terhadap daerah tetangga. Pengaruh yang diberikan bersifat positif yang berarti tingkat produktifitas suatu daerah dipengaruhi oleh penanaman modal daerah
tetangga, begitu pula penanaman modal suatu daerah akan mempengaruhi tingkat produktifitas ekonomi daerah wilayah berbatasan.
Berdasarkan hasil analisis spatial Durbin model menggunakan matriks ketetanggaan tersebut dilakukan pemetaan error. Nilai absolut error paling kecil
di Kabupaten Karawang dengan nilai 0,001672, sedangkan nilai absolut error terbesar pada Kabupaten Garut dengan nilai 0,086421.
5.3.1.3.2. Pembobot Spasial Matriks Kebalikan Jarak Centroid
Dengan melihat hasil analisis pada Tabel 5.17 tersebut nampak bahwa persamaan yang dihasilkan mempunyai nilai R
2
yang cukup baik yaitu lebih dari 0,95. Hal ini berarti keragaman dari independent variable atau X mampu
menggambarkan 95 dari keragaman dari dependent variable atau Y
1
. Sementara itu apabila dilihat dari hasil uji F terhadap model juga nampak bahwa model ini
cukup signifikan dengan nilai p sangat kecil 0,0000. Bila dilihat dari nilai Durbin Watson statistic,
nilai distribusi tabel DW tingkat signifikansi 5 dimana jumlah variabel bebas atau k’=15, observasi N = 29, d
L
=0,359 dan d
U
=2,992 4- d
U
=1,008 maka model yang dihasilkan adalah non-autokorelasi karena nilai DW adalah 2,296 berada diantara 4-d
U
dan d
U
. Kemudian nilai error menyebar normal lihat lampiran. Dengan demikian model ini cukup layak secara statistik
sehingga bisa memberikan gambaran faktor-faktor apa saja yang telah mempengaruhi kinerja pembangunan daerah dalam hal ini tingkat produktifitas
ekonomi berkaitan dengan pengaruh antar daerah potensial gravitasi. Berdasarkan sejumlah independent variable yang memberikan pengaruh
signifikan terhadap dependent variable dengan melihat nilai koefisien p-value yang nyata kurang dari 5 dengan pembobot spasial matriks kebalikan jarak
diperoleh hasil variabel indeks komposit faktor utama II belanja bidang per luas wilayah meliputi Bidang Kehutanan dan Perkebunan dan Bidang Penataan
Ruang memberi pengaruh nyata dan berkorelasi positif dengan nilai koefisien sebesar 0,33. Sedangkan variabel indeks diversitas struktur ekonomi daerah yang
bersangkutan dan variabel indeks diversitas struktur ekonomi daerah potensial
gravitasi keduanya memberi pengaruh negatif terhadap indeks komposit kinerja pembangunan tingkat produktifitas ekonomi dengan nilai koefisien -0,89 dan
-7,34. Tabel 5.17. Hasil Spatial Durbin Model terhadap Y
1
dengan pembobot spasial matriks kebalikan jarak centroid.
Regression Summary for Dependent Variable: Y
1
R= .97560716 R²= .95180934 Adjusted R²= .89620473 F15,13=17.117 p.00000 Std.Error of estimate: .06402 Durbin- Watson d : 2,29645
Beta Std.Err. B Std.Err. t13 p-level
of Beta of B
Intercept 4,9654
2,272362 2,18513 0,047784 X1
0,282852 0,409935 0,32393 0,469474 0,68999 0,502332 X2
0,12679 0,155715 0,11698 0,143663 0,81424 0,430168 X3
0,458194 0,279196 0,47821 0,291394 1,64112 0,124731 X4
0,291296 0,132454 0,33324 0,151525 2,19923 0,046563 X5 -0,09405
0,103797 -0,01686
0,018611 -0,90605
0,381396 X6 -0,0881
0,135693 -0,13393
0,206282 -0,64926
0,527478 X7 -0,4814
0,099742 -0,89083
0,184572 -4,82646
0,000331 W2Y1 -0,97739
0,415434 -4,34185
1,84548 -2,35269
0,03505 W2X1
0,052071 0,874416 0,27337 4,590679 0,05955 0,95342 W2X2 -0,12002
0,29965 -0,43468
1,085222 -0,40054
0,695263 W2X3
0,393172 0,473532 2,27791 2,743496 0,8303 0,421358 W2X4 0,169911
0,45992 0,33601
0,909523 0,36943
0,717752 W2X5 -0,18802
0,206253 -0,24387
0,26752 -0,91161
0,378569 W2X6
0,139097 0,334105 0,80071 1,923276 0,41633 0,683962 W2X7 -0,85704
0,34028 -7,34269
2,915347 -2,51863
0,02567
Keterangan : Angka yang dicetak tebal menunjukkan nilai koefisien yang signifikan pada p-level 5.
