Teori Grafik Pusat-Pusat Pertumbuhan

Konsep Wilayah dan Pewilayahan 133 Sebagai contoh, dua wilayah yang dihubung kan dengan satu jalur jalan tentunya memiliki kemungkinan hubungan penduduknya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dua wilayah yang memiliki jalur transportasi yang lebih banyak. Wilayah A Wilayah B Untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi antarwilayah ditinjau dari struktur jaringan jalan sebagai prasarana transportasi, K.J. Kansky mengembangkan Teori Grafik dengan membandingkan jumlah kota atau daerah yang memiliki banyak rute jalan sebagai sarana penghubung kota-kota tersebut. Menurut Kansky, kekuatan interaksi ditentukan dengan Indeks Konektivitas. Semakin tinggi nilai indeks, semakin banyak jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota atau wilayah yang sedang dikaji. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap potensi pergerakan manusia, barang, dan jasa karena prasarana jalan sangat memperlancar tingkat mobilitas antarwilayah. Untuk menghitung indeks konektivitas ini digunakan rumus sebagai berikut. Keterangan: = indeks konektivitas e = jumlah jaringan jalan v = jumlah kota Contoh: bandingkan indeks konektivitas dua wilayah berikut ini. Diketahui: Wilayah A: e = 9 v = 6 Wilayah B: e = 10 v = 7 Ditanyakan: indeks konektivitas ? Sumber: www.hbp_usm.my Gambar 5.5 Jalur Transportasi Akses jalur transportasi menentukan kuat- lemahnya interaksi antara dua wilayah yang berhubungan. Diskusikan bersama teman sebangku Anda, apakah yang dimaksud indeks konektivitas? Bagaimana pengaruhnya terhadap potensi wilayah jika indeks konektivitas tinggi? Kerjakan dalam buku tugas Anda. Barometer Alfred Weber mengembangkan teori lokasi yang dikemukakan pada tulisannya yang berjudul The Theory of Industrial Location 1909. Weber membedakan antara biaya transportasi bahan mentah dari sumber bahan mentah ke lokasi industri dan ke tempat penjualan. Sumber: Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan, 1981 Geografika 134 Geografi: Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas XII Jawab: 1 Wilayah A a jumlah kota v = 6 b jumlah jaringan jalan e = 9 c = 2 Wilayah B a jumlah kota v = 7 b jumlah jaringan jalan e = 10 c = 3 Jadi, dilihat dari konektivitasnya, potensi interaksi antarkota di wilayah A lebih tinggi jika dibandingkan wilayah B. Hal tersebut terjadi dengan catatan kondisi alam, sosial serta kualitas prasarana jalan antara kedua wilayah relatif sama. Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan wilayah, analisis indeks konektivitas dapat dijadikan salah satu indikator dan pertimbangan untuk merencanakan pembangunan infrastruktur jalan serta fasilitas transportasi lainnya. Dengan analisis indeks konektivitas dapat meningkat kan hubungan suatu wilayah dengan wilayah-wilayah lainnya, serta memperlancar arus pergerakan manusia, barang, dan jasa yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1. Pengertian Pusat Pertumbuhan

Pusat pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pembangunan yang memengaruhi atau memberikan imbas terhadap kawasan-kawasan lain di sekitarnya. Melalui pengembangan kawasan pusat-pusat pertumbuhan ini, diharapkan terjadi proses interaksi dengan wilayah-wilayah lain di sekitarnya. Sebagai contoh, kota Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia yang memiliki akselerasi perkembangan dan pem- bangunan sangat cepat, secara langsung maupun tidak telah memengaruhi kota-kota satelit yang ada di sekitarnya, yaitu Bogor, Bekasi, dan Tangerang. Pengembangan kawasan-kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan sudah tentu memiliki skala perkembangan wilayah regional development yang berbeda-beda. Ada yang berskala nasional, seperti pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia tetapi ada pula yang berskala regional, seperti pusat pertumbuhan Jabotabek Jakarta - Bogor - Tangerang - Bekasi, Segitiga Sijori Singapura - Johor - Riau, dan Bopunjur Bogor - Puncak - Cianjur. C Pusat-Pusat Pertumbuhan dan Perencanaan Pembangunan Wilayah Interpretasi Individu 5.3 Daerah Marga Asih dan Marga Mukti merupakan dua daerah dengan kondisi alam, sosial, dan kualitas prasarana jalan yang relatif sama. Jika diketahui jumlah penduduk wilayah Marga Asih 150.000 jiwa dan Marga Mukti 25.000 jiwa, jarak di antara kedua wilayah tersebut 20 km, hitung indeks konektivitas dari kedua wilayah tersebut. Tulis dalam buku tugas Anda. Kumpulkan tugas tersebut kepada guru. 1. Indeks Konektivitas 2. K. J. Kansky 3. Mobilitas penduduk Z oom Informasi mengenai keberadaan Jakarta sebagai ibu kota negara dan kota metropolitan dapat Anda kunjungi di situs www.Jakarta.go.id. www.indymedia.org. www.jsx.co.id. id.wikipedia.orgwiki. Internet Jelajah Konsep Wilayah dan Pewilayahan 135 2. Teori-Teori Pusat Pertumbuhan

a. Teori Tempat yang Sentral

Teori Tempat yang Sentral Central Place Theory kali pertama dikemukakan oleh tokoh geografi berkebangsaan Jerman, Walter Christaller 1933. Christaller mengadakan studi pola persebaran permukiman, desa, dan kota-kota yang berbeda ukuran serta luasnya. Teori Christaller ini kemudian diperkuat oleh seorang ahli ekonomi berkebangsaan Jerman, August Losch 1945. Sumber: Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi Indonesia, 1996 Gambar 5.6 Kawasan Puncak Kawasan puncak menjadi aset lokasi pengembangan dan berfungsi sebagai pusat pertumbuhan berskala regional. Christaller mengemukakan Teori Tempat yang Sentral ini didasari oleh keinginannya untuk menjawab tiga pertanyaan yang berhubungan dengan kota atau wilayah, yaitu sebagai berikut. 1 Apakah yang menentukan banyaknya kota? 2 Apakah yang menentukan besarnya kota? 3 Apakah yang menentukan persebaran kota? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, menge mukakan konsep yang disebut jangkauan range dan ambang threshold. Range adalah jarak yang harus ditempuh seseorang untuk mendapatkan barang atau pelayanan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan threshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan kesinambungan suplai barang. Christaller membayangkan suatu wilayah dataran yang dihuni oleh sejumlah penduduk yang persebarannya merata. Dalam kehidupan sehari-hari, penduduk tersebut memerlukan sejumlah barang dan jasa, antara lain makanan, minuman, aneka barang-barang rumah tangga, keperluan pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Gambar 5.7 Pola Permukiman Pola permukiman menjadi salah satu kajian Teori Tempat Sentral dari Christaller 1933. Sumber: Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi Indonesia, 1996 Setiap wilayah memiliki kebergantungan dengan wilayah lainnya. Bagaimana menurut pendapat Anda? Tulis dalam buku tugas. Kumpulkan tugas tersebut pada guru Anda. Barometer