Analisis Konfigurasi Spasial Kinerja Pembangunan Daerah

Kebijakan Pembangunan Daerah Data-data kinerja pembangunan daerah Literatur Analitis Teoritis dan empiris Pengumpulan data- data Rumuskan indikator kinerja pembangunan Variabel-variabel Indikator dan variabel- variabel proxy Kinerja Pembangunan Daerah Ortogonalisasi variabel dan komponen utama PCA Petakan Peta konfigurasi spasial kinerja pembangunan daerah Data-data Penganggaran APBD Rumuskan indikator pola pengalokasian anggaran Variabel-variabel Indikator dan variabel-variabel proxy Pola Pengalokasian Anggaran Daerah Ortogonalisasi variabel dan komponen utama PCA Petakan Peta konfigurasi spasial Pola Pengalokasian Anggaran Kelembagaan Penyusunan Anggaran Analisis Deskriptif Gambaran Kelembagaan Penyusunan APBD Analisis: y Hubungan fungsional Kinerja Penbangunan dan Pola Pengalokasian Anggaran y Pengaruh spasial antar daerah Hubungan Fungsional antara Pola Pengalokasian Anggaran dengan Kinerja Pembangunan Pengaruh spasial Kinerja Pembangunan vs Pola Penganggaran Antar Daerah Rekomendasi Pola Penganggaran untuk Optimalisasi Kinerja Pembangunan Tujuan 1 Tujuan 2 Tujuan 3 Tujuan 3 Indeks komposit kinerja pembangunan daerah Indeks komposit Pola Pengalokasian Anggaran Gambar 3.2. Diagram alir kerangka pendekatan penelitian. Diagram alir kerangka pendekatan penelitian tersebut masih bersifat umum untuk dapat menggambarkan secara rinci masing tujuan penelitian. Untuk mengetahui lebih detil.