Variabel tingkat produktifitas daerah sekitar W
2
Y
1
ternyata memberi pengaruh nyata negatif terhadap tingkat produktifitas suatu daerah, dengan
koefisien cukup besar yaitu -4,34. Hal ini berarti kerjasama antar daerah potensial gravitasi tidak berjalan dengan baik atau saling tarik menarik kepentingan,
sehingga pengaruh antar daerah justru berakibat saling merugikan atau
melemahkan. 5.3.1.3.3.
Pembobot Spasial Matriks Aliran Barang
Perhitungan dengan metode standard ternyata kurang memberi gambaran pengaruh dari independent variable, sehingga perhitungan dipilih menggunakan
metode forward stepwise untuk memilih variabel-variabel yang cukup berpengaruh dan meminimalkan terjadinya korelasi antar variabel.
Hasil perhitungan pada tabel 5.18 tersebut nampak bahwa persamaan yang dihasilkan mempunyai nilai R
2
yang cukup baik yaitu lebih dari 0,94. Hal ini
berarti keragaman dari independent variable atau X mampu menggambarkan 94 dari keragaman dari dependent variable atau Y
1
. Sementara itu apabila dilihat dari hasil uji F terhadap model juga nampak bahwa model ini cukup signifikan dengan
nilai p sangat kecil 0,00001. Bila dilihat dari nilai Durbin Watson statistic, nilai distribusi tabel DW tingkat signifikansi 5 dimana jumlah variabel bebas atau
k’=15, observasi N = 29, d
L
=0,359 dan d
U
=2,992 4-d
U
=1,008 maka model yang dihasilkan adalah non-autokorelasi karena nilai DW adalah 1,73 berada diantara
4-d
U
dan d
U
. Kemudian nilai error menyebar normal lihat lampiran. Dengan demikian model ini cukup layak secara statistik.
Pengaruh lain yang belum bisa diterangkan pada model-model terdahulu adalah pengaruh nyata bersifat positif dari W
3
X
5
yang merupakan variabel persentase pengeluaran tak terduga daerah mitra dagang atau mitra industri. Hal
ini berarti persentase pengeluaran tak terduga yang semula diduga akan memberi pengaruh negatif terhadap kinerja pembangunan dengan dasar bahwa semakin
banyak pengeluaran tak terduga mengindikasikan kurang mampunya dalam mengklasifikasikan jenis anggaran ternyata berdasarkan hasil penelitian ini
variabel tersebut memberi pengaruh positif terhadap daerah mitra dagang atau mitra industri.
Tabel 5.18. Hasil Spatial Durbin Model terhadap Y
1
dengan pembobot spasial matriks aliran barang.
Regression Summary for Dependent Variable: Y1 R= .97110882 R²= .94305234 Adjusted R²= .92752117
F6,22=60.720 p.00000 Std.Error of estimate: .05349 Durbin-Watson d: 1,730344 Beta
Std.Err. B
Std.Err. t22
p-level of Beta
of B
Intercept 0,284317 0,064943 4,37797
0,00024 X3 0,717751
0,140505 0,74911
0,146644 5,10836
0,000041 X7 -0,29314
0,055381 -0,54245
0,102482 -5,29312
0,000026 W3X5 0,217421
0,057788 0,039908
0,010607 3,76237 0,001075
X4 0,11528 0,062907
0,131879 0,071965
1,83254 0,080442
X1 0,208644 0,14106
0,238948 0,161548
1,47911 0,153287
W3X3 -0,06036 0,058374
-0,07152 0,069171
-1,03397 0,312383 Keterangan :
Angka yang dicetak tebal menunjukkan nilai koefisien yang signifikan pada p-level 5.
Pengaruh positif dari variabel persentase belanja tak terduga tersebut karena jenis belanja ini memberi keuntungan dalam fleksibilitas penggunaan, yang tidak
terikat harus digunakan dalam bidang tertentu, sehingga pengguna anggaran akan lebih leluasa dalam pemakaiannya.
