Penyederhanaan Jumlah Variabel Algoritma Ortogonalisasi PCA

6. Dengan memperhatikan pengertian pada butir 2 dan butir 5, maka dapat disimpulkan bahwa Factor Loadings L α adalah sama dengan Factor Score Coefficients C α kali Eigenvalue untuk Faktor atau Komponen Utamanya λ α . Secara matematis dapat ditunjukkan sebagai berikut: α α α α α α α α α α C L b b C L b L b C α α α α α α α α λ λ λ λ λ λ λ λ = → = ⋅ = = ⎪ ⎭ ⎪ ⎬ ⎫ = = 10 Dengan menggunakan definisi pada Persamaan 5, 6, 7, 9, dan 10, kaitan antara Factor Loadings dengan korelasi seperti pada butir 5 di atas, dapat ditunjukkan dengan penurunan rumus matematis sebagai berikut: { } { } α α α α α α α α α λ λ λ λ λ λ λ α α α α α α α α α α α α α b b Z Z b Yb Y b b b b Yb Y Z Y F Y = = ′ = ′ ′ = = ′ ′ = ′ = ′ = j j r r : diperoleh maka , 1 dengan kalikan 11

2.6.9. Penyederhanaan Jumlah Variabel

Sesuai dengan tujuan dasar kedua dari analisis PCA penyederhanaan jumlah variabel. Artinya, variabel-variabel baru yang dihasilkan dari proses analisis Faktor atau Komponen Utama jumlahnya harus lebih sedikit dari jumlah variabel asalnya. Di atas telah disebutkan bahwa dari sebanyak p buah variabel asal X j j=1,2,...,p akan dihasilkan sebanyak q buah q ≤p variabel baru Faktor atau Komponen Utama F α α=1,2,...,q. Ada beberapa cara menetapkan berapa besarnya q, antara lain dengan cara seleksi sebagai berikut: Dengan mengurutkan masing-masing Faktor atau Komponen Utama F α yang dihasilkan dari yang memiliki eigenvalue λ α tertinggi hingga terendah, maka: 1. Pilihlah Faktor-faktor atau Komponen-komponen Utama yang memiliki λ α ≥1, artinya pilihlah Faktor atau Komponen Utama yang memiliki kandungan informasi ragam setara dengan informasi yang terkandung dalam satu variabel asal. 2. Secara bertahap buanglah Faktor atau Komponen Utama setiap langkah membuang satu Faktor atau Komponen Utama selama perbedaan eigenvalue antar dua Faktor atau Komponen Utama yang berdekatan tidak begitu signifikan: Jika λ α - λ α -1 1 maka buanglah F α . 3. Pilihlah Faktor-faktor atau Komponen-komponen Utama yang paling tidak memiliki koefisien korelasi nyata dengan minimal satu variabel asal. Dalam hal ini sering digunakan kriteria: Jika untuk j=1,2,...,p ada nilai | r α j | ≥0.7 maka pilihlah F α . Hal ini dimaksudkan agar setiap Faktor atau Komponen Utama yang terpilih paling tidak memiliki satu penciri dominan dari variabel asalnya. Salah satu atau kombinasi dari ketiga cara seleksi Faktor atau Komponen Utama di atas dapat digunakan.

2.6.10. Algoritma Ortogonalisasi PCA

Secara sederhana, algoritma ortogonalisasi dengan PCA adalah mencari variabel baru Z, yang merupakan kombinasi linear dari variabel-variabel baku Y seperti pada Persamaan 5, yang ragamnya paling tinggi. Artinya, informasi yang terkandung dalam variabel-variabel Y semaksimal mungkin terserap dalam variabel baru Z tersebut. Karena Z=Yb, maka yang dicari sesungguhnya adalah vektor koefisien pembobot b. Karena banyak sekali kemungkinan vektor b yang dapat memaksimumkan ragam Z, maka kita batasi hanya vektor b yang bersifat baku, yakni b’b=1. Secara matematis, algoritma PCA ini dapat ditulis sebagai permasalahan optimisasi sebagai berikut: 1 . . max = = ′ b b Yb Y b Z Z t s 12 Fungsi Lagrange dari permasalahan optimisasi ini adalah: 1 − − = b b Yb Y b λ L 13 Syarat perlu untuk mendapatkan solusi, adalah: 2 2 = − = ∂ ∂ b Yb Y b λ L 14 Jadi diperoleh persamaan eigen sebagai berikut: b Rb b Yb Y λ λ = = atau 15 Dengan demikian λ tiada lain adalah akar ciri eigenvalue dari matriks korelasi antar variabel asal. Vektor b adalah eigenvector dari matriks korelasi antar variabel asal, untuk eigenvaluenya yang sama dengan λ. Dengan menggunakan Metode Jacobi, maka penyelesaian persamaan eigen ini akan menghasilkan eigenvalue dan eigenvector masing-masing sebanyak dimensi R jumlah variabel asal yang dianalisis.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Jawa bagian Barat meliputi Propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten dengan unit penelitian terkecil di tingkat kabupatenkota.

3.2. Kerangka Pemikiran

Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang paling krusial dalam penyelenggaraan pemerintahan, karena berkaitan dengan tujuan dari pemerintahan itu sendiri untuk mensejahterakan rakyatnya. Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang terintegrasi, oleh karenanya salah satu output penting dari perencanaan adalah penganggaran. Anggaran bagi suatu pemerintahan merupakan rencana kerja yang akan dilaksanakan dan disajikan dalam bentuk angka-angka. Angka-angka pada sisi penerimaan mencerminkan rencana pendapatan serta sumber-sumber untuk mendapatkannya, sedangkan angka-angka pada sisi pengeluaran mencerminkan program kerja pemerintahan maupun pembangunan yang akan dilaksanakan. Dalam era otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu menciptakan sistem manajemen yamg mampu mendukung operasionalisasi pembangunan daerah. Salah satu aspek dari pemerintah daerah yang harus diatur dengan hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Perencanaan pembangunan wilayah yang disusun secara komprehensif pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pembangunan daerah sehingga hasil-hasil yang diharapkan dapat tercapai. Dalam pembangunan perekonomian daerah, setiap kebijakan dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan pembangunan di daerah pasti akan mendasarkan diri dari kekhasan yang menjadi ciri daerah yang bersangkutan, dimana kegiatan tersebut ditujukan bagi terciptanya peningkatan baik jumlah maupun jenis kesempatan kerja bagi masyarakatnya,