Pengujian Laju Pertumbuhan Ekonomi

penganggaran dengan prioritas tertentu yang dianggap sektor unggulan maka akan diperoleh hasil yang lebih daripada penganggarannya disebar merata ke seluruh bidang. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah berbatasan memberi pengaruh yang bersifat positif yang berarti tingkat produktifitas suatu daerah dipengaruhi oleh penanaman modal daerah tetangga, begitu pula penanaman modal suatu daerah akan mempengaruhi tingkat produktifitas ekonomi daerah tetangga. Tingkat produktifitas ekonomi wilayah gravitasi potensial memberi pengaruh negatif yang berarti, hubungan yang terjadi dengan daerah-daerah yang berdekatan memeberi dampak yang buruk dan bersifat melemahkan sehingga perlu dibuat agar kerjasama tersebut dibenahi. Indeks diversitas struktur ekonomi wilayah gravitasi potensial juga memberi pengaruh negatif terhadap tingkat produktifitas.

5.3.2. Pengujian Laju Pertumbuhan Ekonomi

Hasil pengujian variabel Laju Pertumbuhan Y 2 dapat dilihat pada Tabel 5.19. Dari ketiga analisis uji tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut diperoleh hasil variabel persentase pengeluaran tak terduga memberi pengaruh positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Persentase pengeluaran tak terduga yang semula diduga akan memberi pengaruh negatif terhadap kinerja pembangunan dengan alasan bahwa semakin banyak pengeluaran tak terduga mengindikasikan kurang mampunya dalam mengklasifikasikan jenis anggaran sehingga dikhawatirkan penggunaan anggaran akan tidak terarah atau tidak jelas. Ternyata berdasarkan hasil penelitian ini variabel tersebut memberi pengaruh positif terhadap variabel laju pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel persentase pengeluaran tak terduga daerah daerah mitra dagang atau mitra industri juga memberi pengaruh positif. Tabel 5.19. Rangkuman hasil analisis pengujian tingkat produktifitas ekonomi Y 1 dan tingkat pertumbuhan ekonomi Y 2 . Variabel tujuan Variabel pengendali Model MREG SAR SDM X 1 mendorong mendorong mendorong X 2 mendorong X 3 mendorong mendorong mendorong X 4 mendorong X 6 menghambat Daerah asal X 7 menghambat menghambat menghambat W 1 Y 1 mendorong Wilayah berbatasan W 1 X 2 mendorong W 2 Y 1 menghambat Gravitasi potensial W 2 X 7 menghambat Tingkat produktifitas ekonomi Y 1 Mitra dagang W 3 X 5 mendorong X 4 mendorong X 5 mendorong mendorong mendorong Daerah asal X 7 menghambat W 2 Y 2 menghambat menghambat Gravitasi potensial W 2 X 7 menghambat Laju Pertumbuhan ekonomi Y 2 Mitra dagang W 3 X 5 mendorong Keterangan: • Y1 : Tingkat produktifitas ekonomi • Y2 : Laju pertumbuhan ekonomi • X1 : Belanja administrasi dan produksi • X2 : Belanja penanaman modal • X3 : Belanja administrasi dan sarana prasarana • X4 : Belanja tata ruang dan hutbun • X5 : Persentase pengeluaran tak terduga • X6 : Indeks diversitas pola penganggaran • X7 : Indeks diversitas struktur ekonomi • W1Y1 : Tingkat produktifitas ekonomi wilayah berbatasan • W1X2 : Laju pertumbuhan ekonomi wilayah berbatasan • W2Y1 : Tingkat produktifitas ekonomi wilayah gravitasi potensial • W2X7 : Indeks diversitas struktur ekonomi wilayah gravitasi potensial • W2Y2 : Laju pertumbuhan ekonomi wilayah gravitasi potensial • W3X5 : Persentase pengeluaran tak terduga mitra dagang • MREG : multiple regressive • SAR : spatial auto regressive • SDM : spatial durbin model Hasil analisis spatial auto regressive menunjukkan belum terjadi kerjasama antar wilayah bertetangga yang memberi pengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi dan hubungan dengan mitra dagang atau mitra industri juga belum memberi pengaruh. Hal ini terlihat dengan belum adanya pengaruh laju pertumbuhan wilayah berbatasan administrasi dan laju pertumbuhan daerah mitra dagang atau mitra industri. Hubungan yang terjadi dengan wilayah-wilayah gravitasi potensial menghasilkan hubungan saling memperlemah yang ditunjukkan dengan variabel laju pertumbuhan ekonomi wilayah gravitasi potensial yang bernilai negatif. Hasil analisis spatial durbin model menunjukkan ternyata hubungan yang terjadi dengan wilayah-wilayah gravitasi potensial menghasilkan hubungan saling memperlemah yang ditunjukkan dengan variabel variabel laju pertumbuhan ekonomi wilayah gravitasi potensial yang bernilai negatif. Hubungan negatif terjadi juga pada variabel indeks diversitas wilayah gravitasi potensial. Hubungan negatif tersebut berarti terjadi saling melemahkan yang diakibatkan oleh pengurasan sumber daya wilayah sekitarnya.

5.4. Faktor-Faktor Penyusunan Anggaran Yang Mempengaruhi Kinerja

Pembangunan Agar penyusunan anggaran dapat memenuhi sasaran maka harus sesuai dengan prioritas program yang ditetapkan, berjalan secara konsisten dengan tidak terjadi duplikasi kegiatan yang dapat menghamburkan waktu dan biaya. Untuk memenuhi hal tersebut maka besaran penganggaran perlu menyesuaikan dengan kebutuhan. Besaran tersebut dapat berdasarkan luas wilayah ataupun berdasarkan jumlah penduduk. Bila besarannya kurang dari kebutuhan maka program yang akan dilaksanakan tentu tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sedangkan bila terlalu berlebih maka akan terjadi pemborosan dana. Penganggaran yang baik tidak semata-mata dilihat dari besar atau jumlahnya tetapi harus memperhatikan komposisinya yang sesuai dengan proporsi penganggaran pada sektor-sektor tertentu. Untuk mewujudkan proporsi penganggaran yang ideal diperlukan usaha yang sungguh-sungguh karena dilapangan sering terjadi perumusan kebijakan masing-masing pihak mementingkan kepentingan kelompoknya daripada upaya untuk mengembangkan pembangunan secara menyeluruh. Berdasarkan hasil analisis PCA terhadap variabel-variabel belanja APBD dan variabel-variabel sektor perekonomian yang dirasiokan dengan jumlah