umumnya bekerja di sektor industri. Selain itu di Kabupaten Tangerang penduduknya paling banyak bekerja di sektor perdagangan, hotel, restoran,
angkutan, bank dan jasa lainnya. Mengenai Tingkat Pendidikan penduduk di Provinsi Banten, data tahun
2000 menunjukkan bahwa penduduk yang tamat SDMI adalah yang paling besar yaitu 2.031.418 orang dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain. Sedangkan
penduduk dengan pendidikan S2D3 mencapai 4.794 orang. Dari tingkat umur, penduduk Provinsi Banten secara keseluruhan paling
banyak berada pada usia anak-anak dan remaja antara 4 - 19 tahun. Dan Provinsi Banten memiliki lebih banyak jumlah penduduk yang merupakan umur pekerja
10th yaitu sebanyak 77 dari jumlah penduduk. Untuk jumlah angkatan kerja sebanyak 40 dan penduduk yang bukan angkatan kerja sebanyak 36.
4.3. Propinsi DKI Jakarta
Kota Jakarta sekarang merupakan daerah khusus ibukota negara, yang terdiri atas lima wilayah kotamadya : Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat,
Jakarta Utara dan Jakarta Selatan dan satu kabupaten administratif yaitu Kepulauan Seribu. Batas-batas pemisah wilayah tersebut sekarang tidak tampak
jelas lagi, berhubung banyaknya bangunan yang bermunculan dan perubahan tata kota Jakarta.
Tahun 1961 dengan PP No. 2 tahun 1961 jo UU No. 2 PNPS 1961 dibentuk Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya. Kemudian pada
tanggal 31 Agustus 1964 dengan UU No. 10 tahun 1964 dinyatakan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia
dengan nama Jakarta.
4.3.1. Iklim
Jakarta beriklim tropis, dengan suhu tahunan rata-rata 27 C dengan kelembaban 80 - 90. Karena terletak di dekat garis khatulistiwa, arah angin
dipengaruhi oleh angin musim. Angin musim barat bertiup antara November dan April, sedang angin musim timur antara Mei dan Oktober. Suhu sehari-hari kota
Jakarta dipengaruhi angin laut yang nyaman karena di sepanjang pantai. Curah
hujan rata-rata 2.000 Mm, curah hujan paling besar sekitar bulan Januari dan paling kecil pada bulan September.
4.3.2. Kondisi Geologis
Seluruh dataran terdiri dari endapan Pleistocene terdapat ± 50 M di bawah permukaan tanah. Bagian selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedang dataran
rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 Km. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah
karena tertimbun seluruhnya oleh endapan alluvium. Di wilayah bagian utara baru terdapat pada kedalaman 10-25 M, makin ke selatan permukaan keras semakin
dangkal 8- 15 M. Pada bagian kota tertentu terdapat juga lapisan permukaan tanah yang keras dengan kedalaman 40 M.
4.3.3. Letak Geografis
Wilayah DKI Jakarta memiliki luas wilayah 650 Km
2
65.000 ha, dengan posisi geografi berada pada : 106°22`42 BT sampai 106°58`18 BT, -5°19`12
LS sampai -6°23`54 LS.
