkas, padat, dan informatif sebab judul
peta dapat menggambarkan kepada pembaca mengenai daerah dan fenomena yang digambarkan dalam peta tersebut.
Contoh 1 Peta Penyebaran SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung Tahun
2005. 2 Peta Pola Penggunaan Tanah Kabupaten Bandung, Tahun 2006.
Sumber: Physical Geography, 1975
Gambar 1.9 Persamaan Skala Dalam Globe
Meskipun skala sama pada semua arah dalam globe, tetapi:
a perubahan skala harus sesuai dengan semua proyeksi peta;
b skala sama sepanjang garis paralel tetapi tidak sepanjang garis meridian;
c skala sama sepanjang garis meridian tetapi tidak sepanjang garis paralel;
d skala berubah sepanjang garis paralel dan meridian.
Gambar 1.8 Jenis-jenis Proyeksi Berdasarkan
Posisi Sumbu Simetri Terhadap Bidang Proyeksi
a Proyeksi normal b Proyeksi miring
c Proyeksi transversal
Sumber: Dokumentasi Penerbit
a b
c
Keterampilan Dasar Peta dan Pemetaan
9
3 Peta Persebaran Hutan Produksi di Kalimantan. 4 Peta Persebaran Gunungapi di Indonesia.
5 Peta Kawasan Asia Tenggara. Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Judul peta
hendaknya memuat atau mencerminkan keterangan yang relevan dengan isi peta. Pada umumnya, judul peta diletakkan di bagian tengah
atas. Namun, judul peta dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, yang penting penempatannya proporsional dan tidak mengganggu
informasi dalam peta.
Gambar 1.10 Tata Letak Peta
a Peta rupabumi digital hasil dari Bakosurtanal.
b Peta topografi hasil Direktorat Geologi.
b. Skala Peta
Semua peta pada dasarnya merupakan hasil pengecilan dari wilayah permukaan bumi yang dilukiskan dalam bidang datar.
Dengan kata lain, tidak pernah ada peta yang merupakan hasil pembesaran bentuk muka Bumi yang sebenarnya. Proses pengecilan
obyek geografis tersebut, tentunya meng hasilkan perbandingan antara kenyataan bentuk yang ada di muka bumi degan gambar
yang dihasilkan. Angka perbandingan tersebut dikenal dengan istilah skala.
Skala merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah peta. Melalui pengamatan skala, kita dapat membayangkan luas wilayah
ataupun jarak antara dua tempat atau yang lebih sesungguh nya di muka bumi. Pada dasarnya, skala adalah perbandingan jarak lurus
antara dua titik sembarang atau luas wilayah di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan atau di permukaan bumi, dengan satuan
ukuran yang sama.
Skala umumnya dinyatakan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut.
1 Skala Pecahan Numerik, yaitu skala yang dinyatakan dalam
bentuk angka perbandingan atau pecahan. Contoh
a Skala peta 1 : 50.000, skala pecahan ini bisa diinterpretasikan dengan 1 cm pada peta sama dengan 50.000 cm di lapangan
atau 1 cm mewakili 0,5 km. b Skala peta 1 : 10.000 bisa diterjemahkan satu cm mewakili
1 km. Untuk memudahkan dalam perhitungan jarak dan skala pada peta, dipergunakan persamaan berikut.
Ketika suatu besaran terdiri atas panjang, luas ditransformasikan
dari bidang lengkung ke bidang datar, besaran tersebut selalu mengalami
pengembangan dan pengerutan. Besaran yang tidak mengalami
perubahan pengembangan atau pengerutan hanyalah besaran
yang merupakan bidang atau garis singgung antara bidang lengkung
dan bidang datar tersebut. Ini berarti, bahwa skala yang tercantum pada
peta hanya akan berlaku pada titik-titik tertentu atau sepanjang
garis tertentu. Skala peta yang sesungguhnya akan lebih besar
atau lebih kecil dari pada skala yang tercantum dalam peta.
Sumber: Kartografi,1989
Geografia
A = Penempatan judul peta
Sumber: Peta Rupabumi Digital Indonesia Skala 1:25.000 Lembar 1209-311 Bandung dan Dokumentasi Penerbit
a b