Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus

pengelolaan sumber-sumber penerimaan seperti ini tentu kurang optimal bagi perumusan kebijakan keuangan Daerah. Namun demikian, hal terpenting dalam menganalisis kinerja keuangan Daerah adalah bagaimana secara kreatif masing- masing Daerah dapat mengembangkan atau memperluas penerimaan dari lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini tergantung pada kemampuan dan kreativitas Daerah dalam menilai potensi sumber-sumber penerimaannya, termasuk dalam mengelola sistem keuangannya.

2.3.2. Dana Bagi Hasil

Dana Perimbangan yang berasal dari Dana Bagi Hasil DBH bersumber dari penerimaan pajak dan sumber daya alam. Untuk mengurangi kesenjangan vertikal vertical imbalance antara pusat dan daerah dilakukan sistem bagi hasil penerimaan pajak dan bukan pajak antara pusat dan daerah. Pola bagi hasil penerimaan ini dilakukan dengan persentase tertentu yang didasarkan atas daerah penghasil.

2.3.3. Dana Alokasi Umum

Tujuan dari Dana Alokasi Umum adalah untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara Pusat dan Daerah . Jumlah total DAU dialokasikan sebesar minimal 26 persen dari pendapatan dalam negeri netto yang telah ditetapkan dalam APBN Pasal 27 UU 332004. Dengan dana perimbangan ini, diharapkan akan memberikan kepastian bagi pemerintah daerah dalam memperoleh sumber-sumber pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya. Kebutuhan DAU oleh suatu daerah ditentukan dengan menggunakan pendekatan fiscal gap, dimana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan oleh kebutuhan daerah fiscal need dan potensi daerah fiscal capacity. Berdasarkan konsep fiscal gap ini, distribusi DAU kepada daerah-daerah yang memiliki kemampuan relatif lebih besar akan lebih kecil dan sebaliknya daerah-daerah yang mempunyai kemampuan keuangan relatif kecil akan memperoleh DAU yang besar.

2.3.4. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang disediakan di dalam APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus. Sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 1999 jo PP Nomor 104 Tahun 2000, DAK dialokasikan kepada daerah untuk memenuhi kebutuhan khusus dengan memperhatikan ketersediaan dana dari APBN. Kriteria kebutuhan khusus tersebut meliputi, pertama, kebutuhan yang tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus alokasi umum, kedua, kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional, dan ketiga, kebutuhan untuk membiayai kegiatan reboisasi dan penghijauan oleh daerah penghasil. Berdasarkan kriteria kebutuhan khusus tersebut, DAK dibedakan atas DAK dana reboisasi DAK DR dan DAK non- dana reboisasi DAK Non-DR.

2.4. Interaksi Spasial

2.4.1. TeoriModel-Model Interaksi Spasial

Interaksi spasial adalah istilah umum mengenai pergerakan spasial dan aktifitas-aktifitas manusia dan model interaksi spasial yang paling umum digunakan adalah model gravitasi. Dua prinsip pokok interaksi spasial adalah: 1. Mesin penggerak dari pergerakan dan interaksi adalah kekuatan dorong- tarik dari supply-demand. 2. Penghambat pergerakan dan interaksi adalah pengaruh “friction dan distance”. Interaksi antara dua tempat dua kala dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan oleh masyarakat di dua tempat tersebut, jarak antara dua tempat tersebut dan besarnya pengaruh jarak dua tempat tersebut. Interaksi antar wilayah merupakan suatu mekanisme yang menggambarkan dinamika yang terjadi disuatu wilayah karena aktivitas yang dilakukan oleh