3.1.1. Analisis Konfigurasi Spasial Kinerja Pembangunan Daerah

Untuk mengetahui kinerja pembangunan suatu daerah dapat dinilai dari berbagai ukuran agregat. Salah satu ukuran yang umum dipakai adalah dari PDRB yang cukup representatif . Selain dapat untuk mengukur perkembangan ekonomi daerah dari waktu ke waktu, PDRB dapat juga digunakan untuk membandingkan dengan daerah lain. Dalam penelitian ini dilakukan perumusan indikator dan variabel proxy indikator kinerja pembangunan daerah, kemudian memetakan indikator dan variabel proxy tersebut. Data APBD Penerimaan PAD terhadap total Penerimaan Data PDRB 9 sektor th 2004 Data PDRB 9 sektor th 2000 Rataan LPE PDRB per kapita PDRB per luas lahan Pengolahan awal Data Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah PCA Indeks Komposit Kinerja Pembangunan Peta Administrasi Jabar Pemetaan Peta Konfigurasi Spasial Kinerja Pembangunan Daerah Klasifikasikan Ke analisis Autoregresi Spasial Gambar 3.3. Bagan alir analisis konfigurasi spasial kinerja pembangunan daerah. 3.3.1.1.Laju pertumbuhan ekonomi Konsep pertumbuhan ekonomi menggunakan dasar dari Produk Domestik Regional Bruto PDRB untuk tingkat regional daerah yang berdasarkan hal- hal berikut : 1. PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi, sehingga peningkatannya juga menggambarkan jumlah balas jasa semua faktor produksi yang dipakai dalam struktur perekonomian yang bersangkutan. 2. PDRB diukur dengan flow concept yang berarti jumlahnya adalah jumlah yang dihasilkan pada periode tertentu, sehingga bisa dibandingkan dengan periode–periode sebelum atau sesudahnya untuk melihat kinerja dari perekonomian yang dibangun. 3. PDRB menyangkut region tertentu sehingga bisa dilihat efektivitas kebijakan ekonomi terhadap aktivitas perkonomian yang dijalankan sesuaikah dengan target dan sebagainya serta dibandingkan dengan daerahregion atau negara lain untuk melihat diferensiasi atas perekonomian yang dijalankan. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya dipengaruhi oleh pertumbuhan faktor-faktor produksi Modal, Tenaga Kerja, Tanah dan Teknologi secara keseluruhan dan bukan menggambarkan pertumbuhan dari satu faktor produksi saja . Pertumbuhan ekonomi dapat juga dijadikan salah satu cara pendekatan untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Laju pertumbuhan ekonomi diduga dengan persamaan sebagai berikut: 100 . , , , , x PDRBHK t PDRBHK PDRBHK LPE t t i t t i t i t i Δ − Δ − Δ − = , dimana: t i LPE , : Laju pertumbuhan ekonomi daerah i pada periode tahun berjalan per tahun t i PDRBHK , : Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan untuk daerah i pada tahun berjalan Rp Juta t t i PDRBHK Δ − , : Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan untuk daerah i pada tahun sebelumnya Rp Juta t : Subskrip tahun berjalan t Δ : periode aktu antara tahun berjalan dan tahun sebelumnya Data yang digunakan pada analisis laju pertumbuhan ekonomi adalah PDRB Menurut Harga Konstan Tahun 2000 dan 2004 pada seluruh kabupatenkota di Jawa bagian barat. 3.3.1.2.Indeks Pemusatan alokasi ekonomi LQ Location Quotient LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektorindustri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektorindustri tersebut secara keseluruhan nasional, provinsi, daerah, dll. Secara umum, metode analisis ini digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatanbasis aktivitas. Di samping itu, LQ juga bisa digunakan untuk mengetahui kapasitas ekspor perekonomian suatu wilayah serta tingkat kecukupan barangjasa dari produksi lokal suatu wilayah Saefulhakim 2004. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa 1 kondisi geografis relatif seragam, 2 pola-pola aktivitas bersifat seragam, dan 3 setiap aktivitas menghasilkan produk yang sama. Persamaan dari LQ ini adalah : .. . . , , PDRB PDRB PDRB PDRB LQ j i j i j i = Dimana: j i PDRB , : derajat PDRB sektor-j di wilayah ke-i . i PDRB . : total PDRB di wilayah ke-i j PDRB . : total PDRB sektor -j di semua wilayah .. PDRB : derajat PDRB total Data yang digunakan pada analisis Location Quotient LQ adalah PDRB tahun 2004 pada seluruh kabupatenkota di Jawa bagian barat. Hasil interprestasi dari analisis LQ, adalah sebagai berikut : a. Jika nilai LQ ij 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu aktivitas di sub wilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah atau terjadi pemusatan aktivitas di sub wilayah ke-i. b. Jika nilai LQ ij = 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa aktivitas setara dengan pangsa total atau konsentrasai aktivitas di wilayah ke-i sama dengan rata-rata total wilayah. c. Jika nilai LQ ij 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas yang secara umum ditemukan di seluruh wilayah. 3.3.1.3.Struktur PerekonomianIndeks Diversifikasi 9 Sektor Struktur perekonomian dihitung dengan menggunakan indeks entropi dengan rumus sebagai berikut: n PDRB PDRB PDRB PDRB E t i t ij t i t ij i ln exp , , , , ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ = ∑ , dimana: i E : Indeks entropi sektor ekonomi daerah i pada tahun berjalan t ij PDRB , : Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku untuk sektor j daerah i pada tahun berjalan Rp juta t i PDRB , : Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku untuk daerah i pada tahun berjalan Rp juta i : Subskrip tahun berjalan Data yang digunakan pada analisis struktur perekonomian adalah PDRB Menurut Harga Konstan Tahun 2004 pada seluruh kabupatenkota di Jawa bagian barat. 3.3.1.4.Indeks Daya Saing Aktifitas Ekonomi Differential Shift ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − − = PDRB PDRB PDRB PDRB t t DS t i t i t ij t ij . . 1 1 1 1 dimana: i PDRB . : Nilai total PDRB dalam total wilayah ij PDRB : Nilai PDRB sektor tertentu dalam unit wilayah tertentu t 1 : titik tahun akhir t : titik tahun awal Data yang digunakan pada analisis Differenial Shiftt adalah PDRB Menurut Harga Konstan Tahun 2000 dan 2004 pada seluruh kabupatenkota di Jawa bagian barat. 3.3.1.5.Pendapatan perkapita Pendapatan perkapita dihitung dengan rumus sebagai berikut: t i t i t i Pdk PDRB PK , , , = , dimana : t i PK , : Pendapatan perkapita daerah i pada tahun berjalan Rp perkapita t i PDRB , : Produk Domestik regional bruto atas harga berlaku untuk daerah i pada tahun berjalan Rp Juta t i Pdk , : Jumlah penduduk daerah I pada tahun berjalan jiwa t : Subskrip tahun berjalan. Data untuk menghitung pendapatan perkapita berasal dari PDRB kabupatenkota Jawa bagian barat tahun 2003 dan data jumlah penduduk kabupatenkota berasal dari data PODES 2003. 3.3.1.6.Variabel yang diturunkan dari Data APBD Variabel proxy indikator kinerja pembangunan daerah selain berasal dari data PDRB kabupatenkota dan juga menggunakan data APBD kabupatenkota Jawa bagian barat Tahun 2003. Data yang berasal dari APBD tersebut adalah persentase PAD terhadap total penerimaan. Setelah semua variabel indikator kinerja pembangunan selesai dihitung, maka dilakukan analisis PCA untuk mentransformasikan secara linier satu set peubah kedalam peubah yang baru yang lebih sederhana dengan ukuran lebih kecil representatif dan ortogonal tidak saling berkorelasi, sehingga diperoleh Indeks Komposit Kinerja Pembangunan Daerah. Indeks komposit tersebut kemudian dipetakan dalam format digital berdasarkan kabupatenkota masing-masing dengan dilakukan analisis klasifikasi sehingga mempermudah analisis pola spasial kinerja pembangunan daerah di Jawa bagian barat.

3.3.2. Analisis Konfigurasi Spasial Pola Pengalokasian Anggaran Belanja