4.3.4. Ekonomi
Meskipun DKI Jakarta bukan daerah agraris, namun bidang pertanian masih dapat dijumpai di kota Metropolitan ini. Luas lahan tanah pertanian tinggal
sekitar 17 dari luas keseluruhan. Luas tanah sawah 2.777,4 hektar dan tanah darat 8.419,9 hektar. Produksi tanaman padi tahun 2002 sekitar 25,4 ribu ton dan
ketela pohon 1,6 ribu ton. Komoditi ekspor tanaman hias jenis anggrek merupakan produksi unggulan, produksi tanaman anggrek segala jenis mencapai
lebih dari 6,7 juta tangkai dari tanaman sebanyak 2,5 juta pohon. Jenis anggrek yang teratas peningkatannya ditempati oleh jenis Dendrobium sebanyak 1,1 juta
tangkai diikuti Aranthera 0,3 juta tangkai dan Vandal Douglas 0,2 juta tangkai. Dalam bidang perikanan ekspor ikan segar tercatat senilai US 86,5 juta,
produksi ikan udang beku US 69,3 juta dan produksi ikan kering sekitar US 3,8 juta. Dari ekspor komoditi perikanan tersebut jenis ikan tuna menempati posisi
teratas dengan 14,2 ribu ton atau sekitar 52,5 dari total ekspor kemudian udang 2,7 ribu ton atau 10. Tujuan ekspor sekitar 28,43 dikirim ke Jepang atau lebih
dari 7,7 ribu ton, kemudian USA dan Singapura masing-masing sebanyak 6,1 ribu
ton dan 4,9 ribu ton.Banyaknya ternak besar masih cukup banyak dipelihara khususnya oleh petani tradisional, padahal lahan untuk pemeliharaannya makin
sempit saja. Ternak sapi perah menempati lahan usaha seluas kurang lebih 64,9 hektar,
dengan sapi perah sejumlah 4.054 ekor. Jakarta Selatan dan Jakarta Timur merupakan wilayah yang masih terdapat pemeliharaan sapi perah ini. Di Jakarta
Selatan lahan usaha yang tersedia mencakup sekitar 43,9 hektar dan Jakarta Timur sekitar 19,1 ha sisanya di Jakarta Barat. Jumlah peternak tercatat sebanyak 67
peternak. Dari sejumlah sapi perah tersebut, sapi yang sedang laktasi sekitar 1.505 dan mampu memproduksi susu sekitar 2,3 juta liter. Usaha ternak unggas seperti
ayam buras populasinya sebanyak 175,8 ribu ekor dan ayam ras sekitar 149,5 ribu ekor serta itik 192,2 ribu. Usaha unggas ini menempati total lahan 55,7 hektar.
Setiap bulan rata-rata produksi ayam potong mencapai 149,5 ribu ekor. Kebutuhan akan daging yang terus meningkat menyebabkan produksi lokal yang
mencapai 28,3 ribu ton belum mencukupi permintaan, sehingga masih harus mengimpor sebanyak 17,5 ribu ton.
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.
Pola Penganggaran
Subbab ini menitikberatkan analisis pola alokasi pengeluaran pemerintah daerah kabupatenkota sehingga menggunakan data APBD sisi belanja. Data
APBD belanja per bidang dirasiokan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk. Hasil akhir yang diperoleh berupa variabel-variabel indeks komposit pola
pengalokasian anggaran yang nantinya digunakan untuk analisis berikutnya.
5.1.1. APBD Belanja Perkapita
Analisis ini menggunakan data APBD Belanja Bidang tahun 2003 yang dirasiokan dengan jumlah penduduk. Hasil analisis PCA diperoleh hasil sebagai
berikut: 1.
Sesuai dengan plot dari akar ciri eigenvalue pada Gambar 5.1 dan nilai eigenvalu
e pada Tabel 5.1 maka dilakukan penyederhanaan variabel- variabel Belanja Bidang perkapita menjadi 2 faktor, dengan
pertimbangan adanya perubahan nilai eigenvalue yang signifikan atau dalam plotnya yang kurvanya paling curam. Dengan dua faktor tersebut
nilai eigen-nya adalah 57,17 yang berarti hasil PCA tersebut mewakili lebih dari 57 keragaman data.
Tabel 5.1. Eigenvalues. Extraction: Principal components APBD Bidang perkapita.
Total Cumulative
Cumulative Factor Eigenvalue
variance Eigenvalue
1 9,757479 44,35218
9,75748 44,3522
2 2,819987 12,81812
12,57747 57,1703
3 2,5275 11,48864
15,10497 68,6589
4 1,558876 7,0858
16,66384 75,7447
5 1,264104 5,74593
17,92795 81,4907
6 1,067937 4,85426
18,99588 86,3449
2. Berdasarkan nilai communalities dan factor loading pada Tabel 5.2
maka dapat dijelaskan bahwa total belanja, Bidang Administrasi Pemerintahan, Bidang Pertanian, Bidang Perikanan, Bidang
Perindustrian dan Perdagangan, Bidang Lingkungan Hidup, Bidang Kependudukan, Bidang Olah Raga, dan Bidang Kepariwisataan memberi