Pengumpulan Data METODOLOGI PENELITIAN

3.4. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari berbagai sumber, antara lain dari DJAPK Departemen Keuangan, BPS, Bakosurtanal dan instansi-instansi lain yang terkait. Jenis data yang digunakan berupa data PDRB, data APBD, data PODES, data jumlah penduduk dan data luas wilayah. Sedangkan peta-peta yang diperlukan adalah peta administrasi. Sedangkan unit pengukuran dalam penelitian ini menggunakan satuan kabupatenkota di Jawa bagian barat. Selain itu dilakukan studi literatur mengenai peraturan-peraturan yang berlaku dan berhubungan dengan penganggaran daerah dan literatur-literatur lainnya yang terkait. Tabel.3.3. Kebutuhan data penelitian. NO KEBUTUHAN DATA SUMBER KETER- SEDIAAN 1. APBD Kabupatenkota se Jabar,DKI, Banten th 2000-2006 DJAPK DEPKEU Ada 2. PDRB Kabupatenkota se Jabar,DKI, Banten th 2004 DJAPK DEPKEU Ada 3. PDRB Kabupatenkota se Jabar,DKI, Banten th 2000 dan 2003 BPS ada 4. Data luas wilayah kabupatenkota se Jabar,DKI, Banten PODES,BPS Ada 5. Jumlah Penduduk kabupatenkota se Jabar,DKI, Banten tahun 2000 dan 2003 PODES,BPS Ada 6. Peta Wilayah Administratif Bakosurtanal Ada 7. Peta Jaringan jalan PU Ada 8. PetaData infrastruktur penting: transportasi, pelabuhan PU Ada 9. PODES 2000,2003 BPS Ada 10. PODES 2006 BPS Ada 11. Aliran Komoditas barang BPS, Perhubungan Ada Tabel 3.4. Peraturan perundangan. NO Peraturan KETER- SEDIAAN 1. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Ada 2. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 dan Undang- undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Ada 3. UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Ada 4. PP no. 58 tahun 2005 dan Per. Mendagri no 13 tahun 2006 tentang Sistem Keuangan Daerah Ada

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Propinsi Jawa Barat

Propinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat. Selama lebih kurang 50 tahun sejak pembentukannya, wilayah KabupatenKota di Jawa Barat baru bertambah 5 wilayah, yakni Kabupaten Subang 1968, Kota Tangerang 1993, Kota Bekasi 1996, Kota Cilegon dan Kota Depok 1999. Padahal dalam kurun waktu tersebut telah banyak perubahan baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, maupun kemasyarakatan. Dalam kurun waktu 1994-1999, secara kuantitatif jumlah Wilayah Pembantu Gubernur tetap 5 wilayah dengan tediri dari : 20 kabupaten dan 5 kotamadya, dan tahun 1999 jumlah kotamadya bertambah menjadi 8 kotamadya. Kota administratif berkurang dari enam daerah menjadi empat, karena Kotip Depok pada tahun 1999 berubah status menjadi kota otonom. Dengan lahirnya UU No.23 Tahun 2000 tentang Propinsi Banten, maka Wilayah Administrasi Pembantu Gubernur Wilayah I Banten resmi ditetapkan menjadi Propinsi Banten dengan daerahnya meliputi : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan KabupatenKota Tangerang serta Kota Cilegon. Adanya perubahan itu, maka saat ini Propinsi Jawa Barat terdiri dari : 16 Kabupaten dan 9 Kota, dengan membawahi 584 Kecamatan, 5.201 Desa dan 609 Kelurahan.

4.1.1. Geografi

Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50 - 7°50 LS dan 104°48 - 104°48 BT dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa bagian barat dan DKI Jakarta di utara, sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah, antara Samudra Indonesia di Selatan dan Selat Sunda di barat. Dengan daratan dan pulau-pulau kecil 48 Pulau di Samudera Indonesia, 4 Pulau di Laut Jawa, 14 Pulau di Teluk Banten dan 20 Pulau di Selat Sunda, luas wilayah Jawa Barat 44.354,61 Km 2 atau 4.435.461 Ha.