Analisis-analisis pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi variabel Y
1
yang berupa tingkat produktifitas ekonomi rangkumannya dapat dilihat pada Tabel 5.19. Hasil analisis multiple regressive menunjukkan untuk daerah-daerah
penelitian Jawa bagian barat tersebut, Belanja administrasi dan produksi dan belanja administrasi dan sarana prasarana sangat berarti dan memberi pengaruh
positif terhadap faktor tingkat produktifitas ekonomi. Dengan melihat pengaruh negatif dari indeks diversitas struktur ekonomi, maka semakin proporsional
penyebaran struktur ekonominya justru kinerja pembangunannya semakin menurun. Hal ini berarti daerah yang menspesialisasikan diri atau berkonsentrasi
pada sektor perekonomian tertentu justru memperoleh nilai lebih. Sedangkan yang sektor perekonomiannya relatif rata justru memperoleh nilai tambah yang lebih
sedikit. Sehingga agar produktifitas suatu daerah lebih optimal maka daerah yang bersangkutan harus mampu mengidentifikasikan kemampuan daerah yang paling
kompetitif kemudian dikembangkan dengan baik. Hasil analisis spatial autoregressive menunjukkan tingkat produktifitas
ekonomi wilayah berbatasan memberi pengaruh nyata positif terhadap variabel tingkat produktifitas ekonomi, berarti tingkat produktifitas ekonomi suatu daerah
dipengaruhi oleh tingkat produktifitas daerah-daerah tetangga yang bersebelahan secara nyata dan positif . Kerjasama antar daerah tetangga yang relatif dekat
belum memberi pengaruh terhadap tingkat produktifitas, atau bentuk kerjasama perlu diperbaiki agar dapat saling memperkuat. Kerjasama antar daerah mitra
bisnis atau mitra perdagangan juga belum memberi pengaruh terhadap tingkat produktifitas.
Hasil analisis spatial durbin menunjukkan belanja penanaman modal memberi pengaruh nyata positif terhadap tingkat produktifitas. variabel indeks
diversitas struktur ekonomi daerah yang bersangkutan dan variabel indeks diversitas pola penganggaran daerah bersangkutan keduanya memberi pengaruh
negatif terhadap variabel tingkat produktifitas, sehingga daerah yang berkonsentrasi pada sektor perekonomian tertentu akan mendapatkan nila tambah
yang lebih. Makin merata struktur ekonominya ternyata variabel-variabel penyusun tingkat produktifitas justru semakin kecil. Hal tersebut terjadi juga
dengan pola penganggaran yang diterapkan, bila suatu daerah membuat pola
penganggaran dengan prioritas tertentu yang dianggap sektor unggulan maka akan diperoleh hasil yang lebih daripada penganggarannya disebar merata ke seluruh
bidang. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah berbatasan memberi pengaruh yang bersifat positif yang berarti tingkat produktifitas suatu daerah dipengaruhi oleh
penanaman modal daerah tetangga, begitu pula penanaman modal suatu daerah akan mempengaruhi tingkat produktifitas ekonomi daerah tetangga. Tingkat
produktifitas ekonomi wilayah gravitasi potensial memberi pengaruh negatif yang berarti, hubungan yang terjadi dengan daerah-daerah yang berdekatan memeberi
dampak yang buruk dan bersifat melemahkan sehingga perlu dibuat agar kerjasama tersebut dibenahi. Indeks diversitas struktur ekonomi wilayah gravitasi
potensial juga memberi pengaruh negatif terhadap tingkat produktifitas.
5.3.2. Pengujian Laju Pertumbuhan Ekonomi
Hasil pengujian variabel Laju Pertumbuhan Y
2
dapat dilihat pada Tabel 5.19.
Dari ketiga analisis uji tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut diperoleh hasil variabel persentase pengeluaran tak terduga memberi pengaruh positif
terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Persentase pengeluaran tak terduga yang semula diduga akan memberi pengaruh negatif terhadap kinerja pembangunan
dengan alasan bahwa semakin banyak pengeluaran tak terduga mengindikasikan kurang mampunya dalam mengklasifikasikan jenis anggaran sehingga
dikhawatirkan penggunaan anggaran akan tidak terarah atau tidak jelas. Ternyata berdasarkan hasil penelitian ini variabel tersebut memberi pengaruh positif
terhadap variabel laju pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel persentase pengeluaran tak terduga daerah daerah mitra dagang atau mitra industri juga
memberi pengaruh positif.